B. Fungsi Formaldehid
Fungsi formaldehid yang sebenarnya ialah sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai,
kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun serangga lainnya. Dalam dunia fotografi digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin
juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk
insulasi busa. Formalin juga digunakan sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk
produk kayu lapis plywood. Dalam konsentrasi yang sangat kecil digunakan sebagai bahan pengawet untuk berbagai barang konsumen. Di dunia kedokteran
formalin digunakan dalam pengawetan mayat yang akan dipelajari dalam pendidikan bagi mahasiswa kedokteran maupun kedokteran hewan. Konsentrasi
formalin untuk pengawetan biasanya yang digunakan adalah 10 Yuliarti, 2007.
2.6.3. Jalur Distribusi Formaldehid
Penyalahgunaan produk atau bahan tertentu yang tidak sesuai dengan peruntukannya sering sekali terjadi di Indonesia. Kondisi inilah yang terjadi pada
kasus penyalahgunaan formalin yang kian marak akhir-akhir ini. Dikutip dari majalah media industri, untuk mengatasi merebaknya masalah formalin ditengah-
tengah masyarakat, telah dibentuk tiga tim, yaitu pertama Tim Penanggulangan Penyalahgunaan Formalin. Tanggung jawab ini diserahkan kepada Menteri
Perdagangan. Kedua, Tim Penyelamatan IKM atas imbas penyalahgunaan formalin terutama bagi mereka yang selama ini tidak memakai formalin tetapi
Universitas Sumatera Utara
terkena imbas dari masalah ini. Tugas ini diberikan kepada Menteri Perindustrian. Ketiga adalah Tim Pembinaan. Tim ini melakukan sosialisasi informasi seluas-
luasnya tentang masalah formalin, Menteri Komunikasi dan Informasi ditugaskan untuk melaksanakan tugas ini.
Menurut Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan, formalin impor sudah ditataniagakan berdasarkan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No.254MPPKep72000 tanggal 4 Juli 2000 tentang Tata Niaga Impor dan Peredaran Bahan Berbahaya Tertentu melalui
penunjukkan sebagai Importir Terdaftar IT-B2 dan pengakuan sebagai Importir Produsen IP-B2 dari Dirjen Perdagangan Luar Negeri. Bahan berbahaya yang
disingkat B2 adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup
secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun toksisitas, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi. Impor formalin selama
ini hanya dilakukan oleh 2 IP-B2 dan 1 IT-B2 sehingga formalin impor sangat terbatas perdagangannya karena sudah ditentukan importirnya Departemen
Perindustrian RI, 2006. IT-B2 mengimpor formalin untuk kemudian mendistribusikannya kepada
pengguna akhir dalam hal ini pengguna yang membutuhkan formalin sebagai bahan baku industrinya. Perusahaan yang ditetapkan sebagai IT-B2 untuk jenis B2
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 44M-DAGPER92009 Tentang Pengadaan, Distribusi dan Pengawasan
Bahan Berbahaya adalah PT Persero Perusahaan Perdagangan Indonesia. IP-B2
Universitas Sumatera Utara
mengimpor formalin yang digunakan sendiri untuk bahan baku industrinya dan hanya diperuntukkan bagi kebutuhan produksinya sendiri, serta tidak untuk
diperjualbelikan maupun dipindahtangankan. Pengangkutan B2 dari pelabuhan tujuan ke gudang IP-B2 wajib mematuhi
prosedur dan ketentuan dari instansi terkait serta dilengkapi dengan Emergency Transport Guide. Jenis B2 sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 44M-DAGPER92009 Tentang Pengadaan, Distribusi dan Pengawasan hanya dapat didistribusikan oleh
P-B2 Produsen, IT-B2 Importir Terdaftar, IP-B2 Importir Produsen, DT-B2 Distributor Terdaftar dan PT-B2 Pengecer Terdaftar.
Dalam mendistribusikan B2 sesuai dengan peraturan P-B2, IT-B2, IP-B2, DT-B2, dan PT-B2 wajib memenuhi ketentuan :
a. IP-B2 mendistribusikan B2 hanya untuk kebutuhan proses produksi
perusahaan yang bersangkutan; b.
IT-B2 dapat mendistribusikan B2 kepada DT-B2, PT-B2 danatau PA-B2 Pengguna Akhir;
c. P-B2 dapat mendistribusikan B2 kepada DT-B2, PT-B2 danatau PA-B2
d. DT-B2 dapat mendistribusikan B2 kepada PT-B2 danatau PA-B2;
e. PT-B2 hanya dapat mendistribusikan B2 kepada PA-B2.
Setiap orang atau badan usaha yang tidak memiliki pengakuan sebagai IP-B2, penetapan sebagai IT-B2 atau SIUP-B2 Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan
Berbahaya, dilarang untuk mendistribusikanmengedarkan atau menjual B2; danatau mengemas kembali B2 dari kemasan aslinya.
Universitas Sumatera Utara
Selama ini yang banyak beredar di pasaran dalam negeri adalah justru formalin produksi dalam negeri yang dijual dalam berbagai merek seperti formol,
morbicid, methanal, formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene, methylene aldehyde, oxomethane, formoform, formalith, karsan, methylene glycol, paraforin,
polyxymethylene glycols, superlysoform, tetraoxymethylene dan trioxane Departemen Perindustrian, 2006.
Penggunaan pengawet yang tidak sesuai juga masih sering terjadi di tengah- tengah masyarakat, dan sudah luas penggunaannya sehingga tidak lagi
mengindahkan dampaknya terhadap kesehatan konsumen. Contohnya adalah masih adanya nelayankapal penangkap ikanpukat harimau yang tega
menambahkan formalin pada ikan hasil tangkapannya tanpa memikirkan bahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Penambahan formalin oleh nelayan dapat
dilakukan di dalam kapal penangkap ikan atau dapat juga dilakukan setelah kapal merapat di pelabuhan Badan POM, 2005.
2.6.4. Mekanisme Formaldehid