Strategi Regulasi Emosi Regulasi Emosi

21 perkembangan karakteristik seksual. Selain itu, pada masa ini remaja telah memiliki pemikiran yang logis, abstrak, idealistis, remaja juga dapat mandiri dan banyak meluangkan waktu di luar keluarga.

2. Karakteristik Remaja

2.1. Perubahan Fisik Remaja

Perubahan fisik remaja yaitu adanya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks dan dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual. Sebelum mengalami pubertas, seorang anak mengalami pertumbuhan rata-rata sepanjang 2-3 inchi setiap tahunnya. Saat mencapai pubertas, rata-rata anak mengalami percepatan dalam bertumbuh yakni 4-6 inchi pertahun. Perubahan hormonal adalah perubahan pada fase awal pubertas yang terjadi sekitar usia 11 sampai dengan 12 tahun. Beberapa ahli psikologi perkembangan menyatakan bahwa terdapat dua karakteristik seks yang dimiliki oleh remaja sebagai tanda perubahan fisik untuk memasuki masa dewasa. Dua karakteristik yang dimaksud adalah seks primer dan seks sekunder. Perubahan seks primer adalah adanya perubahan organ seksual yang semakin matang sehingga dapat berfungsi untuk melakukan produksi. Perubahan seks sekunder adalah adanya perubahan terkait tanda indentitas seks seseorang melalui perubahan postur fisik sebagai akibat kematangan seks primer, seperti adanya jakun pada laki-laki dan suara yang melengking pada perempuan. 22 Seorang remaja akan semakin memperlihatkan minat yang besar pada citra tubuhnya ketika mengalami pubertas. Beberapa penelitian menemukan bahwa anak-anak perempuan yang lebih awal matang lebih mudah terkena sejumlah masalah. Meskipun demikian, kematangan yang lebih awal cenderung terjadi pada anak laki-laki. Di sisi lain, anak laki-laki yang terlambat matang dapat mencapai identitas yang lebih berhasil sebagai orang dewasa. Kematangan yang lebih awal atau terlambat dapat menempatkan seorang remaja pada suatu risiko. Akan tetapi, dampak yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Meskipun demikian, hal ini menunjukkan bahwa kematangan awal maupun terlambat memberikan dampak pada perkembangan Santrock, 2002.

2.2. Perubahan Kognitif

Santrock 2002 mengatakan bahwa pada saat memasuki usia remaja, seorang memiliki pemikiran yang lebih abstrak, logis, dan idealistis. Selain itu, remaja juga mampu menguji pemikiran sendiri, pemikiran orang lain, dan pemikiran orang lain mengenai remaja tersebut. Tokoh psikologi, Piaget meyakini bahwa pemikiran operasional formal terjadi pada usia 11 sampai dengan 15 tahun. pada tahap ini, remaja mulai membuat hipotesis dan membuat penalaran-penalaran yang abstrak. Selain abstrak, remaja juga berpikir secara idealistis yaitu remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka dan ciri- 23 ciri ideal menurut orang lain. Kemudian, remaja tersebut membandingkan ciri-ciri yang mereka miliki dengan ciri-ciri yang dimiliki orang lain. Selain berpikir abstrak dan ideal, seorang remaja juga berpikir secara lebih logis. Pada pemikiran yang logis, remaja mulai berpikir mengenai cara pemecahan masalah secara lebih sistematis. Dalam kognisi sosial, pemikiran remaja juga bersifat egosentrisme. Egosentrisme remaja dibagi menjadi dua yaitu penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton khayalan imaginary audience adalah keyakinan seorang remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sama seperti remaja tersebut yang juga memperhatikan dirinya. Dongeng pribadi personal fable yaitu perasaan unik remaja yang beranggapan bahwa orang lain tidak dapat mengerti dan merasakan perasaan yang dialami remaja tersebut. Masa remaja juga merupakan masa meningkatnya pengambilan keputusan. Hasil perbandingan antara anak-anak, remaja awal, dan remaja akhir yaitu remaja awal cenderung menghasilkan pilihan-pilihan yang lebih baik daripada anak-anak. remaja awal juga dapat mengantisipasi akibat dari keputusan-keputusan yang dibuat. Akan tetapi, remaja awal kurang kompoten bila dibanding dengan remaja akhir dalam ketrampilan pengambilan keputusan. Meskipun demikian, pengalaman juga memiliki peran penting dalam mengambil keputusan santrock p. 13, 24 2002. Remaja juga perlu memiliki banyak peluang untuk mendiskusikan dan mempraktikkan keputusan yang realistis.

C. Ujian Nasional

1. Pengertian Ujian Nasional

Setiap siswa yang duduk di bangku akhir sebuah jenjang pendidikan akan mengikuti dan melalui kegiatan atau evaluasi pengukuran yang disebut dengan ujian nasional Fauziah, 2011; Naviska, 2012; Puspitasari, 2009. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 97 tahun 2013 pada BAB I dengan Ketentuan Umum dalam pasal 1 ayat 5 menyatakan bahwa Ujian Nasional atau yang biasa dikenal dengan UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Ujian Nasional merupakan salah satu cara pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia Puspitasari, 2009. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional republik Indonesia Nomor 34 tahun 2007, ujian nasional didefinisikan sebagai kegiatan pengukuran dan penilaian kemampuan dan kompetensi peserta didik secara nasional Fauziah, 2011. Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat dikatakan bahwa ujian nasional merupakan kegiatan pengukuran atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang telah distandarisasi oleh pemerintah untuk mengendalikan mutu pendidikan secara nasional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI