merupakan bahan pembicaraan yang sangat menarik, khususnya sebagai bentuk belajar yang bertentangan
dengan belajar intensional. Dari salah satu penelitian ditemukan bahawa dalam belajar insidental dibandingkan
dengan belajar intensional, jumlah frekuensi materi belajar yang diperlihatkan tidak memegang peranan
penting, prestasi individu menurun dengan meningkatnya motivasi.
6. Belajar instrumental instrumental learning
Belajar instrumental, artinya reaksi-reaksi seorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah
pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Dapat dikatan maka salah
satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”. Individu diberi hadiah bila ia
bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki,
dan sebaliknya
ia dihukum
bila memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan
yang dikehendaki. Sehingga akhirnya terbentuk tingkah laku tertentu.
7. Belajar Intensional intentional learning
Belajar intensional merupakan lawan dari belajar insidental. Jika dalam belajar insidental siswa tidak ada
kehendak atau keinginan dalam belajar, lain halnya dengan belajar intesnional yang mengganggap bahwa
belajar selalu pada tujuan. 8.
Belajar Laten latent learning Pada belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku
yang terlihat tidak terjadi secara langsung, sehingga disebut laten. Selanjutnya eksperimen yang dilakukan
terhadap binatang mengenai belajar laten, menimbulkan
pembicaraan yang
hangat di
kalangan penganut
behaviorisme, khususnya mengenai peranan faktor penguat dalam belajar. Rupanya penguat dianggap oleh
penganut behaviorisme ini bukan faktor atau kondisi yang harus ada dalam belajar. Dalam penelitian mengenai
ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu dalam bentuk belajar insidental.
9. Belajar Mental mental learning
Perubahan kemungkiinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan
proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini dangat jelas terlihat pada tugas-
tugas yang sifatnya motoris. Sehingga perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang
mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain,
membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain. 10. Belajar Produktif productive learning
R. Begius memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah
mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. belajar disebut
produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikaan satu persoalan dalam satu situasi ke
situasi lain. 11. Belajar Verbal verbal learning
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar
verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar
asosiatif mengenai
hubungan dua
kata yang
tidakbermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai
persoalan yang
kompleks yang
harus diungkapkan secara verbal.
5
c. Pengertian Hasil Belajar
Zaenal Arifin mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan gambaran tentang aapa yang harus digali, dipahami,
dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, kerumitan, dan harus digambarkan secara
jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu
”.
6
Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni a keterampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan
pengertian, c sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni a informasi verbal, b keterampilan intelektual,
c strategi kognitif, d sikap, dan e keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujun pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
7
d. Faktor yang Mempegaruhi Hasil Belajar
Menurut Nana Syaodih, “proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor internal baik yang bersifat fisik
maupun psikis, dan faktor eksternal dalam lingkungan keluarga, sekolah, peker
jaan, ataupun masyarakat luas”.
8
Ada berbagai model klasifikasi pembagian macam-macam faktor psikologis
yang diperlukan dalam kegiatan belajar. Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis itu :
5
Slameto, op.cit., hlm. 5-8
6
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 26
7
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001, hlm. 22
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, hlm.172
1 Motivasi, Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada
dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan
motivasi. 2
Konsentrasi, Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar.
3 Reaksi, Belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan
ketangkasan mental,
kewaspadaan, perhitungan,
ketekunan dan kecermatan untuk menangkap fakta-fakta dan ide-ide sebagaimana disampaikan oleh pengajarnya.
Jadi kecepatan jiwa seseorang dalam memberikan respons pada suatu pelajaran merupakan faktor yang penting
dalam belajar. 4
Organisasi, Belajar juga dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-
bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian. Dalam hal ini, dibutuhkan keterampilan mental
untuk mengorganisasikan stimulus fakta-fakta, ide-ide. 5
Pemahaman, Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu
belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-
aplikasinya, sehingga
menyebabkan siswa
dapat memahami suatu situasi.
6 Ulangan, Mengulangi atau memeriksa dan mempelajari
kembali apa yang sudah dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran menjadi lebih besar.
Hanya perlu ditegaskan bahwa kegiatan mengulang harus disertai dengan pemikiran dan bertujuan.
9 9
Sardiman A.M., Interaksi Motivasi: Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2014, hlm. 39-44
Menurut Abu Ahmadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 3 tiga, yaitu:
1 Faktor raw input, yakni faktor murid atau anak itu sendiri
dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.
2 Faktor environmental input, yakni faktor lingkungan, baik
itu lingkungan alami atau lingkungan sosial. 3
Faktor instrumental input, yang di dalamnya antara lain terdiri dari kurikulum, program atau bahan pengajaran,
sarana dan fasilitas, dan guru tenaga pengajar.
10
2. Media Pembelajaran Tiga Dimensi
a. Media Pembelajaran
1 Pengertian Media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pngantar‟.
Gerlach Ely dalam Azhar Arsyad, bila dipahami secara garis media dapat berupa manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Guru,
buku teks dan lingkungan sekolah juga merupakan media. Media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal.
11
Menurut Yudhi Munadi, yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah penyalur
atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan atau diciptakan secara terencana oleh guru atau pendidik.
12
10
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2005, hlm. 103
11
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm. 3
12
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2013, hlm. 5
Dari kedua pendapat di atas maka media pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu
tercapainya proses belajar mengajar. Dunia sekarang boleh dikatakan adalah dunia yang hidup dengan media.
Kegiatan belajar mengajar telah bergerak menuju dikuranginya system penyampaian dengan ceramah, dan
berpindah ke arah digunakannya banyak media. 2
Ciri Media Pembelajaran Dari segi keampuhannya, cara pembuatnnya maupun cara
penggunaannya setiap media pembelajaran memiliki karakteristik
tertentu. Dalam
kaitannya dengan
keterampilan memilih media pengajaran seorang guru hendaknya memahami karakteristik berbagai media
pembelajaran.
13
Rudi Bretz dalam skripsi Vivi Luthfiah mengidentifikasi ciri umum media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara,
visual, dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga, yaitu gambar, garis dan simbol. Adapun ciri-ciri umum media
pengajaran atau media pembelajaran menurut Dina Indriana dalam skripsi Vivi Luthfiah, antara lain pertama,
sesuatu yang menjadi penekanan dalam media pengajaran adalah keperagaan yang berasal dari kata dasar
“raga” sesuatu yang dapat diindera, yang dapat diraba, dilihat,
didengar, dan diamati, namun yang menjadi komponen utama indera adalah penglihatan dan pendengaran, media
pengajaran merupakan bentuk komunikasi guru dan murid, media pengajaran merupakan alat bantu utama
13
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strateegi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm. 126