Faktor Risiko Kejadian BBLR

20 g Salep mata antibiotic h Perawatan tali pusat : kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka i Bila berat lahir ≥2000gr dan tanpa masalah atau penyulit, dapat diberikan vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha kanan 2 BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukan ke dalam kategori lahir dengan asfiksia dan harus segera dilakukan lagkah awal resusitasi dan tahapan resusitasi berikutnya diperlukan : a Diputuskan berdasarkan penilaian keadaan bayi baru lahir, yaitu bila air ketuban bercampur mekonium letak kepalagawat janin dan bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan atau bernapas mengap-mengap. b Langkah awal resusitasi yaitu jaga bayi dalam keadaan hangat, atur posisi kepala bayi sedikit tengadah, isap lendir dimulut kemudian hidung, keringkan sambil dilakukan rangsang taktil, reposisi kepala, nilai keadaan bayi dengan melihat parameter yaitu usaha napas bila setelah dilakukan penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan dan teratur.

2.6 Faktor Risiko Kejadian BBLR

Menurut WHO 2004, bayi dengan berat badan rendah saat lahir adalah salah satu hasil dari kelahiran prematur sebelum 37 minggu kehamilan atau pembatasan pertumbuhan janin intrauterine. Berat lahir rendah sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas janin dan 21 neonatal, menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan penyakit kronis. Banyak faktor yang mempengaruhi durasi kehamilan dan pertumbuhan janin yang akan berpengaruh pada berat lahir bayi. Faktor- faktor tersebut berhubungan untuk bayi, ibu atau lingkungan fisik dan memainkan peran penting dalam menentukan berat lahir bayi dan perkembangan kesehatanya. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Untuk umur kehamilan yang sama, berat badan anak perempuan lebih kurang dari pada anak laki-laki, bayi sulung lebih ringan dari bayi berikutnya riwayat BBLR, dan kehamilan ganda. b. Berat lahir dipengaruhi oleh pertumbuhan janin ibu sendiri dan diet selama masa kelahiran dengan kehamilan c. Wanita muda memiliki bayi yang lebih kecil, nutrisi ibu hamil, gaya hidup misalnya, alkohol, merokok atau penyalahgunaan obat dan eksposur lainnya misalnya, malaria, HIV atau sifilis, atau komplikasi seperti hipertensi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin serta durasi kehamilan d. Ibu dengan kondisi sosial-ekonomi rendah sering memiliki bayi berat lahir rendah. Berat lahir rendah terutama terjadi disebabkan oleh status gizi ibu yang buruk dan status kesehatan selama jangka waktu yang panjang, termasuk selama kehamilan, tingginya prevalensi infeksi spesifik dan non - spesifik, atau dari kehamilan komplikasi didukung oleh kemiskinan. secara jasmani menuntut kerja selama kehamilan juga berkontribusi untuk pertumbuhan janin yang buruk. 22 Penyebab BBLR umumnya tidak hanya satu, sehingga kadang sulit untuk dilakukan tindakan pencegahan. Faktor risiko kejadian BBLR diantaranya ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun atau lenih dari 35 tahun, jarak kehamilan terlalu pendek, ibu mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik, mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat, sangat miskin, beratnya kurang dan kurang gizi, perokok, pengguna obat terlarang, alkohol,anemia, pre-eklampsi atau hipertensi, infeksi selama kehamilan, kehamilan ganda, bayi dengan cacat bawaan dan infeksi selama dalam kandungan Depkes RI, 2009. Menurut Manuaba 2010, faktor risiko kejadian BBLR yaitu terdiri dari faktor ibu berupa KEK Kekurangan Energi Kronik, usia ibu 20 dan 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah dan pekerjaan yang terlalu berat. Kemudian faktor kehamilan berupa hamil dengan hidramnion, hamil ganda, pendarahan antepartum, komplikasi kehamilan: preeklamsieklamsi dan KPD Ketuban Pecah Dini dan faktor janin yang terdiri dari cacat bawaan dan infeksi dalam rahim. Faktor risiko kejadian BBLR menurut WHO 2004, Depkes 2009 dan Manuaba 2010 antara lain: 1. Faktor ibu a. KEK Kekurangan Energi Kronik Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu Kekurangan Energi Kronik KEK. KEK berdampak negatif terhadap ibu hamil 23 dan janin yang dikandung berupa peningkatan kematian ibu, sedangkan bayi berisiko mengalami BBLR, kematian dan gangguan tumbuh kembang. Kematian bayi merupakan indikator status kesehatan masyarakat yang penting berhubungan dengan anak sebagai investasi bangsa. Ibu hamil yang KEK sebaiknya mendapatkan makanan tambahan dan peyuluhan yang berkualitas Festy, 2009. KEK disebabkan oleh kekurangan energi dalam jangka waktu yang cukup lama. KEK pada wanita di negara berkembang merupakan hasil kumulatif dari keadaan kurang gizi sejak masa janin, bayi dan anak-anak serta berlanjut hingga dewasa. Secara spesifik, penyebab KEK pada ibu hamil adalah akibat dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Yang sering terjadi adalah adanya ketidaktersediaan pangan secara musiman atau secara kronis di tingkat rumah tangga, distribusi didalam rumah tangga yang tidak proporsional dan beratnya beban kerja ibu hamil Albugis, 2008. Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180Kkal, dan lemak 36.337Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.224Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah 24 74.537Kkal, dibulatkan menjadi 80.000Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 perkiraan lamanya kehamilan dalam hari sehingga diperoleh angka 300Kkal Marie, 2002. Mekanisme terjadinya BBLR akibat Kekurangan Energi Kronik KEK pada ibu hamil yaitu diawali dengan ibu hamil yang menderita KEK yang menyebabkan volume darah dalam tubuh ibu menurun dan cardiac output ibu hamil tidak cukup, sehingga meyebabkan adanya penurunan aliran darah ke plasenta. Menurunya aliran darah ke plasenta menyebabkan dua hal yaitu berkurangnya transfer zat-zat makanan dari ibu ke plasenta yang dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan janin dan pertumbuhan plasenta lebih kecil yang menyebabkan bayi dengan berat lahir rendah BBLR Soetjiningsih, 1995 dalam Kemar 2008. Kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu selama hamil. KEK pada ibu hamil perlu diwaspadai kemungkinan ibu melahirkan bayi BBLR, pertumbuhan dan perkembangan otak janin terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak dikemudian hari dan kemungkinan premature Depkes, 2001 dalam Mulyaningrum, 2009. LILA merupakan indikator status gisi ibu hamil. LILA diasumsikan ukuran yang tidak terpengaruh dengan berat badan ibu dan bayi dalam kandungan. Di Indonesia batas ambang LILA 25 normal adalah 23,5cm. Ibu hamil dengan ukuran LILA kurang 23,5cm berisiko menderita Kekurangan Energi Kronik KEK yang dapat menyebabkan prematuritas dan risiko Berat Badan Bayi Rendah Festy, 2009. Pengukuran Lingkar Lengan Bagian Atas LILA ibu pada saat hamil sangat penting. Tujuan dilakukan pengukuran LILA untuk mengetahui secara dini status gizi ibu hamil, apabila ukuran LILA 23,5cm maka kemungkinan ibu hamil untuk melahirkan bayi dengan BBLR lebih besar. Sedangkan apabila ukuran LILA 23,5cm maka ibu akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Hal ini disebabkan setiap ibu hamil memerlukan tambahan kalori dan nutrisi sehari-hari karena selama kehamilannya mereka harus memasok energi untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya Puji, 2009. b. Umur ibu 20 dan 35 tahun Menurut Depkes 2001 dalam Mulyaningrum 2009 pada ibu hamil dengan umur 20 tahun, rahim dan panggul sering kali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya, ibu hamil pada umur itu mungkin mengalami persalinan lamamacet, atau gangguan lainya karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sedangkan pada umur 35 tahun, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada 26 umur itu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan pendarahan. Kehamilan pada masa remaja umur 20 tahun menimbulkan tantangan bagi remaja itu sendiri dan bagi janin yang dikandungnya yang berhubungan dengan meningkatnya risiko terhadap komplikasi kehamilan dan luaran perinatal yang buruk seperti preeklamsi, berat lahir janin rendah dan prematuritas. Kehamilan pada umur remaja berdampak pada pertumbuhan yang kurang optimal karena kebutuhan zat gizi pada masa tumbuh kembang remaja sangat dibutuhkan oleh tubuhnya sendiri, Simbolon Aini, 2013. Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil, terutama bagi ibu hamil di umur remaja yaitu Kurang Energi Kronik KEK, anemia tablet Fe, pertambahan berat badan kurang selama hamil, dan tinggi badan berisiko. Status gizi ibu hamil berpengaruh terhadap berat badan lahir bayi yang ternyata sangat erat hubungannya dengan tingkat kesehatan bayi selanjutnya dan angka kematian bayi. Kehamilan di umur remaja memperburuk pemenuhan kebutuhan energi, karena remaja sendiri juga membutuhkan energi untuk pertumbuhannya yang masih terus berjalan dan harus bersaing dengan pertumbuhan janin. Simbolon Aini, 2013. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan 35 tahun juga tidak dianjurkan dan sangat berbahaya. 27 Mengingat mulai umur ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Menurut Sitorus 1999 dalam Setianingrum 2005 menyatakan bahwa Kesulitan lain kehamilan 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di umur lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada umur antara 20-35 tahun. Selain itu semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur yang muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Sedangkan umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang semakin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung Kristyanasari, 2010, dalam Muazizah, 2011. 28 Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan pada umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi Nurfilaila, 2012. Umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun, dibawah atau diatas umur tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinannya Depkes RI, 2003. Menurut Surtiati 2003, ibu yang berumur 20 dan 35 tahun memiliki risiko 3,18 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang melahirkan pada umur 20-35 tahun. c. Penyakit Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Bila ibu mempuyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilanya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun terancam. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kehamilan yaitu penyakit Jantung, anemia berat, TBC, Malaria, HIV dan infeksi. Ibu dengan keadaan tersebut harus diperiksa dan mendapat pengobatan secara teratur oleh dokter KEMENKES RI, 2011. 29 Penyakit dalam kehamilan terdiri dari adanya riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit hati, penyakit ginjal dan toksemia, adanya penyakit infeksi seperti malaria kongenital, penyakit kelamin, kandung kemih, malaria kongenital serta infeksi vagina dan rubella. Selain itu, adanya ketidak seimbangan hormonal pada ibu hamil. Disamping dapat menyebabkan keguguran setelah kandungan besar, ketidakseimbangan hormonal juga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan BBLR. Dengan melakukan penggantian hormon dapat mencegah kelahiran prematur dan BBLR yang diakibatkan ketidakseimbangan hormonal Maryunani, 2013. Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respons terhadap rangsangan, yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga Junaidi, 2010. Wanita yang hamil bernapas untuk dua orang, karena itu penting untuk mengendalikan asmanya. Kesulitan bernapas yang dialami wanita hamil mempengaruhi sang janin karena adanya 30 kompromi terhadap suplai oksigen. Jika asmanya terkendali, wanita penderita asma tidak akan mengalami komplikasi selama kehamilan dan bisa melahirkan sebagaimana wanita yang non- asmatik. Namun, asma yang tak terkendali selama kehamilan bisa mengakibatkan masalah kehamilan dan komplikasi pada sang janin seperti kelahiran prematur, bayi yang lahir kurang berat badan lahir rendah BBLR, perubahan tekanan darah “maternal” seperti eklampsia Chaitow, 2005. Serangan yang akut membahayakan janin dalam kandungan ibu hamil, karena berkurangnya pasokan oksigen yang diterima. Cara mencegah terjadinya serangan selama kehamilan dan proses melahirkan dengan strategi tiga jalur pertahanan terhadap asma yaitu aturlah lingkungan hidup penderita asma kendalikan pemicu asma di lingkungan sekitarnya, aturlah kesejahteraan saluran pernapasanya agar saluran napas tersebut kurang sensitive, sehingga lebih kecil kemungkinanya bereaksi dengan menimbulkan gejala asma dan aturlah serangan asma kenali gejala datangnya serangan secara dini dan bertindak untuk menghentikanya sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih besar Chaitow, 2005. Oleh sebab itu mengontrol asma selama kehamilan sangat penting untuk mencegah keadaan yang tidak dimungkinkan baik pada ibu maupun pada janinya. Pada umumnya semua obat asma 31 dapat diminum selama kehamilan kecuali komponen adrenergik, bromfeniramin dan epinefrin. Kortikosteroid inhalasi sangat bermanfaat untuk mengontrol asma dan mencegah serangan akut terutama saat kehamilan. Bila terjadi serangan harus segera ditanggulangi secara agresif yaitu pemberian inhalasi agonis beta- 2, oksigen dan kortikosteroid sistemik Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2004. Penyakit batu saluran kemih batu ginjal adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi Lina, 2008. Pada batu yang masih berukuran kecil dapat tidak memberikan gejala. Namun, pada batu yang berukuran lebih besar, maka dapat memberikan keluhan seperti nyeri kolik nyeri yang disebabkan karena usaha untuk mengeluarkan batu, namun tersangkut di saluran kemih, hematuria ada darah di urin, nyeri saat berkemih, terutama saat batu bergerak, buang air kecil sedikit, yang disebabkan tersumbatnya saluran kemih oleh batu, mual dan muntah Gopar, 2009. Batu saluran kemih dalam kehamilan tidaklah biasa. Frekuensinya sangat sedikit 0,03-0,07. Walaupun demikian perlu juga diperhatikan karena urotiasis ini dapat mendorong timbulnya infeksi saluran kemih, atau menimbulkan keluhan pada penderita 32 berupa nyeri mendadak, kadang-kadang berupa kolik, dan hematuria. Diagnosis lebih tepat dengan melakukan pemeriksaan intravenous pielografi; akan tetapi janin harus dilindungi dari efek penyinaran. Bila diketahui adanya urolitiasis dalam kehamilan, terapi pertama adalah analgetika untuk menghilangkan sakitnya, diberi cairan banyak agar batu dapat ke bawah, karena hampir 80 batu akan dapat turun ke bawah, serta antibiotika Wiknyosastro, 2007. Saat hamil, terkadang ibu hamil tidak berselera makan, mual dan muntah emesis gravidarium akibat pengaruh hormone chorionic gonadotropin. Karena perut sering tidak terisi, maka sakit maag akan muncul. Penyakit maag yang diderita sebelumnya dapat memperburuk masa mengidam ibu hamil, yaitu mual dan muntah berlebih hiperemesis gravidarum pada ibu hamil rentan sakit maag. Biasanya, keluhan pada daerah sekitar lambung baik itu mual, muntah emesis gravidarum, heart burn rasa panas di ulu hati, bahkan sampai mual dan muntah yang berlebihan hiperemesis gravidarium Bambang, 2011. Berdasarkan penelitian, obat yang dijual bebas untuk mengatasi keluhan maag relatif aman untuk dikonsumsi oleh ibu hamil, tetapi sesuai dosis. Karena tidak ditemukan efek teratogenik, malformasi kecacatan pada bayi. Namun sebelum itu terlebih dahulu berkonsultasi ke dokter agar lebih tepat jenis obat dan dosis sesuai 33 dengan kebutuhan. Berikut ada 2 cara untuk mengatasi gejala saluran pencernaan, antara lain farmakologis yaitu dengan menggunakan obat vitamin B6, B12, anti histaine, antasida, H2 reseptor antagonist dan proton pump inhibitor dan non farmakologis yaitu tanpa menggunakan obat seperti jahe bentuk permen, sirup, atau kapsul, akupuntur atau dengan cara mengoleskan minyak kayu putih pada tubuh juga dapat mengurangi gas berlebih pada tubuh Bambang, 2011. d. Jarak kehamilan Jarak kehamilan ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Seorang ibu yang jarak kehamilannya dikatakan berisiko apabila hamil dalam jangka kurang dari dua tahun, dan hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah. Keadaan ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin Depkes RI, 2003. Jarak kehamilan yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ibu hamil dalam kondisi tubuh kurang sehat inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi yang dilahirkan serta risiko terganggunya sistem 34 reproduksi. Sistem reproduksi yang terganggu akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya sehingga berpengaruh terhadap berat badan lahir. Ibu hamil yang jarak kehamilanya kurang dari dua tahun, kesehatan fisik dan kondisi rahimnya masih butuh istirahat yang cukup Trihardiani, 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Nurfilalila 2011 menemukan bahwa adanya hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR. Hubungan ini disebabkan karena jarak kehamilan berpengaruh terhadap proses petumbuhan janin dalam rahim, sehingga bila jarak kehamilan seseorang sangat dekat atau dalam jangka kurang dari dua tahun, maka mungkinkan terjadinya BBLR. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Trihardiani 2011 menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan berat badan lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar subyek pada penelitian ini, yaitu sebesar 90,8 memiliki jarak kelahiran lebih dari sama dengan dua tahun. e. Pekerjaan Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh semua umur. