16
2.1.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam
IPA menurut Fisher dalam Amien 1987:4 dikatakan sebagai suatu kumpulan pengetahuan  yang  diperoleh  dengan  menggunakan  metode-metode  berdasarkan
observasi. Ada pun Wahyana dalam Trianto, 2010:136 mengatakan bahwa IPA adalah  suatu  kumpulan  pengetahuan  tersusun  secara  sistematik,  dan  dalam
penggunaanya  secara  umum  terbatas  pada  gejala-gejala  alam.  Perkembangannya tidak  hanya  ditandai  oleh  adanya  kumpulan  fakta,  tetapi  oleh  adanya  metode
ilmiah dan sikap ilmiah. Berdasarkan  penjelasan  di  atas,  dapat  ditarik  kesimpulan  tentang  pengertian
IPA  yaitu  kumpulan  ilmu  tentang  gejala-gejala  alam  diperoleh  dengan menggunakan metode observasi yang perkembangannya tidak hanya ditandai oleh
adanya fakta tetapi juga ditandai oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Trianto 2010:141 menjelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan
yang  mempelajari  gejala-gejala  melalui  serangkaian  proses  yang  dikenal  dengan proses  ilmiah  yang  dibangun  atas  dasar  sikap  ilmiah  dan  hasilnya  terwujud
sebagai produk ilmiah  yang tersusun atas tiga komponen penting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal.
Menurut  Laksmi  dalam  Trianto,  2010:142  pendidikan  IPA  di  sekolah mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:
a. Memberikan  pengetahuan  kepada  siswa  tentang  dunia  tempat  hidup  dan
bagaimana bersikap. b.
Menanamkan sikap hidup ilmiah. c.
Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan. d.
Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya.
e. Menggunakan  dan  menerapkan  metode  ilmiah  dalam  memecahkan
permasalahan.
2.1.1.4 Materi Pesawat Sederhana
A. Pengertian Pesawat Sederhana
Menurut Sulistyanto dan Wiyono 2008:109 semua jenis alat yang digunakan untuk  memudahkan  pekerjaan  manusia  disebut  pesawat.  Kesederhanaan  dalam
17
penggunaannya  menyebabkan  alat-alat  tersebut  dikenal  dengan  sebutan  pesawat sederhana.  Pada  prinsipnya  pesawat  sederhana  terbagi  menjadi  empat  macam,
yaitu: 1.
Pengungkit atau Tuas Pengungkit  merupakan  salah  satu  alat  pesawat  sederhana  yang  dapat
digunakan  untuk  mengungkit,  mencabut,  atau  mengangkat  benda.  Terdapat tiga  titik  yang  menggunakan  gaya  ketika  kita  mengungkit  suatu  benda,  yaitu
beban, titik tumpu, dan kuasa. Beban merupakan berat benda, sedangkan titik tumpu  merupakan  tempat  bertumpunya  suatu  gaya.  Gaya  yang  bekerja  pada
tuas disebut kuasa Sulistyanto, 2008:110. Berdasarkan  posisi  atau  kedudukan  beban,  titik  tumpu,  dan  kuasa,  tuas
digolongkan menjadi tiga, yaitu tuas golongan pertama, tuas golongan kedua, dan tuas golongan ketiga.
a. Pengungkit Golongan Pertama I
Pada pengungkit golongan I, letak titik tumpu berada di antara beban dan kuasa.
Azmiyawati, dkk. 2008:99 Gambar 1. Prinsip kerja pengungkit golongan I
Azmiyawati, dkk. 2008:99 Gambar 2. Alat yang menggunakan prinsip pengungkit golongan I
18
b. Pengungkit Golongan Kedua II
Pada pengungkit golongan II, letak beban di antara titik tumpu dan  kuasa. Contoh  alat  yang  menggunakan  prinsip  pengungkit  golongan  kedua  yaitu
gerobak sorong, pemotong kertas dan pemecah biji, dan lain-lain.
Azmiyawati, dkk. 2009:99 Gambar 3. Prinsip kerja pengungkit golongan II
Azmiyawati, dkk. 2009:99 Gambar 4. Alat yang menggunakan prinsip pengungkit golongan II
gerobak dorong, pemotong kertas, dan pemecah biji c.
Pengungkit Golongan Ketiga III Pada  pengungkit  golongan  III,  posisi  kuasa  berada  di  antara  titik  tumpu
dan titik beban. Pada penggunaan pengungkit jenis III, besar kecil gaya yang dikeluarkan dipengaruhi oleh besarnya jarak antara titik tumpu dan titik kuasa.
Contoh  alat  yang  menerapkan  pengungkit  golongan  ketiga  adalah  stapler, pinset, sapu, sekop dan lain-lain.
Azmiyawati, dkk. 2009:100 Gambar 5. Prinsip kerja pengungkit golongan III
19
Azmiyawati, dkk. 2009:100 Gambar 6. Alat yang menggunakan prinsip pengungkit golongan III
stapler, pinset, sapu, sekop 2.
Bidang miring Bidang  miring  adalah  alat  yang  permukaannya  dibuat  miring  atau
permukaan datar dengan salah satu ujungnya lebih tinggi daripada ujung yang lain. Tujuan digunakan bidang miring adalah untuk mempermudah seseorang
memindahkan  suatu  benda.  Alat  yang  menggunakan  prinsip  bidang  miring adalah  papan  yang  dimiringkan,  baji,  sekrup,  pisau,  pahat,  paku,  baut,
kampak, obeng dan jalan di pegunungan yang berkelok-kelok. Bidang miring memiliki  keuntungan,  yaitu  kita  dapat  memindahkan  benda  ke  tempat  yang
lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil Sulistyanto  Wiyono, 2008:115.
Sulistyanto  Wiyono, 2008:115
Gambar 7. Alat-alat yang menggunakan prinsip bidang miring 3.
Katrol Katrol  adalah  suatu  roda  yang  berputar  pada  porosnya.  Katrol  biasanya
digunakan  untuk  mengangkat  atau  menarik  benda.  Katrol  digolongkan  menjadi tiga  macam  yaitu  katrol  tetap,  katrol  bebas,  katrol  majemuk  Sulistyanto
Wiyono, 2008:118 a.
Katrol tetap Katrol tetap merupakan katrol  yang tidak berpindah pada saat digunakan.
Katrol tetap biasanya digunakan pada tiang bendera dan sumur timba.
20
Sulistyanto  Wiyono, 2008:117
Gambar 8. Katrol tetap b.
Katrol bebas Berbeda  dengan  katrol  tetap,  pada  katrol  bebas  kedudukan  atau  posisi
katrol  berubah  dan  tidak  dipasang  pada  tempat  tertentu.  Katrol  ini  biasanya ditempatkan  di  atas  tali  yang  kedudukannya  dapat  berubah  seperti  tampak
pada gambar 9. Katrol jenis ini bisa ditemukan pada alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan.
Sulistyanto  Wiyono, 2008:118 Gambar 9. Katrol bebas
c. Katrol majemuk
Katrol  majemuk  merupakan perpaduan dari  katrol  tetap dan katrol  bebas. Kedua  katrol  ini  dihubungkan  dengan  tali.  Pada  katrol  majemuk,  beban
dikaitkan  pada  penampang  katrol  tetap.  Jika  ujung  tali  yang  lainnya  ditarik beban akan terangkat beserta bergeraknya katrol bebas ke atas.
21
Sulistyanto  Wiyono, 2008:118
Gambar 10. Katrol Majemuk 4.
Roda Berporos Roda  berporos  merupakan  roda  yang  dihubungkan  dengan  sebuah  poros
yang dapat berputar bersama-sama. Roda berporos merupakan salah satu jenis pesawat  sederhana  yang  banyak  ditemukan  pada  alat-alat  seperti  setir  mobil,
setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan bermotor, dan gerinda.
Sulistyanto  Wiyono, 2008:119 Gambar 11. Roda berporos pada sepeda
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya