23
Menurut Howard D Crosse dan George J. Hemple dalam Vietzhal Rivai Andria Permata Veitzhal dan Ferry N. Idroes mengartikan bank sebagai suatu organisasi yang
menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan
bagi pemilik. Disini dejelaskan bahwa ada dua fungsi bank yaitu bank melayani kepentingan orang banyak melalui simpanan dan pinjaman, kemudian bank mencari
keuntungan atas perusahaan yang dimiliki Nazrian, 2012. Lembaga keuangan khususnya bank tidak terlepas dari kegiatan untuk mendapatkan
keuntungan seperti yang dijelaskan diatas. Bank merupakan perusahaan jasa yang mengedepankan pelayanan terhadap penggunanya yang disebut sebagai nasabah. Bank
akan terus meningkatkan pelayanannya terhadap nasabah demi mendapatkan kepuasan pelanggan yang ujung-ujungnya juga berorientasi kepada keuntungan.
2.5 Etnis Tionghoa di Indonesia
Pada dasarnya penduduk Indonesia adalah orang-orang pribumi yang terdiri dari beberapa etnis. Selain etnis-etnis pribumi yang mendiami kepulaun Indonesia, ada beberap
etnis non pribumi yang mediami Indonesia yaitu etnis Tionghoa. Sebagaimana diketahui bahwa bukan hanya etnis Tionghoa saja yang menjadi etnis non pribumi yang mendiami
Indonesia, seperti Arab, India, Amerika Latin, dan lain-lain. Walaupun mereka bukan asli keturunan Indonesia tetapi mereka tetap menjadi warga negara Indonesia yang sah dimata
hukum, mendapat persamaan hak seperti warga-warga lain yang hidup di Indonesia. Keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia merupakan etnis minoritas terhadap etnis-
etnis pribumi lainnya. Etnis Tionghoa sendiri masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan yang kemudian menetap di Indonesia. Menetapnya mereka maka proses
Universitas Sumatera Utara
24
asimilasi diantara dua kebudayaan terjadi. Ada dua pelabelan terhadap orang-orang etnis Tionghoa yaitu etnis Tionghoa peranakan dan totok. Etnis Tionghoa “peranakan” adalah
mereka yang beberapa generasi telah hidup di Indonesia sehingga proses asimilasi yang terjadi sudah hampir kompleks. Mereka ini biasanya sudah berbaur dengan cepat dengan
masyarakat pribumi. Misalnya etnis Tionghoa di Jawa Tengah, mereka sudah menggunakan bahasa Indonesia dengan aksen jawa bahkan mereka jarang memakai bahasa mereka
sendiri. Etnis Tionghoa “totok” atau sing-kehsendiri adalah mereka yang belum lama tinggal
di Indonesia dan biasanya mereka ini pendatang baru yang sejak lahir dari Tiongkok Liem, 2000: 4.Kebudayaan mereka juga masih berorientasi Tiongkok dan belum terlalu
beradaptasi dengan etnis pribumi. Bahasa yang mereka gunakan di dalam berkomunikasi sehari-hari adalah Hokkian atau Fukkien. Dialek ini yang masih melekat dan digunakan
sehari-hari oleh etnis Tionghoa disamping bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi utama. Di lain sisi ada jenis struktural lainnya yang mampu menjelaskan identitias dari
suatu kelompok masyarakat yaitu agama. Di dalam etnis Tionghoa terdapat tiga jenis agama tradisional yang disebut Sam Kao Taoisme, Konfusianisme, dan Budhisme.
Derasnya arus modernisasi tidak memungkinkan bahwa agama tradisional ini semakin tereduksi dan mulai ditinggalkan. Dengan demikian, untuk kasusnya di Indonesia banyak
etnis Tionghoa yang beralih ke agama Islam sebagai agama mereka. Di lain sisi mereka juga memeluk agama Kristen khususnya Katolik yang secara hipotetis lebih cenderung dan
toleran terhadap ajaran-ajaran tradisional seperti ajaran Sam Kao. Berdasarkan hasil penelitian dari Mely G. Tan bahwa di tahun 1960-an, etnis
Tionghoa khususnya kaum “peranakan”, mulai menjauhkan diri dari “keluarga besar yang tertutup” dan membentuk “keluarga inti yang kecil” Liem, 2000: 11. Dengan demikian,
Universitas Sumatera Utara
25
struktur keluarga etnis Tionghoa berubah dan lambat laun akan meninggalkan struktur keluarga khas etnis Tionghoa seperti nilai-nilai keluarga tradisional.
Sesuai perkembangan zaman, pada dasarnya hubungan antara etnis Tionghoa dengan etnis pribumi di Indonesia kurang harmonis. Hal ini bisa terjadi karena adanya
stereotip prasangka yang beredar di antara kedua kelompok masyarakat ini, baik itu yang ditujukan ke etnis Tionghoa dan begitu juga sebaliknya. Stereotip biasa berkembang atas
dasar kejadian-kejadian sebelumnya yang menjadi panduan mereka untuk menentukan kehidupan kedepannya. Setiap kelompok punya pandangan terhadap kelompok lainnya dan
stereotip juga dimiliki oleh masing-masing kelompok terhadap kelompok lainnya. Biasanya yang sering terjadi di lapangan adalah stereotip etnis pribumi terhadap etnis Tionghoa
dikarenakan perbedaan persaingan sumber-sumber ekonomi juga gaya hidup yang mencolok. Keberadaan mereka yang semakin menonjol dalam pengelolaan sumber-sumber
ekonomi menjadikan prasangka orang-orang pribumi selalu negatif. Mereka beranggapan kalau etnis Tionghoa melakukan itu semua dengan cara yang tidak jujur dan menempuh
segala cara untuk mendapatkannya sehingga timbullah tuduhan-tuduhan seperti sombong, hidup secara eksklusif, tinggal di pusat kota dan selalu mengasingkan diri dari orang-orang
pribumi.
Universitas Sumatera Utara
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN