4.4 Berperilaku
yang mencerminkan
kesadaran beriman
kepada malaikat-
malaikat Allah SWT 4.5
4.5 Menceritakan tokoh-tokoh teladan
dalam semangat
mencari ilmu 4.6
Menyajikan macam-macam
sumber hukum Islam 4.7.1
Menyajikan dalil tentang ketentuan wakaf
4.7.2 Menyajikan pengelolaan wakaf
4.8.1 Mendeskripsikan substansi dan
strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah
4.8.2 Mendeskripsikan substansi dan
strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah proses belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan
siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu
sama lain.
24
Model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual.
25
pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini
adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
24
David W. Johnson, dkk. Colaborative Learning, Bandung: Nusamedia, 2010, Cet. 1, h. 4.
25
Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010, Cet. 1, h. 90.
kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diarahkan untuk bisa juga bekerja, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara
individu. Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang
di dalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam
belajar.
26
Menurut pendapat Kagan yang dikutip oleh Masitoh dan Laksmi Dewi mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
intruksional yang melibatkan interaksi siswa secara kooperatif dalam mempelajari suatu topik sebagai bagian integral dari proses
pembelajaran.
27
Menurut pendapat Jacob yang dikutip oleh Masitoh dan Laksmi Dewi menyatakan bahwa
“Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode intruksional dimana siswa dalam kelompok kecil bekerja sama dan
saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik ”.
28
Menurut pendapat Artzt Newman yang dikutip oleh Trianto menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama
sebagai suatu tim dalam menyelasaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota kelompok memiliki
tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
29
Pembelajaran kooperatif ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
26
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI, 2009, Cet. 1, h. 232.
27
Ibid.
28
Ibid.
29
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, Cet. 1, h. 56.
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi hakikat sosial dan pengguanaan kelompok sejawat
menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
30
Slavin mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lai, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa
dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan.
31
Slavin, Abrani, dan Chambers berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa persepektif, yaitu persepektif
motivasi, persepektif sosial, persepektif perkembangan kognitif dan persepektif elaborasi kognitif. Persepektif motivasi artinya bahwa
penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian,
keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok
untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya. Persepektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa
akan saling membantu dalan belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Persepektif
perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir
mengolah berbagai informasi. Persepektif elaborasi kognitif artinya
30
Ibid.
31
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group, 2006, Cet. 7, h. 242.
bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.
32
b. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
1 Student Teams Achievement Division STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan mengguanakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4- 5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin menyatakan bahwa STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran
menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim, mereka
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah mengusai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi
tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
33
2 Investigasi Kelompok Group Investigation
Investigasi kelompok
merupakan model
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.
Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan
dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan
bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada
32
Ibid., h. 244.
33
Trianto, op. cit., h. 69.
pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses
kelompok yang baik. Dalam implementasi tipe investigasi kelompok, guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.
Kelompok di
sini dapat
dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan
laporannya kepada seluruh kelas.
34
3 Think Pair Share TPS
Strategi Think Pair Share TPS atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi pola. Strategi Think Pair Share TPS ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif
dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland.
Menurut Arends yang dikutip oleh Trianto, menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa
lebih banyak waktu berfikir, untuk merespons dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian
singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda
Tanya. Sekarang
guru menginginkan
siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan
dialami. Guru lebih memilih menggunakan Think Pair Share untuk membandingkan Tanya jawab kelompok keseluruhan.
35
34
Ibid., h. 78.
35
Ibid., h. 81.