87 4
Bel tanda perpindahan kelas dibunyikan pada saat pembelajaran kurang 5 menit.
5 Setelah 5 menit jam pelajaran dimulai guru yang mengajar belum masuk,
ketua atau yang mewakili lapor ke guru piket dan yang lain tetap tenang di dalam kelas.
6 Belum tersedia loker untuk menyimpan tas bagi siswa dan saat ini baru
tersedia rak di ruang labolatorium untuk menyimpan tas siswa, kondisinya juga belum ada daun pintunya sehingga terbuka dan belum memenuhi aspek
keamanan. 7
Peserta diberi toleransi keterlambatan 10 menit, diluar waktu tersebut siswa tidak diperkenankan masuk pelajaran sebelum melapor ke guru piket atau
guru BP. 8
Bagi siswa yang membolos pada jam pelajaran tertentu dan melakukan pelangggaran lain akan mendapat poin sesuai dengan bobot pelanggaran
yang tercantum dalam buku saku tata tertib siswa dan akan mendapat penanganan sesuai dengan bobot pelanggaran.
b. Pengelolaan Ruang Belajar Mengajar
Pengelolaan ruang belajar mengajar di SMK Negeri 6 Surakarta terbagi menjadi dua macam, ruang kelas teori 27 ruang dan ruang lab 10 ruang, dan
2 ruang masih dalam proses pembangunan untuk ruang labolatorium sudah tersedia lengkap sarana belajar mengajar, karena ruang labolatorium ini
memang digunakan untuk praktek siswa, kebanyakan pada pelajaran produktif. Sedangkan untuk ruang teori untuk saat ini belum seluruhnya dilengkapi
dengan sarana belajar mengajar seperti LCD, namun tahun ini diusahakan semuanya kelas teori dapat dilengkapi dengan LCD. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Informan IV dalam wawancara tanggal 12 Juli 2010, sebagai berikut :
“Dari 29 ruang itu baru 16 kalau ndak salah,ning insyaAllah tahun ini akan dilengkapi.”
Kelengkapan inventaris alat belajar sebenarnya masing-masing sudah disediakan lengkap alat belajar seperti penggaris, spidol dan yang lainnya.
commit to users
88 Namun karena kurangnya tanggung jawab dan rasa kepemilikan kelas oleh para
siswa sehingga pengelolaan inventaris kelas pada pembelajaran moving class kurang terorgansisir sehingga banyak alat yang hilang atau tercampur di kelas
lain. Seperti yang diungkapan oleh Informan IV dalam wawancara tanggal 12 Juli 2010, sebagai berikut :
“Tiap kelas tidak punya tanggung jawab kelas sehingga kelas itu mudah kotor dan tidak ada yang bertanggungjawab, sehingga banyak inventarais
kelas yang sok kadang-kadang hilang karena siswa itu tidak punya tempat pasti.”
Namun pembelajaran dengan sistem moving class di SMK Negeri 6 Surakarta belum mampu diterapkan dengan menata ruang belajar mengajar
sesuai dengan karakterisrik mata pelajaran karena keterbatasan ruang yang dimiliki oleh SMK Negeri 6 Surakarta.
Dari uraian diatas dapat dsimpulkan bahwa SMK Negeri 6 Surakarta belum mampu memenuhi persyaratan dalam pengelolaan kelas dalam
pembelajaran dengan sistem moving class karena kelas yang tersedia masih terbatas dan belum mampu menyelenggarakan pembelajaran dengan
menyediakan ruang kelas bagi setiap mata pelajaran yang ada di SMK Negeri 6 Surakarta sesuai karakter masing-masing pelajaran yang ada. Kelas yang
sudah mencirikan karakteristik dari mata pelajaran yang diampu hanya pada mata pelajaran yang menggunakan labolatorium untuk praktek, namun untuk
mata pelajaran yang bersifat teori masih menggunakan ruang kelas biasa yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran teori. Berikut adalah rincian
pengelolaan ruang belajar mengajar di SMK Negeri 6 Surakarta. 1
SMK Negeri 6 Surakarta memiliki 27 ruang kelas dan 12 ruang labolatorium.
2 Untuk ruang teori sudah lebih dari 50 dilengkapi dengan LCD, tetapi
untuk inventaris kelas banyak yang hilang karena kurangnya rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap kelas.
3 Guru yang mengajar mata pelajaran produktif memiliki ruang labolatorium
dan diberi kebebasan untuk mengatur kelasnya masing-masing. 4
Guru bertanggung jawab terhadap kelas yang digunakan untuk mengajar.
commit to users
89 5
Belum tersedia laptop atau personal computer yang digunakan sebagai alat dalam mengajar, sehingga guru membawa laptop sendiri jika ingin mengajar
meggunakan LCD.
c. Pengelolaan Pembelajaran