dalam pembuatan alloy, dan digunakan pula sebagai pigmen warna cat, keramik, plastik, stabilizer plastik, katode untuk Ni-Cd pada baterai, bahan fotografi,
pembuatan tabung TV, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil, dan pigmen untuk gelas dan email gigi. Pada dasarnya penggunaan kadmium adalah sebagai
bahan ‘stabilisasi’ yaitu sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating. Kadmium yang terdapat di dalam lingkungan pada kadar yang
rendah berasal dari kegiatan penambangan seng Zn, timah Pb, dan kobalt Co serta kuprum Cu. Sementara dalam kadar tinggi, kadmium berasal dari emisi
industri, antara lain dari hasil sampingan penambangan, peleburan seng Zn dan timbal Pb.
Pemanfaatan Cd dan persenyawaannya meliputi : a.
Senyawa Cds dan CdSeS yang banyak digunakan sebagai zat warna. b.
Senyawa Cd sulfat CdSO yang digunakan dalam industri baterai yang berfungsi sebagai pembuatan sek wseton karena memiliki potensial voltase
stabil, yaitu 1,0186 volt. c.
Senyawa Cd bromida CdBr dan Cd-ionida CdI yang digunakan untuk fotografi.
d. Senyawa dietil-Cd yang digunakan untuk pembuangan tetraetil-Pb.
e. Senyawa Cd-stearat untuk perindustrian manufaktur polyvinilkhlorida PVC
sebagai bahan untuk stabilizer Wahyu dkk, 2008.
2.3.4. Mekanisme Toksisitas Kadmium Cd
Sekitar 5-8 dari logam kadmium, diabsorpsi dalam tubuh. Sebagian besar kadmium masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, tetapi akan
Universitas Sumatera Utara
keluar lagi melalui faeses sekitar 3-4 minggu setelah terpapar Cd, dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urin. Absorpsi kadmium Cd dalam saluran pencernaan
meliputi 2 tahap, yaitu : 1.
Penyerapan Cd dari lumen usus melewati membran brush border ke dalam sel mukosa.
2. Transpor Cd ke dalam aliran darah dan deposisi dalam jaringan, terutama
dideposit di hati dan ginjal. Kadmium memiliki afinitas yang tinggi pada testis sehingga konsentrasi pada testis juga akan lebih tinggi dibandingkan pada
jaringan lainnya. Daya akumulasi kadmium sangat efisien dalam tubuh manusia, yaitu
kurang lebih 40 tahun. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama yang berikatan dengan proteintionin dan mengubah tionin
menjadi metalotionin. Metalotionin mengandung unsur sistein, dimana Cd terikat dalam gugus sulfhidril -SH dalam enzim seperti karboksil sisteinil,
histidil, hidroksil, dan fosfatil dari protein dan purin Wahyu dkk, 2008.
2.3.5. Dampak Toksik Kadmium Cd Terhadap Kesehatan
A. Secara akut Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan dari menghisap debu dan asap
kadmium, terutama kadmium oksida CdO. Gejala-gejala keracunan akut yang akan timbul adalah rasa sakit dan panas pada bagian dada. Gejala ini akan muncul
setelah 4-10 jam sejak penderita terpapar oleh uap logam Cd. Kematian disebabkan karena terjadinya oedema paru-paru. Apabila dapat bertahan hidup,
korban akan mengalami emfisema atau gangguan paru-paru Darmono, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit paru-paru akut ini dapat terjadi bila penderita terpapar oleh uap Cd atau CdO dalam waktu 24 jam, dan akan menyebabkan kematian bila konsentrasi
berkisar dari 2500-2900 mgm. Sedangkan pada pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan solder dengan kandungan 24 Cd. Kematian akan segera terjadi
bila konsentrasi uap solder secara keseluruhan sebesar 1 mgm. B.
Secara kronis Keracunan yang bersifat kronis disebabkan karena daya racun yang dibawa
oleh logam Cd terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Keracunan kronis ini membawa akibat yang lebih buruk dibandingkan dengan keracunan akut.
