4. Penyiapan Lingkungan Sosial. 5. Bimbingan Mental Psikososial.
6. Bimbingan Pelatihan Ketrampilan. 7. Bimbingan Fisik Kesehatan.
8. Bimbingan Pendidikan.
E. Tahap Pasca Pelayanan, terdiri dari: 1. Penghentian Pelayanan. Dilakukan setelah penerima manfaat selesai
mengikuti proses pelayanan dan telah mencapai hasil pelayanan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
2. Rujukan. Dilaksanakan apabila penerima manfaat membutuhkan pelayanan
lain yang tidak tersedia dalam panti. 3.
Pemulangan dan Penyaluran. Dilaksanakan setelah penerima manfaat dinyatakan berhenti atau selesai mengikuti proses pelayanan.
4. Pembinaan Lanjut. Kegiatan memonitor atau memantau penerima manfaat sesudah mereka bekerja atau kembali ke keluarga.
2.6 Kerangka Pemikiran
Anak dengan kecacatan rungu wicara merupakan realitas sosial yang tidak terelakkan keberadaannya. Dibutuhkan perhatian dan dukungan baik oleh
pemerintah maupun masyarakat. Secara umum keberadaan anak dengan kecacatan rungu wicara terkadang dianggap beban, aib yang keberadaannya disembunyikan
atau diisolasi dari kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pelayanan dan rehabilitasi sosial anak dengan kecacatan rungu wicara adalah suatu bentuk perwujudan dari tanggungjawab dan kewajiban
bersama; antara orang tuakeluarga, masyarakat, dan pemerintah. Selain itu dalam prosesnya, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan juga harus
didukung oleh kemudahanaksesibilitas bagi penyandang cacat untuk membantu anak dalam menjalankan kehidupannya secara mandiri.
Pemberian pelayanan sosial itu sendiri diselenggarakan untuk membantu keluargaorang tua dan anak dengan kecacatan. Pelayanan sosial, disamping
ditujukan untuk memberi bantuan, pelayanan sosial juga dilakukan untuk memberikan upaya rehabilitasi sosial maupun memberikan perlindungan anak.
Disisi lain, pelayanan dan rehabilitasi sosial diselenggarakan agar anak terpenuhi kebutuhan perlindungannya. Melalui perlindungan juga diharapkan akan
terpeliharanya taraf kesejahteraan anak dan keluarganya, dan perlu adanya penyelenggaraan pelayanan sosial maupun rehabilitasi sosial.
Sebagai kelompok rentan, anak dengan kecacatan rungu wicara juga membutuhkan serangkaian rehabilitasi sosial. Rehabilitasi sosial dilakukan secara
utuh dan terpadu dan berkesinambungan melalui pendekatan fisik, mental, dan sosial agar penyandang cacat dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal
dalam hidup bermasyarakat. Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan rehabilitasi sosial, maka perlu ada dilakukan rehabilitasi lain yang mencakup
rehabilitasi medik, pendidikan dan pelatihan keterampilan. Sejak tahun 1987 berdiri Panti Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Tuna
Rungu Wicara yang merupakan salah satu UPT Kantor Wilayah Departemen Sosial Provinsi Sumatera Utara yang melayani Penyandang Cacat Tuna Rungu
Universitas Sumatera Utara
Wicara dengan memberikan bimbingan mental, bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, motivasi dan diagnose psikososial. Setiap
bimbingan yang diberikan kepada warga binaan sosial Tuna Rungu Wicara diharapkan dapat memandirikan dan memaksimalkan fungsi sosialnya untuk dapat
berinteraksi dan berperan sosial secara aktif dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.
2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep