Guru sulit menemukan ruang ketika lupa tidak membawa buku Belum semua guru mampu memanfaatkan dengan baik alat

97 “Kendalanya yang jelas tiap kelas tidak punya tanggung jawab kelas sehingga kelas itu mudah kotor dan tidak ada yang bertanggungjawab, sehingga banyak inventaris kelas yang sok kadang-kadang hilang karena siswa itu tidak punya tempat pasti.” Informan V dalam wawancara tanggal 14 Juli 2010 menyampaikan sebagai berikut : “Peralatan yang tersedia di kelas kalau mau make harus nyari dulu, misal sapu, penggaris. Itu haruse sudah dibagi, tapi kadang di satu kelas ada tiga penggaris. Ada yang kosong. Sudah ditandai tapi kalau dipinjem nggak balik.itu kembali ke individunya.”

e. Guru sulit menemukan ruang ketika lupa tidak membawa buku

administrasi dan jadwal mengajar Pada penerapan sistem moving class proses pembelajaran berlangsung di kelas yang berbeda-beda sehingga baik siswa ataupun guru harus hafal atau selalu membawa jadwal sehingga tidak kesulitan mencari ruang, Seperti yang disampaikan oleh Informan I dalam wawancara tanggal 15 Juni 2010, sebagai berikut : “Ya kadang guru kalau nggak mbawa jadwal, harusnya mbawa buku administrsi tapi kadang guru lupa trus cari ruang bingung. Tapi kalau dibawa ya ndak bingung jam sekian ngajar di ruang mana.” Hal yang sama disampaikan Informan III dalam wawancara tanggal 12 Juli 2010, sebagai berikut : “Ya biasanya gurunya kesulitan, kadang-kadang kan ndak lihat jadwal, nulisnya dia hanya jadwalnya mengajar tapi nggak lihat appoinmentnya. Dulu sering, tapi lama kelamaan jalan sudah biasa.”

f. Belum semua guru mampu memanfaatkan dengan baik alat

pembelajaran yang telah disediakan sekolah Meski pada kelas teori sudah sebagian besar dilengkapi dengan LCD namun belum semua guru mampu dan mau menggunakan fasilitas yang telah disediakan. Seperti yang disampaikan Informan IV dalam wawancara tanggal 12 Juli 2010, sebagai berikut : “Pemanfaatannya belum optimal. Alasannya kenapa? Njenengan tahu, yang namanya guru itu kan seperti Magregor, pernah dengar? Ada teori xy. commit to users 98 karyawan itu bekerja karena kesadaran sehingga belajar itu merupakan tugas utamanya. Yang tidak mau, tidak bisa ya belajar sampai bisa, itu teori y. Kalau teori x ndak, karyawan maunya bekerja karena dicambuk. Ya kembali pada guru SMK 6. Ya ada yang giat sekali. Walaupun Kepala Sekolah sudah mengusulkan untuk beli laptop, beli laptop, belajar komputer, sekolah sudah menyediakan kursus kita berlatih. Ning yo enek guru sing ora gelem melu. Barang wis ono sing melu, ora ngembangkan. Kita kembali ke personalnya. Sekolah itu kan hanya memberikan pancing. apakah mau dipake pancing itu untuk mancing ato tidak. Walaupun harapannya dari Direktorat sana semuanya guru itu sudah bisa menggunakan laptop dan LCD. Ha ning yang namanya pegawai negeri itu kan lemah mb, ndak bisa kalo perusahaan kowe ora sesuai aturan keluar. Pegawai Negeri ndak bisa Kepala Sekolah menekan guru seperti itu ndak bisa. Ning alhamdulilah SMK 6 terutama guru-guru muda khussunya, itu guru-guru yang usianya empat puluh kebawah sudah semuanya pake laptop dan juga sudah menggunakan LCD. Hanya guru-guru yang wis koyo saya ini, sudah tua-tua ini males.”

5. Upaya yang dilakukan SMK Negeri 6 Surakarta untuk mengatasi