Akibat yang ditimbulkan pada umumnya terjadi kerusakan-kerusakan pada sistem fisiologis tubuh, seperti sistem urinaria ginjal, sistem respirasi paru-paru,
sistem sirkulasi darah dan jantung. Di samping itu, keracunan kronis juga merusak kelenjar reproduksi, sistem penciuman dan bahkan dapat mengakibatkan
kerapuhan pada tulang Palar, 2008. Salah satu contoh penyakit akibat keracunan logam berat kadmium yaitu
Itai-itai Disease. Itai-itai disease terjadi di Jepang, pertama kali ditemui di area yang sangat tercemar di lembah sungai Jinzu, terletak di Prefektur Toyama,
Jepang. Penyakit ini sendiri menunjukkan gejala nephropathy dan osteomalacia. Kedua penyakit ini adalah penyakit yang timbul akibat adanya kandungan
kadmium Cd dalam tubuh. Menurut hasil identifikasi Dinas Kesehatan setempat atau Public Welfare Office of Toyama terhadap area yang terpolusi Cd bahwa
sejak tahun 1967, 97 orang dari 132 penduduk yang meninggal dunia adalah korban itai-itai disease. Kasus keracunan kadmium ini terjadi ketika Jepang
Universitas Sumatera Utara
sedang memproduksi senjata untuk kebutuhan militer. Penambangan yang dilakukan Mitsui Mining and Smelting Co. Ltd secara tidak langsung membuat
dampak di sungai Jinzu. Banyak kasus meninggalnya pasien yang terkena penyakit ini setelah mengkonsumsi air sungai Jinzu serta memakan beras yang
diirigasi oleh sungai tersebut. Pada 34 area persawahan di sekitar sungai Jinzu ditemukan 4,04 ppm kandungan logam berat dalam air, 2,42 ppm kandungan
logam berat dalam di tengah area persawahan dan 2,24 ppm di area outlet irigasi. Sedangkan logam kadmium berkisar kurang dari 1,0 ppm di seluruh wilayah
persawahan. Hasil hipotesis masuknya kadmium dalam tubuh manusia diduga adalah karena padi yang dihasilkan dari kawasan tersebut tercemar kadmium.
Seluruh padi yang diteliti memiliki konsentrasi Cd yang beragam mulai dari 1,0 ppm hingga yang tertinggi mencapai 6,88 ppm Istarani, F dan Elina S, 2014.
Pada ginjal, kadmium dapat menyebabkan nefrotoksisitas toksik ginjal, yaitu gejala proteinuria, glikosuria dan aminoasiduria disertai dengan penurunan
laju filtrasi glomerulus ginjal. Kasus keracunan kadmium juga menyebabkan gangguan kardio vaskuler dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya
afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Selain itu, kadmium juga mengakibatkan terjadinya gejala osteomalasea karena terjadi interferensi daya
keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal Darmono, 2001 Pada paru-paru dapat menyebabkan kerusakan terhadap organ respirasi
paru-paru. Pada peristiwa terhirupnya debu Cd selama 20 tahun oleh para pekerja industri yang melibatkan Cd, akan menyebabkan terjadinya pembengkakan paru-
paru pulmonary emphysema.
Universitas Sumatera Utara
Pada darah dan jantung logam Pb dapat menyebabkan penyakit anemia kekurangan darah. Hal ini ditemukan pada pekerja yang telah bekerja selama 5-
30 tahun pada industri yang melibatkan CdO. Pada tulang dapat menyebabkan kerapuhan tulang. Penyakit ini telah
ditemui sebelumnya di Jepang yang disebut dengan ‘itai-itai’ Itai-itai Disease.
Menurut para ahli, efek yang ditimbulkan oleh Cd terhadap tulang kemungkinan disebabkan karena kekurangan kalsium Ca dalam makanan yang tercemar oleh
Cd sehingga fungsi kalsium dalam pembentukan tulang digantikan oleh logam Cd yang ada. Pada para penderita keracunan kronis, dapat diketahui dengan melihat
tanda-tanda keracunan berupa lingkaran kuning pada bagian pangkal gigi. Pada sistem reproduksi logam Cd dalam konsentrasi tertentu dapat
mematikan sel-sel sperma pada laki-laki yang berakibat impotensi. Impotensi yang ditimbulkan dapat dibuktikan dengan rendahnya kadar testosteron dalam
darah Palar, 2008.
2.3.6. Pencegahan dan Penanggulangan Kadmium Cd