69
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Motivasi Intrinsik dengan Kinerja Perawat di Instalasi
Rawat Inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar Motivasi intrinsik muncul karena motif yang timbul dari dalam diri
pegawai. Motif ini aktif atau berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar Priansa, 2014. Motivasi intrinsik perawat yang diteliti di instalasi rawat inap
RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar terdiri dari tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, pencapaian, dan pengakuan.
5.1.1 Pengaruh Tanggung Jawab dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar
Tanggung jawab yang diteliti dalam penelitian ini adalah suatu kewajiban yang timbul dalam diri perawat untuk pelaksanaan tugas secara memuaskan dalam
pelayanan pasien di rawat inap. Berdasarkan indikator tanggung jawab, peneliti membuat empat buah pertanyaan yang diajukan kepada perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 75 perawat pelaksana 97,4 memiliki motivasi tanggung jawab ketegori tinggi dan 2 perawat pelaksana 2,6
kategori sedang dari 77 jumlah perawat pelaksana. Pada analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi pearson yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
tanggung jawab yang dimiliki perawat berhubungan secara signifikan dengan kinerja perawat di instalasi rawat inap RSUD Djasamen Saragih Kota
Pematangsiantar. Hal ini diketahui berdasarkan nilai p yang diperoleh yaitu p = 0,007 lebih kecil dari nilai
α = 0,05.
69
Universitas Sumatera Utara
Pada analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi linear berganda yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh secara signifikan
antara tanggung jawab yang dimiliki perawat dengan kinerja perawat di instalasi rawat inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar. Hal ini diketahui
berdasarkan nilai p yang diperoleh yaitu p = 0,088 lebih besar dari nilai α = 0,05.
Hal ini berbeda dengan pendapat Herzberg dalam Munandar, 2011 yang menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan motivasi intrinsik yang
mempengaruhi kinerja. Sejalan dengan penelitian ini, penelitian Siregar 2008 tentang pengaruh
motivasi terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2008
menemukan bahwa tidak ada pengaruh secara signifikan antara tanggung jawab dengan kinerja perawat pelaksana.
Sementara penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manik 2015 tentang hubungan karakteristik dan motivasi kerja
terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan KB di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun
2015 menemukan bahwa ada pengaruh secara signifikan antara tanggung jawab dengan kinerja bidan desa.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat memberikan kesimpulan bahwa dengan adanya tanggung jawab tinggi atau rendah, kinerja
perawat pelaksana tidak akan dipengaruhi.
Universitas Sumatera Utara
71
5.1.2 Pengaruh Kemajuan dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar
Kemajuan yang diteliti dalam penelitian ini adalah suatu keinginan yang
dimiliki perawat untuk dapat meningkatkan jabatan atau golongan, kemampuan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di instalasi rawat inap.
Berdasarkan indikator kemajuan, peneliti membuat empat buah pertanyaan yang diajukan kepada perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 71 perawat pelaksana 92,2 memiliki motivasi kemajuan ketegori tinggi dan 6 perawat pelaksana 7,8
kategori sedang dari 77 jumlah perawat pelaksana. Pada analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi pearson yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
kemajuan yang dimiliki perawat berhubungan secara signifikan dengan kinerja perawat di instalasi rawat inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar.
Hal ini diketahui berdasarkan nilai p yang diperoleh yaitu p = 0,007 lebih kecil dari nilai
α = 0,05. Pada analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi linear berganda
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh secara signifikan antara kemajuan yang dimiliki perawat dengan kinerja perawat di instalasi rawat
inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar. Hal ini diketahui berdasarkan nilai p yang diperoleh yaitu p = 0,252 lebih besar dari nilai
α = 0,05. Hal ini berbeda dengan pendapat Herzberg dalam Munandar, 2011 yang
menyatakan bahwa kemajuan merupakan motivasi intrinsik yang mempengaruhi kinerja.
Sejalan dengan penelitian ini, penelitian Manik 2015 tentang hubungan karakteristik dan motivasi kerja terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan KB
Universitas Sumatera Utara
di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2015 menemukan bahwa tidak ada pengaruh secara
signifikan antara kemajuan dengan kinerja bidan desa. Sementara penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Noor 2013 tentang pengaruh motivasi kerja dengan kinerja perawat pelaksana di unit rawat inap RS. Stella Maris Makassar tahun 2013
menemukan bahwa ada pengaruh secara signifikan antara pengembangan dengan kinerja perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat memberikan kesimpulan bahwa dengan adanya kemajuan tinggi atau rendah, kinerja perawat
pelaksana tidak akan dipengaruhi.
