80
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa distribusi BBLR berdasarkan karakteristik ibu berupa umur paling banyak adalah antara umur 20-35
tahun 91,6, berdasarkan tinggi badan paling banyak ibu memiliki tinggi badan
≥145cm 93,7, sebagian besar ibu memiliki penambahan berat badan
≥10kg 60, paling banyak ibu melahirkan pada usia kehamilan
≥37 minggu 56,8, lebih banyak ibu yang tidak mengalami KEK dibandingkan yang mengalami 81,1, ibu yang tidak menderita
anemia lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang menderita anemia 67,4, banyak ibu yang melahirkan bayi tunggal dibandingkan dengan
bayi kembar 82,1, sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan tinggi 60, status bekerja ibu paling banyak sebagai ibu rumah tangga
atau tidak bekerja 93,7, lebih banyak ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan dan penyakit pada saat hamil dengan perbandingan
masing-masing 87,4 ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan dan 93,7 ibu yang tidak menderita penyakit pada saat kehamilanya.
5.3 Analisis Faktor Risiko Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 –2014 Karakteristik ibu dalam penelitian ini yaitu umur, tinggi badan,
penambahan berat badan, anemia, KEK Kekurangan Energi Kronik, penyakit, komplikasi kehamilan, umur kehamilan, pendidikan, status
bekerja dan kehamilan ganda yang akan dijelaskan berikut ini:
81
5.3.1 Analisis Risiko Umur Ibu 20 35 tahun terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan
Tahun 2012 – 2014 Risiko umur ibu 20 35 tahun terhadap kejadian BBLR di
Tangerang Selatan tahun 2012-2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 5
Risiko Umur Ibu 20 35 tahun terhadap Kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012 - April 2014
Umur Berat Badan Bayi
Total Odd Ratio
95 CI
Kasus Kontrol
n n
n Berisiko
8 8.4
8 4,2
16 5,6
2,092 0,760-5,759
Tidak berisiko 87
91,6 182
95,8 269
94,4 Jumlah
95 100
190 100
285 100
Tabel 5 menunjukan bahwa distribusi BBLR berdasarkan umur ibu yang berisiko 20 dan 35 tahun lebih banyak pada
kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 8,4 pada kelompok kasus dan 4,2 pada kelompok
kontrol. Pada penelitian ini diperoleh nilai OR sebesar 2,092 95
CI = 0,760-5,759. Nilai OR yang diperoleh tidak bermakna, dengan demikian umur ibu 20 dan 35 tahun bukan merupakan
faktor risiko kejadian BBLR. Hal ini menunjukan bahwa umur ibu 20 dan 35 tahun tidak berisiko terhadap kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012- 2014.
82
5.3.2 Analisis Risiko Tinggi Badan Ibu 145cm terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan
Tahun 2012 – 2014 Risiko tinggi badan ibu 145cm terhadap kejadian BBLR
di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012- 2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 6
Risiko Tinggi Badan Ibu 145cm terhadap Kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012 - April 2014
Tinggi badan Berat Badan Bayi
Total Odd Ratio
95 CI
Kasus Kontrol
n n
n Berisiko
6 6,3
2 1,1
8 2,8
6,337 1,254-32,023
Tidak berisiko 89 93,7
188 98,9
277 97,2
Jumlah 95
100 190
100 285
100 Tabel 6 memperlihatkan bahwa tinggi badan ibu yang
berisiko 145cm lebih besar pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan perbandingan masing-masing
sebesar 6,3 pada kelompok kasus dan 1,1 pada kelompok kontrol.
Pada penelitian ini diperoleh nilai OR sebesar 6,337 95 CI =1,254-32,023. Nilai OR yang diperoleh bermakna, dengan
demikian tinggi badan ibu 145cm merupakan faktor risiko kejadian BBLR. Hal ini menunjukan bahwa tinggi badan ibu
145cm mempunyai risiko 6,337 kali melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang memiliki tinggi badan
≥145cm di
83
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012- 2014.
5.3.3 Analisis Risiko Penambahan Berat Badan Ibu 10kg dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang
Selatan Tahun 2012 – 2014 Risiko penambahan berat badan ibu 10kg terhadap
kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012-2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 7 Risiko Penambahan Berat Badan Ibu 10kg terhadap Kejadian
BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012 - April 2014
Penambahan Berat Badan
Ibu Berat Badan Bayi
Total Odd Ratio
95 CI
Kasus Kontrol
n n
n Berisiko
38 40
77 40,5
115 40,4
0,978 0,592-1,617
Tidak berisiko 57 60
113 59,5
170 59,6
Jumlah 95
100 190
100 285
100 Tabel 7 menunjukan bahwa penambahan berat badan ibu
yang berisiko 10kg lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok kasus dengan perbandingan 40,5
pada kelompok kontrol dan 40 pada kelompok kasus. Walaupun penambahan berat badan ibu yang berisiko lebih tinggi pada
kelompok kontrol tetapi selisih antara kedua kelompok memiliki nilai yang sangat kecil yaitu 0,5.
Pada penelitian ini diperoleh nilai OR sebesar 0,978 95 CI =0,592-1,617. Nilai OR yang diperoleh merupakan faktor
84
protektif tetapi tidak bermakna, dengan demikian penambahan berat badan ibu 10kg bukan merupakan faktor risiko kejadian
BBLR. Hasil tersebut menunjukan bahwa penambahan berat badan ibu 10kg tidak berisiko terhadap kejadian BBLR di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012-2014. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ibu baik pada kelompok
kasus maupun pada kelompok kontrol mengalami penambahan berat badan
≥10kg.
5.3.4 Analisis Risiko Umur Kehamilan terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
– 2014 Risiko umur kehamilan terhadap kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan tahun 2012- 2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 8 Risiko Umur Kehamilan terhadap Kejadian BBLR di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012 - April 2014
Umur Kehamilan
Berat Badan Bayi Total
Odd Ratio 95 CI
Kasus Kontrol
n n
n Berisiko
41 43,2 1
0,5 42
14,7 143, 500
19,292-1067, 397
Tidak berisiko 54 56,8 189
99,5 243
85,3 Jumlah
95 100
190 100
285 100
Tabel 8 memperlihatkan bahwa umur kehamilan yang berisiko 37 minggu menunjukan perbedaan yang sangat tinggi
antara kelompok kasus dan kelompok kontrol yaitu pada kelompok
85
kasus sebesar 43,2, sedangkan pada kelompok hanya sebesar 0,5.
Pada penelitian ini diperoleh nilai OR sebesar 143,5 95 CI =19,292-1067,397. Nilai OR yang diperoleh bermakna, dengan
demikian umur kehamilan 37 minggu merupakan faktor risiko kejadian BBLR. Hal ini menunjukan bahwa umur kehamilan 37
minggu mempunyai risiko 143,5 kali melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang melahirkan pada umur kehamilan
≥37 minggu di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012-2014.
5.3.5 Analisis Risiko Kekurangan Energi Kronik KEK pada Ibu dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Tangerang Selatan Tahun 2012 – 2014 Risiko KEK pada ibu terhadap kejadian BBLR di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan tahun 2012-2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 9 Risiko KEK pada Ibu terhadap Kejadian BBLR di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012 - April 2014
KEK Berat Badan Bayi
Total Odd Ratio
95 CI
Kasus Kontrol
n n
n ya
15 15,78
4 2,10
19 6,66
8,719 2,806-27,089
Tidak 80
84,21 186
97,89 266 93,33 Jumlah
95 100
190 100
285 100
86
Tabel 9 memperlihatkan bahwa pada kelompok kasus, ibu yang mengalami KEK sebesar 15,78, sedangkan pada kelompok
kontrol hanya sebesar 2,1. Hal ini menunjukan distribusi BBLR berdasarkan ibu yang mengalami KEK lebih tinggi pada kelompok
kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada penelitian ini diperoleh nilai OR sebesar 8,719 95
CI = 2,806-27,089. Nilai OR yang diperoleh tersebut bermakna, dengan demikian KEK merupakan faktor risiko kejadian BBLR.
Hal ini menunjukan bahwa ibu yang mengalami KEK mempunyai risiko 8,719 kali melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu
yang tidak mengalami KEK di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012-2014.
87
5.3.6 Analisis Risiko Anemia pada Ibu terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
– 2014 Risiko anemia pada ibu terhadap kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan tahun 2012- 2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 10 Risiko Anemia pada Ibu terhadap Kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012 - April 2014
Anemia Berat Badan Bayi
Total Odd Ratio
95 CI
Kasus Kontrol
n n
n Ya
31 32,6 21
11,1 52
18,2 3,898
2,088-7,277
Tidak 64 67,4 169 88,9 233 81,8
Jumlah 95
100 190 100 285 100
Tabel 10 memperlihatkan bahwa distribusi BBLR berdasarkan ibu yang mengalami anemia, kelompok kasus
memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 32,6 pada kelompok kasus dan 11,1 pada
kelompok kontrol. Pada penelitian ini diperoleh nilai OR sebesar 3,989 95
CI = 2,088-7,277. Nilai OR yang diperoleh tersebut bermakna, dengan demikian anemia pada ibu merupakan faktor risiko
kejadian BBLR. Hal ini menunjukan bahwa anemia pada ibu mempunyai risiko 3,989 kali melahirkan bayi BBLR dibandingkan
dengan ibu yang tidak mengalami anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012-2014.
88
5.3.7 Analisis Risiko Kehamilan Ganda kembar terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan
Tahun 2012-2014 Risiko kehamilan ganda terhadap kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012- 2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 11 Risiko Kehamilan Ganda terhadap Kejadian BBLR di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012 - April 2014
Kehamilan Ganda
Berat Badan Bayi Total
Kasus Kontrol
n n
n ya
17 17,9
17 6
Tidak 78
82,1 190
100 268
94 Jumlah
95 100
190 100
285 100
Berdasarkan tabel 11 memperlihatkan bahwa semua ibu yang melahirkan bayi kembar hanya terdapat pada kelompok
kasus, sehingga tidak dapat dianalisis risiko kehamilan ganda kembar terhadap kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012-April 2014.
89
5.3.8 Analisis Risiko Tingkat Pendidikan Ibu terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan
Tahun 2012 - 2014 Risiko tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012- 2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 12 Risiko Tingkat Pendidikan Ibu terhadap Kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012 - April 2014
Pendidikan Berat Badan Bayi
Total Odd Ratio
95 CI
Kasus Kontrol
n n
n Berisiko
38 40
84 44,2
122 42,8
0,841 0,510-1,388
Tidak berisiko 57
60 106
55,8 163
57,2 Jumlah
95 100 190
100 285
100 Tabel 12 memperlihatkan bahwa pendidikan ibu yang
berisiko pada kelompok kasus sebesar 40, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 44,2. Hal ini menunjukan bahwa
pendidikan ibu yang berisiko lebih banyak pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok kasus.
Pada penelitian ini diperoleh nilai OR sebesar 0,841 95 CI = 0,510-1,388. Nilai OR yang diperoleh tersebut merupakan
faktor protektif tetapi tidak bermakna, dengan demikian tingkat pendidikan ibu bukan merupakan faktor risiko kejadian BBLR. Hal
ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan pada ibu tidak berisiko terhadap kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Tangerang Selatan Tahun 2012-2014.
90
5.3.9 Analisis Risiko Status Ibu Bekerja terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun
2012-2014 Risiko status ibu bekerja terhadap kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan tahun 2012- 2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 13 Risiko Status Ibu Bekerja terhadap Kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012 - April 2014
Status Bekerja
Berat Badan Bayi Total
Odd Ratio 95 CI
Kasus Kontrol
n n
n Bekerja
6 6,3
22 11,6
28 9,8
0,515 0,201-1,316
Tidak Bekerja 89
93,7 168 88,4 257 90,2
Jumlah 95
100 190 100 285 100
Tabel 13 memperlihatkan bahwa kelompok kontrol memiliki jumlah ibu yang bekerja lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok kasus yaitu 11,6 pada kelompok kontrol dan 6,3 pada kelompok kasus.
Pada penelitian ini diperoleh nilai OR sebesar 0,515 95 CI = 0,201-1,316. Nilai OR yang diperoleh tersebut merupakan
faktor protektif tetapi tidak bermakna, dengan demikian status ibu yang bekerja bukan merupakan faktor risiko kejadian BBLR. Hal
ini menunjukan bahwa status ibu yang bekerja tidak berisiko terhadap kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Tangerang Selatan Tahun 2012-2014.
91
5.3.10 Analisis Risiko Komplikasi Kehamilan terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan
Tahun 2012-2014 Risiko komplikasi kehamilan terhadap kejadian BBLR di
Tangerang Selatan Tahun 2012-2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 14 Risiko Komplikasi Kehamilan terhadap Kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012 - April 2014
Komplikasi Kehamilan
Berat Badan Bayi Total
Kasus Kontrol
n n
n Hipertensi
12 12,6
12 4,2
Tidak hipertensi 83
87,4 190
100 273
95,8 Jumlah
95 100
190 100
285 100
Berdasarkan tabel 14 memperlihatkan bahwa semua ibu yang mengalami komplikasi kehamilan berupa hipertensi hanya
terdapat pada kelompok kasus, sehingga tidak dapat dianalisis risiko komplikasi kehamilan terhadap kejadian BBLR di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012- April 2014.
92
5.3.11 Analisis Risiko Penyakit pada Ibu terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun
2012-2014 Risiko penyakit pada ibu terhadap kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012- 2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 15 Risiko Penyakit pada Ibu terhadap Kejadian BBLR di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012-April 2014
Penyakit Berat Badan Bayi
Total
Kasus Kontrol
n n
n Ya
6 6,3
6 2,1
Tidak 89
93,7 190
100 279
97,9 Jumlah
95 100
190 100
285 100
Berdasarkan tabel 15 memperlihatkan bahwa semua ibu yang menderita penyakit pada masa kehamilan hanya terdapat pada
kelompok kasus, sehingga tidak dapat dianalisis risiko penyakit ibu pada masa kehamilan terhadap kejadian BBLR di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Tangerang Selatan Bulan Januari 2012-April 2014.
93
BAB VI PEMBAHASAN