Peran Teman Sebaya Peran Keluarga, Teman Sebaya, dan Masyarakat dalam Penyesuaian

37 berlangsung selama masa SMA, kemudian menurun ketika remaja mencapai usia 17 hingga 20 tahun. Relasi orang tua dengan remaja menjadi lebih positif ketika remaja meninggalkan rumah untuk kuliah, dibandingkan jika mereka masih tinggal di rumah bersama orang tua. Sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa periode remaja diantaranya adalah standar perilaku, metode disipilin, hubungangan dengan saudara kandung, merasa menjadi korban, sikap yang sangat kritis, besarnya keluarga, perilaku yang kurang matang, memberontak terhadap keluarga, dan masalah “palang pintu”. Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan bagian penting untuk remaja dapat berkembang lebih baik lagi. Banyak pertentangan yang terjadi antara remaja dan orang tua. Hal ini disebabkan karena perbedaan generasi dan budaya yang semakin hari semakin berganti. Perbedaan paham antara orang tua yang masih mengacu pada aturan yang ada sejak dulu.

b. Peran Teman Sebaya

Seperti yang sudah disampaikan, masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya. Pengaruh teman sebaya sangat dominan pada masa ini. Remaja dapat 38 menjadi lebih baik atau lebih buruk tergantung pada siapa dia bergaul dan bagaimana pergaulan yang dilakukannya. Menurut Hurlock 1978:290, pada masa pubertas, ketika minat untuk bermain menurun, karena terjadi perubahan fisik yang melemahkan energinya, dan ketika kecemasan tentang perubahan ini meningkat, anak lebih membutuhkan teman akrab daripada teman bermain. Karena anggota keluarga jarang memenuhi kebutuhannya akan teman pada masa ini, anak akan lebih memilih sahabat diantara anggota bekas kelompoknya yang mau “memahami” dia dan menerima kepercayaannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mitchell dan koleganya Santrock, 2012:448, mengungkapkan bahwa remaja yang tidak yakin akan identitas sosialnya, cenderung lebih menyesuaikan diri dengan kawan sebayanya. Ketidakyakinan ini sering kali meningkat selama masa transisi, seperti di sekolah dan keluarga. Remaja tidak hanya berteman dengan sesama jenisnya saja, namun juga dengan teman lawan jenis. Pertemanan yang dijalin, tidak sedikit yang berlanjut pada suatu hubungan yang sering disebut dengan pacaran. Bagi remaja, pacaran adalah salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai media rekreasi atau hiburan. Banyak hal positif yang didapatkan dari berpacaran, namun 39 tidak sedikit pula yang terjerumus dalam hal negatif yang bermula dari suatu hubungan pacaran. Menurut Collins, dkk Santrock, 2012:449, mengatakan bahwa remaja menghabiskan cukup banyak waktunya untuk berpacaran atau memikirkan tentang pacaran. Hasil penelitian yang dilakukan Florshim dkk Santrock, 2012:451, menemukan bahwa pacaran dan “berkencan” dengan seseorang di usa dini terkait dengan kehamilan pada remaja serta permasalahan dirumah dan sekolah. c. Peran Masyarakat Remaja sebagai bagian warga masyarakat yang merupakan generasi muda penerus bangsa yang memiliki kesmpatan besar untuk memulai sesuatu dengan hubungan sosial yang baik dalam bentuk kehidupan sosial yang di landasi persahabatan di masa mendatang. Namun, kadang kala usia kelompok yang dibentuk remaja hanyalah berlangsung sejenak. Meskipun demikian, hal ini merupakan pertanda bahwa manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat terlepas dari orang lain. Interaksi sosial yang terjadi di kalangan remaja merupakan puncak perkembangan rasa sosial yang terjadi pada diri sesorang karena pada masa remaja, hubungan sosial yang terbentuk bertujuan 40 untuk memperoleh hubungan atau relasi baru yang lebih erat dalam kehidupan antar remaja. Pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga, teman sebaya, dan masyarakat memiliki peranan masing-masing, dimana setiap peranan memiliki porsi masing-masing dalam mempengaruhi penyesuaian sosial remaja. Maka dari itu, ketiga pihak harusnya dapat bekerjasama dengan baik untuk penyesuaian sosial yang dimiliki remaja yang diharapkan. Terjadinya penyimpangan yang dilakukan remaja juga tidak terlepas dari ketiga peranan tersebut. Tidak jarang pada saat ini remaja terjerumus dalam hal-hal negatif yang ketika ditelusuri bahwa yang menyebabkan remaja tersebut seperti itu adalah karena keluarga yang tidak harmoni, pergaulan yang tidak sehat, atau penerimaan masyarakat terhadap kekurangan yang dimiliki remaja tersebut.

C. Remaja

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 10 281

PENERIMAAN DIRI REMAJA HAMIL PRA NIKAH : Studi Kasus pada 2 Remaja Hamil Pra Nikah Di Kota Bandung.

26 102 30

PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH : Studi Kasus pada Dua Remaja yang Hamil Di Luar Nikah di Kota Bandung.

0 4 35

ARTIKEL ADAPANYA: Hamil Diluar Nikah Tren Atau Aib (Ebook) Hamil diluar nikah

0 3 104

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 0 15

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 0 2

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 0 11

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 0 22

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 0 2

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 2 99