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk 35 dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari yang akan memiliki waktu yang lebih untuk memperoleh informasi Depkes RI, 2001. Benerjee 2009 dalam Sujoso 2011 mengemukakan bahwa wanita bekerja yang sedang hamil membutuhkan perlindungan khusus. Perlindungan khusus ini diperlukan karena beberapa alasan. Pertama, pada fase perkembangan embrio lebih rentan terhadap agen toksik dibandingkan dengan ibu yang terpapar. Kedua, pada beberapa jenis pekerjaan dirasa kurang sesuai dikerjakan oleh seorang wanita. Ketiga, kehamilan mungkin menurunkan kapasitas kemampuan menangani permasalahan kerja. Keempat, wanita cenderung kurang memperhatikan dirinya dibandingkan dengan pria. Substansi bahaya di tempat kerja dapat masuk pada pekerja melalui tiga cara yaitu pernafasan, kontak melalui kulit dan melalui pencernaan. Wanita pekerja yang sedang hamil harus lebih berhati- hati mengenai bahaya pada kesehatan reproduksi. Beberapa bahan kimia dapat beredar di dalam darah ibu, melalui plasenta dan menjangkau perkembangan janin. Agen berbahaya lainya yaitu agen biologi seperti bakteri, virus, cacing yang dapat mempengaruhi secara keseluruhan pada kesehatan wanita dan mengurangi transport makanan ke janin sehingga menyebabkan bayi dengan berat lahir rendah Sujoso, 2011. 36 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartikainen dalam Sujoso 2011 terhadap kelompok wanita pekerja yang hamil, terpapar dan tidak terpapar kebisingan. Batas paparan yang diterima 78db. Tidak ada perbedaan dalam kelompok. Namun hasil penelitian menyimpulkan bahwa bila wanita yang sedang hamil menerima paparan kebisisngan 90db atau lebih, akan mengakibatkan bayi yang dilahirkan mempunyai berat badan lahir rendah. Selain itu, paparan radiasi bagi ibu hamil di tempat kerja dapat mengakibatkan mutasi genetik dan kelainan kongenital serta radiasi ionisasi, misalnya sinar x dan sinar gamma dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kelahiran cacat, bayi berat badan lahir rendah dan gangguang perkembangan mental. Beban fisiologis pada pekerja juga dapat mengakibatkan gangguan kehamilan. Menurut Benerjee 2009 dalam Sujoso 2011 pekerjaan yang paling berisiko terpajan faktor fisiologis untuk wanita hamil adalah industri tekstil. Sumber bahaya fisiologis yang sering ditemukan adalah jam kerja panjang, shift kerja yang pengaturanya tidak ergonomis, jam kerja seminggu yang melebihi 35 jam, waktu memutuskan cuti kerja sampai dengan menjelang minggu ke 32, posisi kerja berdiri terlalu lama, membawa beban yang berat. Sedangkan yang berkaitan dengan sumber masalah psikis yang dialami pekerja wanita dalam kondisi hamil adalah tuntutan pekerjaan, pengawasan pekerjaan, pengerahan tenaga fisik. 37 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yuliva, dkk 2009 menunjukan bahwa rata-rata berat lahir bayi berdasarkan jenis pekerjaan dengan aktivitas fisik berat pada kelompok ibu bekerja lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat lahir bayi ibu tidak bekerja dengan aktivitas berat. Seorang wanita yang bekerja apabila mengalami stres terutama pada saat hamil secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku wanita tersebut terhadap kehamilannya, misalnya dalam melakukan perawatan kehamilannya.Wanita hamil yang berada dalam keadaan stres akan mempengaruhi perilakunya dalam hal pemenuhan intake nutrisi untuk diri dan janin yang dikandungnya. Nafsu makan yang kurang menyebabkan intake nutrisi juga berkurang, sehingga terjadi gangguan pada sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui plasenta. Hal ini akan dapat mempengaruhi berat lahir bayi yang akan dilahirkan. Pekerjaan terkait pada status sosial ekonomi dan aktifitas fisik ibu hamil. Dengan keterbatasan status sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap keterbatasan dalam mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat, pemenuhan gizi, sementara itu ibu hamil yang bekerja cenderung cepat lelah sebab aktifitas fisiknya meningkat karena memiliki pekerjaankegiatan diluar rumah Depkes RI, 2003. 38 Menurut penelitian Alisyahbana 1990 dalam Surtiati 2003, menyatakan bahwa ibu yang bekerja memiliki risiko melahirkan BBLR sebesar 1,58 kali bila dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena pekerjaan fisik ibu juga berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi. Pada ibu yang berasal dari strata sosial ekonomi rendah banyak terlibat dengan pekerjaan fisik yang lebih berat. Penelitian yang dilakukan oleh Trihardiani 2011 menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil ibu 11,2 yang bekerja. Masyarakat cenderung memiliki persepsi bahwa suami merupakan tulang punggung keluarga yang berkewajiban mencari nafkah dengan bekerja diluar rumah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status pekerjaan tidak memiliki hubungan terhadap berat badan lahir. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar 88,8 subyek tidak bekerja, dan juga ada kemungkinan dikarenakan sebagian besar ibu yang bekerja memiliki pekerjaan yang tidak membahayakan kesehatan janin, selain itu ibu yang bekerja mempunyai pendidikan tinggi sehingga mereka dapat mengurangi faktor risiko dari pekerjaan mereka dengan melakukan pencegahan secara dini. f. Pendidikan Rendah Tingkat pendidikan ibu mengambarkan pengetahuan kesehatan. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai 39 kemungkinan pengetahuan tentang kesehatan juga tinggi, karena makin mudah memperoleh informasi yang didapatkan tentang kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Sebaliknya pendidikan yang kurang menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai nilai yang baru di kenal Notoadmojo,2007. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan keputusan. Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin mampu mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan dan gizi selama masa kehamilan Simarmata,2010. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi pula pengetahuan kesehatan. Pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang menerima informasi lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan rendah. Pengetahuan kesehatan yang tinggi menunjang perilaku hidup sehat dalam pemenuhan gizi ibu selama kehamilan. Festy, 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliva, dkk 2009 menunjukaan bahwa ibu yang berpendidikan rendah memiliki rata-rata berat lahir 40 bayi lebih rendah dari pada ibu yang berpendidikan tinggi, dalam hal ini pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap pengetahuan ibu yang berkaitan dengan perawatan selama hamil, melahirkan dan perawatan setelah melahirkan. Tinggi-rendahnya taraf pendidikan seseorang akan mendukung dan memberi peluang terhadap daya serap ilmu pengetahuan dan keinginan serta kemauan untuk mengetahui setiap hal yang berkaitan dengan kehamilan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Atriyanto 2006, menunjukan bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan rendah tidak tamat SLTA kebawah memiliki risiko melahirkan BBLR sebesar 1,84 kali lebih besar dibandngkan dengan ibu hamil yang berpendidikan tinggi tamat SLTA keatas. g. Merokok Perilaku merokok berhubungan dengan berkurangnya berat badan bayi yang dilahirkan dan dengan insiden perasalinan preterm. Ladewig, et all, 2005. Selain berisikomengalami penyakit kardiovaskuler, penyakit paru obstruktif dan kanker paru, wanita yang merokok selama kehamilan juga merisikokan janinya mengalami penurunan perfusi uteroplasenta dan penurunan oksigenasi. Bayi yang lahir dari wanita yang merokok lebih dari ½ pak perhari cenderung lebih kurus dari pada bayi yang lahir dari wanita bukan perokok. Pada beberapa kasus efek merokok pada 41 bayi secara signifikan mempengaruhi berat lahir dan mengancam kesehatan janin Wheeler. 2004. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rasyid, dkk, 2012 menunjukkan bahwa keterpaparan asap rokok selama hamil memberi pengaruh terhadap kejadian BBLR dengan besar risiko 4,2 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar. Nikotin pada rokok menimbulkan kontriksi pembuluh darah, akibatnya aliran darah ke janin melalui tali pusat janin akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat makanan yang diperlukan oleh janin. Sedangkan karbon monooksida akan mengikat hemoglobin dalam darah, akibatnya akan mengurangi kerja hemoglobin yang mestinya mengikat oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh sehingga akan mengganggu distribusi zat makanan serta oksigen ke janin. h. Konsumsi Alkohol Konsumsi alkohol telah dihubungkan dengan deficit neurologist pada bayi baru lahir dan dengan berat bayi lahir rendah. Peminum berat bisa mengakibatkan terjadinya sindrom janin alkohol. Ladewig, et all, 2005. Sindrom alkohol janin Fetal Alcoholic Syndrome [FAS] merupakan suatu sindrom mengenai gambaran wajah yang abnormal, pertumbuhan kerdil, masalah perilaku dan kecacatan intelektual dengan berbagai tingkat keparahan merupakan akibat 42 dari konsumsi alkohol berlebihan selama masa hamil dan merupakan penyebab retardasi mental kongenital. Ketika anak FAS beranjak dewasa biasanya mereka memiliki masalah dengan daya ingat, pemikiran dan penilaian yang abstrak, serta kontrol impuls. Jumlah minuman yang dikonsumsi selama periode organogenesis dan sensitivitas genetik juga dapat berperan. Wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol satu gelas atau lebih perhari berisiko mengalami aborsi spontan sampai dua kali lipat dan setiap dua gelas alkohol yang dikonsumsi di kehamilan tahap lanjut akan membuat berat lahir berkurang sebesar 160gr Wheeler, 2004. i. Konsumsi Obat-obatan Terlarang Ibu hamil dianjurkan untuk tidak menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter selama hamil Maryunani, 2013. Penggunaan obat-obat sebelum hamil atau selama hamil terutama golongan obat teratogenik merupakan risiko untuk terjadi gangguan pertumbuhan janin ataupun kelainan kongenital, dengan demikian kejadian BBLR lebih besar dari pada ibu hamil yang tidak mempergunakan obat-obatan Trihardiani, 2011. Ibu sebaiknya menghindari penggunaan obat-obatan baik yang diresepkan dan yang dijula bebas ketika hamil. Jika suatu saat timbul kebutuhan untuk pengobatan, ibu seharusnya memastikan pemberi asuhan mengetahui bahwa dirinya sedang hamil. Ibu harus juga menghindari konsumsi heroin, crack, mariyuana dan obat yang 43 dijual bebas serta obat jalanan selama kehamilan Ladewig et all, 2005. j. Status Ekonomi rendah Keadaan sosial, ekonomi dan demografi merupakan tolak ukur kualitas rumah tangga. Karena keadaan tersebut erat kaitannya dengan ketahanan pangan, keadaan gizi, pendidikan dan kesehatan rumah tangga. Bayi berat lahir rendah BBLR merupakan tolak ukur yang sering digunakan dalam berbagai penelitian untuk menemukan hubungannya dengan banyak masalah kesehatan dan gizi Subarkah, 2003. k. Penambahan berat badan 10kg Peningkatan berat badan dalam kehamilan terjadi karena adanya pertumbuhan janin dan perubahan beberapa tempat dari tubuh ibu. Sebagai respon terhadap pertumbuhan janin dan plasenta yang cepat serta kebutuhan-kebutuhan yang semakin meningkat, wanita hamil mengalami perubahan metabolik. Sebagian besar pertambahan berat badan selama hamil dihubungkan dengan uterus dan isinya, payudara, berubahnya volume darah serta cairan ekstrasel ekstravaskuler. Penambahan berat badan yang lebih kecil adalah akibat perubahan metabolik yang menyebabkan bertambahnya air dalam sel dan penumpukan lemak dan protein baru. Lemak bawah kulit pada umumnya tertimbun dibagian perut serta bagian depan 44 dan belakang paha terutama pada trimester pertama dan kedua Puspitasari, dkk, 2011. Pertambahan berat badan ibu merupakan pencerminan dari status gizi ibu hamil. Bertambahnya berat badan ibu sangat berarti sekali bagi kesehatan ibu dan janin. Pada ibu yang menderita kekurangan energi dan protein status gizi kurang maka akan menyebabkan ukuran plasenta lebih kecil dan suplai nutrisi dari ibu ke janin berkurang, sehingga terjadi reterdasi perkembangan janin intra utera dan bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah BBLR Samsudin dan Arjatmo Tjokronegoro, 1986 dalam Setianingrum, 2005. Bila berat badan ibu sebelum hamil normal, maka perlu ditambah minimal 10kg pada masa kehamilanya. Sedangkan bila berat badan kurang sebelum hamil, perlu ditambah hingga mendekati 15kg Maryunani, 2013. Menurut WHO penambahan berat badan ibu hamil yang normal yaitu ≥10kg sampai dengan 15kg. Defisiensi mikronutrien selama kehamilan serta penambahan berat badan yang tidak memadai memiliki dampak terhadap neonatal dan bayi yaitu berupa kelahiran prematur, berat lahir rendah BBLR dan kelahiran cacat WHO, 2014. Sedangkan untuk kehamilan kembar penambahan berat badan ibu antara 18- 23kg selama kehamilanya Gopar, 2009. 45 Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur kehamilan. Berat badan rendah sebelum hamil, serta pertambahan berat badan yang tidak adekuat merupakan penilaian langsung yang dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan janin. Pertambahan berat badan yang sesuai menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan janin yang dapat mendukung pertumbuhan janin dalam rahim. Pertambahan berat badan ibu yang tidak sesuai akan memungkinkan terjadinya keguguran, kelahiran prematur, BBLR, dan perdarahan setelah persalinan. Sebagian besar BBLR terjadi pada ibu yang mengalami kenaikan berat badan selama hamilnya 10kg Trihardiani, 2011. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Surtiati 2003, Ibu yang mengalami penambahan berat badan 10kg memiliki risiko 3,34 kali lebih besar untuk mengalami bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mengalami penambahan ≥10kg pada saat kehamilanya. Hasil penelitian dilakukan oleh Festy 2010 di Kabupaten Sumenep menyatakan bahwa penambahan berat badan ibu berisiko 8,264 kali menyebabkan BBLR. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti 2010 di RSUD Ulin Banjarmasin juga menyatakan bahwa penambahan berat badan ibu berisiko 7,1 kali menyebabkan BBLR. 46 l. Tinggi badan Tinggi badan ibu hamil yang berisiko BBLR adalah kurang dari sama dengan 145cm. Hasil penelitian Budiman, 2011, menunjukkan bahwa makin tinggi badan ibu hamil maka makin besar juga berat bayi yang dilahirkan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kate dkk dalam Budiman 2011 bahwa ibu yang memiliki postur pendek memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat lahir lebih rendah karena diperkirakan postur pendek mencerminkan keadaan status gizi yang kurang baik di masa lampau. Sebuah studi dari India melaporkan tingginya insiden bayi BBLR pada ibu dengan tinggi badan 145cm dari pada ibu dengan tinggi badan 145cm. Ibu yang memiliki tinggi badan 145cm berisiko 1,32 kali melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang memiliki tinggi badan 145cm. Beberapa penelitian lain telah melaporkan bahwa ibu bertubuh pendek memiliki risiko lebih besar untuk memperoleh hasil kehamilan yang merugikan. Penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa tinggi ibu memiliki dampak terhadap ukuran bayi baru lahir berat lahir dan panjang lahir. Pengerdilan stunting merupakan konsekuensi dari asupan nutrisi jangka panjang yang buruk dan merupakan indikator utama dalam menurunkan pertumbuhan pada anak-anak. Pengerdilan juga telah dikaitkan dengan kelangsungan siklus gizi dengan menyebabkan 47 berat badan lahir rendah di antara keturunan dari ibu yang terhambat Bisai, 2003. Penelitian yang dilakukan oleh Festy 2009 menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian BBLR. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Trihardiani 2011 juga menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara tinggi badan dengan kejadian BBLR. Hal ini dikarenakan sebagian besar subyek 98,2 memiliki tinggi badan lebih dari 145cm. Proverawati 2009 dalam Simbolon Aini 2013 menjelaskan bahwa tinggi badan ibu hamil terlalu pendek dan kurang dari 145cm merupakan salah satu golongan risiko tinggi. Perbaikan tinggi badan perempuan berupa intervensi gizi dan kesehatan perempuan di negara-negara maju terbukti memberi pengaruh yang signifikan pada penurunan angka kejadian BBLR. Tingginya risiko ibu pendek melahirkan bayi BBLR, menunjukkan perlunya intervensi gizi dan kesehatan yang segera dilakukan bagi para perempuan Indonesia yang dimulai dari perbaikan status gizi sejak dini sebagai upaya penurunan angka kejadian BBLR. m. Riwayat Kelahiran Prematur dan BBLR Penyebab kelahiran prematur dan BBLR yang telah diketahui dapat diperbaiki dengan perawatan pralahir yang sempurna, pengurangan faktor risiko lainya serta pembatasan kegiatan dapat membantu mencegah hal tersebut terulang kembali. Bila penyebab 48 kelahiran prematur dan BBLR tidak dapat dicegah atau diperbaiki maka kelaahiran prematur dan BBLR dapat ditunda. Pengunduran waktu sejenak dapat bermanfaat, dimana setiap hari tambahan nutrisi bayi yang berada dalam uterus akan meningkatkan kesempatan untuk selamat Maryunani, 2013. n. Anemia Kehamilan Sebagian besar penyebab anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Anemia gizi besi terjadi karena tidak cukupnya zat gizi besi yang diserap dari makanan sehari-hari guna pembentukan sel darah merah sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat besi dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan distribusi oksigen ke jaringan akan berkurang yang akan menurunkan metabolisme jaringan sehingga pertumbuhan janin akan terhambat, dan berakibat berat badan lahir bayi rendah Trihardiani, 2011. Bondevik 2001 dalam Simbolon dan Aini 2013 menjelaskan bahwa anemia pada ibu hamil dapat menganggu pertumbuhan janin dalam kandungan, sehingga ibu hamil dengan anemia bisa melahirkan bayi prematur dan BBLR. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun otak. Secara fisiologis, penurunan kadar hemoglobin selama kehamilan terjadi karena ketidakseimbangan 49 jumlah sel darah merah dan plasma darah. Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar hemoglobin. Peningkatan jumlah eritrosit juga menyebabkan peningkatan kebutuhan zat besi selama kehamilan sekaligus untuk pertumbuhan janin. Anemia pada ibu hamil mengakibatkan gangguan nutrisi dan oksigenasi utero plasenta, sehingga ibu hamil yang mengalami anemia akan berdampak pada gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan BBLR. Kadar Hb ibu hamil normal adalah 11grdl , kadar Hb ini tergantung pada asupan nutrisi ibu selama hamil. Hb 11grdl berisiko menderita anemia zat besi yang dapat berakibat pada terjadinya kelahiran dengan berat badan lahir rendah. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan kekurangan suplai oksigen ke jaringan sehingga mengganggu pertumbuhan janin. Untuk itu ibu hamil yang menderita anemia perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Petugas kesehatan hendaknya memeriksa Hb sedini mungkin Festy, 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Aristyawati 2011 menyatakan bahwa kejadian BBLR 3,57 kali lebih besar pada ibu hamil yang menderita anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak menderita anemia. Selain itu, penelitian lainya dilakukan oleh Trihardiani 2011, menyatakan bahwa faktor penyebab anemia 50 pada ibu hamil diantaranya kurang gizi, penyakit kronis infeksi dan non infeksi, kemiskinan, keterbelakangan, dan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Selain itu faktor ketidaktahuan ibu terhadap kebiasaan konsumsi bahan makananminuman tertentu yang dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh, yaitu antara lain ibu tidak mengetahui bahwa tablet besi tidak boleh dikonsumsi dengan teh karena mengandung fitat dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh. Anemia terjadi apabila kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari pada nilai normal. Kadar hemoglobin dapat dijadikan sebagai indikator tentang keadaan gizi pada umumnya. Batas Hb normal untuk wanita hamil adalah 11gr atau lebih. Penelitian yang dilakukan oleh Puji 2007 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar Hb ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini disebabkan karena apabila ibu hamil mengalami anemia maka pasokan O2 untuk jaringan menurun dan pengangkutan CO2 dari jaringan menjadi terhambat sehingga dapat menghambat pertumbuhan jaringan baik pada janin maupun pada plasenta sehingga dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, partus premature, partus lama dan lain-lain. 51 2. Faktor kehamilan a. Komplikasi kehamilan Kehamilan ganda yaitu kehamilan dimana jumlah janin yang dikandung lebih dari satu Maryunani, 2013. Laju morbiditas dan mortalitas meningkat secara signifikan pada kehamilan dengan janin ganda. Laju mortalitas perinatal lebih tinggi dan adanya peningkatan risiko persalinan preterm dengan masalah yang berhubungan dengan prematuritas. Kehamilan ganda meningkatkan insidensi IUGR, kelainan kongenital dan presentasi abnormal. Bagi ibu kehamilan ganda dapat menyebabkan peningkatan rasa ketidaknyamanan fisik selama kehamilan, seperti pernapasan pendek, sakit punggung, edema kaki juga terjadi peningkatan insidensi PIH Pregnancy Induced Hypertension, anemia serta plasenta previa Ladewig et all, 2013. Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan ganda dapat memberikan risiko yang lebih tinggi terhadap bayi dan ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan ganda harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Kebutuhan untuk pertumbuhan hamil ganda lebih besar sehingga apabila terjadi difisiensi nutrisi seperti anemia hamil dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim Lubis, 2011. Kehamilan ganda multifetus adalah kehamilan yang terdiri dari dua janin atau lebih. Kehamilan ganda dapat menghasilkan 52 anak ganda dua, ganda tiga triplet ganda empat quadruplet, ganda lima quintriplet, dan ganda enam sextuplet. Pertumbuhan janin ganda dan tunggal menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Berat badan satu janin ganda rata-rata lebih ringan 1000gr dari janin tunggal. Berat badan bayi ganda dua dan tiga yang baru lahir kurang dari 2500gr dan ganda lima kurang dari 1000gr. Berat badan janin dari kehamilan ganda tidak sama. Umumnya, terjadi perbedaan antara 50-1000gr. Selain itu, terjadi pembagian sirkulasi darah yang tidak sama. Akibatnya. pertumbuhan kedua janinnya pun berbeda Departemen Obstetri dan Ginekologi FK UI RSCM, 2014 . Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan dari pada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil, karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000gr lebih ringan dari pada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar 2500gr Wulandari, 2011. Pengaruh kehamilan ganda pada janin yaitu mortalitas janin naik sampai empat kali dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Mortalitas keseluruhan bervariasi antara 9-14. Meskipun 53 malpresentasi dan anomaly kongenital mempunyai peranan, sebab kematian terbesar adalah prematuritas. Berat lahir merupakan faktor penting, agaknya 2000gr merupakan titik kritis. Sementara berat masing-masing anak lebih kecil dari rata-rata, berat totalnya lebih besar dari bayi tunggal. Salah satu anak dapat lebih berat 50-1000gr dari lainya. Separoh kasus anaknya mempunyai berat badan cukup bulan. Seperdelapan kehamilan kedua bayinya dibawah 1500gr. Tiga perdelapan sisanya antara 1500-2500gr Oxorn Forte, 2010. b. Komplikasi Kehamilan Komplikasi kehamilan seperti pendarahan, pre eklampsiaeklampsia, ketuban pecah dini. Perdarahan dibedakan dalam dua kelompok utama yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan aborsi atau kelainan. Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat disebabkan karena terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit saluran kelamin bagian bawah Depkes RI, 2000 dalam Parhusip, 2010. Pre-eklampsiaeklampsia yaitu kondisi ibu hamil dengan tekanan darah meningkat keadaan ini sangat mengancam jiwa ibu dan bayi yang dikandung Maryunani, 2013. Per-eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria 54 yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada waktu antepartum, intrapartum, dan pasca persalinan Prawirohardjo, 1999 dalam Parhusip, 2010. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda yang lain. Untuk menegakkan diagnosis pre-eklamsi, kenaikan tekanan sistolik harus 30mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140mmHg atau lebih dan tekanan diastolik naik dengan 15mmHg atau lebih atau menjadi 90mmHg maka diagnosis hipertensi dapat ditegakkan Manuaba, 2008. Hipertensi bisa didapati sebelum kehamilan 1-5 dan menetap semasa kehamilan atau dapat terjadi pada saat kehamilan. Karena sistemik vascular resisted yang menurun pada awal kehamilan, maka hipertensi ini sering tidak didapati hingga pertengahan kedua kehamilan. Keadaan ini disebut dengan pregnancy-induced atau gestational hypertension atau toxemia. Bila disertai dengan proteinuria, edema kaki, iritabilitas SSP, peningkatan enzim hati, gangguan koagulasi, maka sindroma hipertensi ini disebut preeklamsi. Jika disertai konvulsi maka disebut eklamsi. Preeklamsi meningkatkan resiko pada ibu kira-kira 1-2 perubahan 55 perdarahan SSP, konvulsi atau penyakit sistemik berat lainnya dan retardasi perkembangan janin 10-15 Bahri, 2004. Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi serius pada trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti edema, hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma. Dengan terjadinya hipertensi, maka terjadi spasme pembuluh darah, sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta, maka sirkulasi uteroplasenter akan terganggu, pasokan nutrisi dan O2 akan tergangu sehingga janin akan mengalami pertumbuhan janin yang terganggu dan bayi akan lahir dengan berat bayi lahir rendah Wijayarini, 2002 dalam Kurniawati, 2010. Terapi non farmakologi bisa dilakukan untuk menangani hipertensi, walaupun tidak memberikan dampak yang berarti. Meskipun bed rest yang ketat dapat menurunkan tekanan darah, tetapi umumnya keadaan ini tidak direkomendasikan. Membatasi aktifitas fisik dan mengurangi stress selalu dianjurkan. Membatasi masukan garam tidak dianjurkan, kecuali pada penderita yang jelas diketahui sebelumnya mempunyai hipertensi sensitive terhadap garam salt-sensitive hypertension, karena wanita hamil dengan hipertensi mempunyai volume plasma yang lebih rendah dibanding wanita dengan normotensi. Jika diperlukan pengobatan farmakologik, methyldopa dapat menjadi pilihan. Sebaliknya penggunaan antihipertensi tidak selalu menunjukkan peningkatan 56 survival pada janin dan menghasilkan anak dengan mental dan perkembangan fisik yang normal. Penggunaan obat-obat anti hipertensi lain akan mempunyai hasil yang sama, tetapi belum diteliti dengan sempurna. Termasuk terapi awal dengan beta bloker β1 selektif atau diuretic. Calcium channel blocker terbukti telah efektif dan penggunaan ACE inhibitor tidak boleh digunakan dan keamanan penggunaan angiotensin II blocking agent belum diketahui Anwar, 2004. Edema ialah penimbunan cairan secara umum yang berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan berat badan ½kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal tetapi bila kenaikan 1kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan Manuaba, 2008. Proteinuria merupakan komplikasi lanjutan dari hipertensi dalam kehamilan, dengan kerusakan ginjal sehingga beberapa bentuk protein lolos dalam urine. Normal terdapat sejumlah protein dalam urine, tetapi tidak melebihi 0,3gr dalam 24 jam. Proteinuria menunjukkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan lanjut sehingga memerlukan perhatian dan penanganan segera Manuaba, 2008. 57 Ketuban pecah dini adalah kondisi dimana air ketuban keluar sebelum waktunya dan biasanya faktor penyebab paling sering adalah terjadinya benturan pada kandungan Maryunani, 2013. c. Umur kehamilan Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari. Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu mengandung, yang dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir HPHT. Umur kehamilan normal adalah 40 minggu atau 280 hari seperti kebiasaan orang awam 9 bulan 10 hari. Disebut matur atau cukup bulan adalah rentang 37-42 minggu, bila 37 minggu disebut prematur atau kurang bulan, bila 42 minggu disebut post-matur atau serotinus. Hubungan antara umur kehamilan dengan berat bayi lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterine. Menurut hubungan berat lahirumur kehamilan maka berat bayi lahir dikelompokkan menjadi Sesuai Masa Kehamilan SMK, Kecil Masa Kehamilan KMK dan Besar Masa Kehamilan BMK Ahmad, 2012. Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin. Masa kehamilan ibu dibagi dalam tiga tahapan atau trismester. Trismester pertama, saat kehamilan mencapai umur 1-3 bulan, adalah masa penyesuaian tubuh ibu terhadap awal kehamilanya. Karena pada 58 tiga bulan pertama ini pertumbuhan janin masih lambat, penambahan kebutuhan zat-zat gizinyapun masih relative kecil. Pada tahap ini ibu hamil memasuki masa untuk menyimpan zat gizi sebanyak-banyaknya dari makanan yang disantap setiap hari untuk cadangan persediaan pada trismester berikutnya Albugis, 2008. Memasuki trismester kedua, saat kehamilan berumur 4-6 bulan, janin mulai tumbuh pesat dibandingkan dengan sebelumnya. Kecepatan pertumbuhan itu mencapai 10gr per hari. Tubuh ibu juga mengalami perubahan dan adaptasi, misalnya pembesaran payudara dan mulai berfungsinya rahim serta plasenta. Untuk itu, peningkatan kualitas gizi sangat penting karena pada tahap ini ibu mulai menyimpan lemak dan zat gizi lainya untuk cadangan sebagai bahan pembentuk ASI saat menyusui nanti Albugis, 2008. Sedangkan pada tahap terakhir atau trismester ketiga, ketika umur kehamilan mencapai 7-9 bulan, dibutuhkan vitamin dan mineral untuk mendukung pesatnya pertumbuhan janin dan pembentukan otak. Kebutuhan energi janin didapat dari cadangan energi yang disimpan ibu selama tahap sebelumnya Albugis, 2008. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Surtiati 2003, ibu yang melahirkan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu memiliki risiko 10 kali lebih besar untuk mengalami BBLR dibandingkan dengan ibu yang melahirkan pada umur kehamilan ≥37 minggu. 59 3. Faktor janin a. Cacat bawaan Cacat bawaan yaitu keadaan janin yang cacat sebagai akibat pertumbuhan janin didalam kandungan tidak sempurna Depkes, 2009.

2.7 Kerangka Teori