5.1.3 Pengaruh Pekerjaan Itu Sendiri dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar
Pekerjaan itu sendiri adalah bagaimana persepsi perawat tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya di instalasi rawat inap. Berdasarkan indikator
pekerjaan itu sendiri, peneliti membuat empat buah pertanyaan yang diajukan kepada perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 75 perawat pelaksana 97,4 memiliki motivasi pekerjaan itu sendiri ketegori tinggi dan 2 perawat pelaksana
2,6 kategori sedang dari 77 jumlah perawat pelaksana. Pada analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi pearson yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa pekerjaan itu sendiri yang dimiliki perawat berhubungan secara signifikan dengan kinerja perawat di instalasi rawat inap RSUD Djasamen Saragih Kota
Universitas Sumatera Utara
73
Pematangsiantar. Hal ini diketahui berdasarkan nilai p yang diperoleh yaitu p = 0,036 lebih kecil dari nilai
α = 0,05. Pada analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi linear berganda
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh secara signifikan antara pekerjaan itu sendiri yang dimiliki perawat dengan kinerja perawat di
instalasi rawat inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar. Hal ini diketahui berdasarkan nilai p yang diperoleh yaitu p = 0,720 lebih besar dari nilai
α = 0,05. Hal ini berbeda dengan pendapat Herzberg dalam Munandar, 2011 yang
menyatakan bahwa pekerjaan itu sendiri merupakan motivasi intrinsik yang mempengaruhi kinerja.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat memberikan kesimpulan bahwa dengan adanya pekerjaan itu sendiri tinggi atau rendah, kinerja
perawat pelaksana tidak akan dipengaruhi.
5.1.4 Pengaruh Pencapaian dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar
Pencapaian adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang perawat dalam melaksanakan tugas - tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Berdasarkan indikator pencapaian, peneliti membuat empat buah pertanyaan yang diajukan kepada
perawat pelaksana. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 49 perawat pelaksana 63,6
memiliki motivasi pencapaian ketegori tinggi dan 28 perawat pelaksana 36,4 kategori sedang dari 77 jumlah perawat pelaksana. Pada analisis bivariat dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan uji korelasi pearson yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pencapaian yang dimiliki perawat berhubungan secara signifikan dengan kinerja
perawat di instalasi rawat inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar. Hal ini diketahui berdasarkan nilai p yang diperoleh yaitu p = 0,047 lebih kecil
dari nilai α = 0,05.
Pada analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi linear berganda yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh secara signifikan
antara pencapaian yang dimiliki perawat dengan kinerja perawat di instalasi rawat inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar. Hal ini diketahui
berdasarkan nilai p yang diperoleh yaitu p = 0,967 lebih besar dari nilai α = 0,05.
Hal ini berbeda dengan pendapat Herzberg dalam Munandar, 2011 yang menyatakan bahwa pencapaian merupakan motivasi intrinsik yang mempengaruhi
kinerja. Sejalan dengan penelitian ini, penelitian Manik 2015 tentang hubungan
karakteristik dan motivasi kerja terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan KB di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara tahun 2015 menemukan bahwa tidak ada pengaruh secara signifikan antara pencapaian dengan kinerja bidan desa.
Sementara penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Noor 2013 tentang pengaruh motivasi kerja dengan kinerja
perawat pelaksana di unit rawat inap RS. Stella Maris Makassar tahun 2013 menemukan bahwa ada pengaruh secara signifikan antara prestasi dengan kinerja
perawat pelaksana.
Universitas Sumatera Utara
75
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat memberikan kesimpulan bahwa dengan adanya pencapaian tinggi atau rendah, kinerja perawat
pelaksana tidak akan dipengaruhi.
5.1.5 Pengaruh Pengakuan dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar
Pengakuan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan tugasnya untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.
Berdasarkan indikator pengakuan, peneliti membuat empat buah pertanyaan yang diajukan kepada perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 49 perawat pelaksana 63,6 memiliki motivasi pengakuan ketegori tinggi, 27 perawat pelaksana 35,1
kategori sedang dan 1 perawat pelaksana 1,3 kategori rendah dari 77 jumlah perawat pelaksana. Pada analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi
pearson yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengakuan yang dimiliki perawat tidak berhubungan secara signifikan dengan kinerja perawat di instalasi
rawat inap RSUD Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar. Hal ini diketahui berdasarkan nilai p yang diperoleh yaitu p = 0,194 lebih besar dari nilai
α = 0,05. Hal ini berbeda dengan pendapat Herzberg dalam Munandar, 2011 yang
menyatakan bahwa pengakuan merupakan motivasi intrinsik yang mempengaruhi kinerja.
Sejalan dengan penelitian ini, penelitian Manik 2015 tentang hubungan karakteristik dan motivasi kerja terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan KB
di wilayah kerja Puskesmas Kampung Mesjid Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Labuhanbatu Utara tahun 2015 menemukan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara pengakuan dengan kinerja bidan desa.
Penelitian Anggraini 2007 tentang hubungan motivasi dengan kinerja petugas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Djasamen dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar tahun 2007 menemukan bahwa pengakuan orang lain tidak terkait erat dengan kinerja rekam medis.
Sementara penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar 2009 tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Tapanuli tahun 2008 menemukan bahwa ada pengaruh secara signifikan antara
pengakuan dengan kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat memberikan
kesimpulan bahwa dengan adanya pengakuan tinggi atau rendah, kinerja perawat pelaksana tidak akan dipengaruhi.
5.2 Pengaruh Motivasi Ekstrinsik dengan Kinerja Perawat di Instalasi