71
10. Hasil observasi
TABEL.4.17 Instrumen Observasi Guru Nama Sekolah
: Mts Al-Khairiyah Nama Guru
: Nurfadilah Mata Pelajaran
: Ips Terpadu Materi Pokok
: Memahami Proses Kebangkitan Nasional Kelas
: VIII Jumlah Siswa
: 33 Orang PETUNJUK PENGISIAN : BERILAH ANGKA YANG SESUAI UNTUK
MENGGAMBARKAN AKTIFITAS GURU DALAM SETIAP KEGIATAN PEMBELAJARAN.
NO ASPEK YANG
DIAMATI KRITERIA PENILAIAN
CATAT AN
TIDAK BAIK
KURANG BAIK
CUKUP BAIK
BAIK KEGIATAN
PEMBELAJARAN I
PENDAHULUAN 1.
MEMBERITAHUK AN SK, KD, DAN
INDIKATOR
2. MENULISKAN
TOPIK PEMBELAJARAN
3. APERSEPSI DAN
MOTIVASI
II KEGIATAN POKOK
1. PENYAJIAN
SESUAI DENGAN URUTAN MATERI
2. METODEPENDEK
ATAN SESUAI
DENGAN MATERI
3. MENGARAHKAN
KETERLIBATAN SISWA
72
4. MEMBIMBING
SISWA MELAKUKAN
KEGIATAN
5. PENGELOLAAN
KELAS
6. PENGEMBANGAN
KETERAMPILAN SISWA
7. MENGAWASI
SETIAP SISWA
SECARA BERGILIRAN
8. MEMBERIKAN
BANTUAN KEPADA
SISWA YANG
MENGALAMI KESULITAN
9. PELAKSANAAN
SESUAI DENGAN WAKTU
III PENUTUP
1. MEMBIMBING
SISWA MEMBUAT KESIMPULAN
2. MEMBERIKAN
EVALUASI
JUMLAH ARTI ANGKA
: 1= TIDAK BAIK 3= CUKUP BAIK
2= KURANG BAIK 4= BAIK
KESAN UMUM: …………………………………………………........................ SARAN: ……………………………………………………………………………
Jakarta, 07 november 2014 Observer Pendamping
Guru Mata Pelajaran
Shafaul Bariyyah, S.Ei Nurfadilah
73
TABEL.4.18 Instrumen Lembar Observasi Siswa Lembar Observasi Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS
Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 20142015
Kelompok : EKSPERIMEN
Materi :
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis Pada Aspek Yang Tertera
No Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati
kelompok Antusias
Menerima Pelajaran
Konsentrasi Dalam
Pelajaran Kerja Sama
Dalam Kelompok
Keaktifan Bertanya
Ketepatan Jawaban
Keaktifan Menjawab
Pertanyaan Guru
Maupun Pertanyaan
Siswa 1
I 23
25 26
21 19
17 2
II 23
22 25
21 17
18 3
III 22
23 25
21 19
17 4
IV 19
19 21
18 16
15 5
V 19
19 21
18 14
13
C. PEMBAHASAN
Pada dasarnya belajar tuntas mastery learning akan menciptakan siswa memiliki kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya,
mengecilkan perbedaan antara anak cerdas dengan anak yang tidak cerdas. Belajar tuntas mastery learning menciptakan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran,
sehingga di dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran, sedangkan anak didik yang kurang cerdas mencapai sebagian
tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran. John B Carrol menyatakan dalam buku Martinis Yamin bahwa siswa
yang berbakat tinggi memerlukan waktu yang relatif sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan siswa yang memiliki bakat rendah. Siswa
74
dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pengajaran dan kesempatan waktu belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan
masing-masing siswa.
58
Berdasarkan teori mastery learning, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi
atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65 dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik
yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65 sekurang-kurangnya 85 dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.
59
Peningkatan kualitas pembelajaran
siswa dilihat dari perolehan nilai hasil belajar siswa dan suasana pembelajaran didalam kelas memberi indikasi yang kuat
terhadap meningkatnya mutu proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu pembelajaran dengan strategi mastery learning belajar tuntas selain
meningkatkan kualitas pembelajaran
siswa dan mutu proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
Dengan menggunakan uji N-gain dapat dilihat bahwa data pretest untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai rata-rata sebesar 66.82 sedangkan posttest
diperoleh nilai rata-rata sebesar 86.36. Maka dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa sebesar 19.41 yang berarti adanya pengaruh yang
signifikan antara strategi mastery learning dengan hasil belajar siswa. Temuan diatas sesuai dengan penelitian yang diungkapkan oleh
oleh “Dewi Atikoh“ dalam penelitian yang dilakukannya yang berjudul pengaruh
strategi Pembelajaran mastery learning Belajar Tuntas Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa, dapat diketahui bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan
strategi pembelajaran mastery learning memiliki kenaikan rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional.
Diungkapkan juga oleh “Nurhafifah” dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Belajar Tuntas mastery learning Sebagai Upaya
Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Di SMP Pelit Harapan Pondok Pinang
58
Yamin, Martinis. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik”Implementasi KTSP UU No.14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”. Gaung Persada Press. Jakarta. Indonesia. 2008. h. 216
59
Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. h.99
75
Kebayoran dinyatakan bahwa indikator ketuntasan belajar siswa sesuai kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran PAI untuk aspek bilangan adalah 70.
Ketuntasan pada kelas eksperimen pada tabel menunjukkan 85 sedangkan pada kelas kontrol 70 hal ini menunjukkan bahwa penerapan model belajar tuntas
dapat meningkatkan hasil belajar PAI siswa. Kelas eksperimen yang menggunakan mobel belajar tuntas memiliki ketuntasan belajar lebih besar dari
pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model belajar tuntas. Sedang
kan menurut penelitian “Hidayattulloh” dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Tuntas mastery learning Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun Pelajaran 20122013
berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa siklus 1 dan siklus 2 dengan menggunkan mastery learning pada pembelajaran IPS dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Strategi pembelajaran tuntas mastery learning sangat membantu guru dan juga peserta didik dalam
meningkatkan kualitas belajar mengajar baik secara kognitif yang terlihat dari hasil nilai akademis, juga pada afektif dan psikomotorik peserta didik, sehingga
peserta didik menjadi lebih kritis dalam berpikir dan menganalisis permasalahan dan juga lebih bijaksana dalam bersikap.
Dari penelitian ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang relevan yang sudah ada sebelumnya dapat diambil kesimpulan yang sama yaitu;
berdasarkan data hasil analisis, terlihat bahwa tingkat kualitas pembelajaran dan
kemampuan guru dalam metode pembelajaran yang berbeda dari metode
pembelajaran yang biasa digunakan yaitu metode ceramah dalam pembelajaran memberikan pengaruh terhadap meningkatnya mutu proses pembelajaran dan nilai
hasil belajar siswa .
Hasil penelitian-penelitian diatas juga menunjukkan bahwa peningkatan kualitas pembelajaran berbanding lurus dengan tingkat kemampuan
mengajar guru.