26
D. Pendidikan Seni Kaligrafi Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dalam subbab II pembahasan tentang landasan hukum menulis kaligrafi dinyatakan bahwa pendidikan
kaligrafi yang berisi pengajaran tulis-menulis mendapatkan posisi terpenting. Sebagaimana tersirat makna dalam kandungan wahyu pertama, yakni surah al-
‘Alaq tadi. Intinya kaligrafi mendominasi sebagai salah satu komponen dalam sejarah pendidikan Islam yang tertua. Pendidikan seni kaligrafi pada awalnya
memang berjalan sejalan dengan perkembangan pendidikan Islam. Bila proses pendidikan Islam yang dimulai sejak Nabi SAW berdakwah, maka sejak itu
pula proses pendidikan baca tulis telah dimulai,bahkan setelah Nabi hijrah ke Madinah.
35
Kegiatan tulis-menulis memang mendapatkan ruh dari al-Quran, dan semangat mempelajari kandungan al-Quran menyebabkan kegiatan baca dan
tulis mendapat perhatian penting dari Nabi SAW. Sehingga pernah Nabi SAW mewajibkan kepada tawanan perang ketika selesai berperang setiap tawanan
harus mengajarkan sepuluh anakpemuda Madinah untuk membaca dan menulis.
36
Pendidikan seni kaligrafi bila dilihat dari esensinya jelas masuk dalam kelompok ilmu-ilmu agama, karena penerapannya memang dalam ruang
lingkup tulis-menulis huruf-huruf al-Quran huruf Arab. Maka dalam konsep pendidikan Islam ilmu ini merupakan alat yang mesti digunakan dalam proses
penelusuran dan penggalian ilmu-ilmu yang lainnya. Jika demikian, maka pendidikan seni kaligrafi sangatlah mutlak diperlukan. Karenanya, Imam Al-
Ghazali mengelompokkan diantara ilmu-ilmu itu terbagi menjadi tiga bagian; 1, ilmu-ilmu terpuji, 2, ilmu-ilmu tercela, 3, Ilmu-ilmu yang berada
diantara keduanya. Beliau juga menjelaskan bahwa ilmu-ilmu terpuji itu adalah ilmu yang
membawa kepada kesucian jiwa, kunci untuk mengetahui hikmah dan
35
Sirojuddin, Gores Kalam; Al-Quran dan Reformasi Kaligrafi Arab,..., h. 1.
36
Sirojuddin, Gores Kalam; Al-Quran dan Reformasi Kaligrafi Arab,..., h. 1.
Draft Only
27
kebaikan sekaligus mengamalkannya.
37
Sebab tujuan pendidikan Islam menurutnya adalah kesempurnaan insan di dunia dan akhirat.
Namun, kaligrafi bukanlah semata-mata seni dan keindahan, tetapi esensi yang paling pokok adalah pemahaman nilai-nilai al-Quran melalui
keindahan tulisan. Dengan konsep ini, maka sejalanlah dengan pemikiran al- Ghazali yang mengatakan ilmu itu harus dilihat dari segi tujuan dan
kegunaannya dalam bentuk amaliyah.
38
Ibnu Sina memandang bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada mengembangan
seluruh potensi
yang dimiliki
seseorang ke
arah perkembangan jiwa yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan
budi pekerti. Disamping itu tujuan pelatihan harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup dengan melakukan performans
atau keahlian yang dikuasainya sesuai dengan bakat, kesiapan, dan minat yang dimilikinya.
39
Memahami pendapat Ibnu Sina diatas bila dihubungkan dengan tujuan dan manfaat yang ada pada pendidikan seni kaligrafi dalam konteks
pendidikan Islam tentu sangat sinkron. Hal ini dapat dibuktikan dalam konsep kurikulum yang disusunnya, yaitu menekankan indikator pelajaran membaca,
menulis, menghafal al-Quran, dan kesenian pada awal usia perkembangan anak.
40
Pandangan pendidikan Islam terhadap diklat seni kaligrafi artinya juga pandangan para pemikir pendidikan Islam terhadap kaligrafi. Sebab
pendidikan Islam itu sendiri sangat signifikan dengan proses pemikiran- pemikiran yang muncul dari para tokoh pemikiran pendidikan Islam sekian
lamanya, dan keberadaanya sama tuanya dengan sejarah peradaban Islam itu sendiri. Al-Faruqi, sebagaimana dikutip oleh Sirojuddin AR, menyebut
kaligrafi dengan ungkapan ‘Art of Islamic Art’ seninya seni Islam. Al-
37
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, cet.ke-1, h. 13.
38
Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h. 93.
39
Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h. 67.
40
Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h.71.
Draft Only
28
Haidari menyebut al-Quran sebagai juz’un asasiyyun min al-fann al-Islâmy bagian paling mendasar dari seni Islam. Sementara D. Sirojuddin AR sendiri
menyebut kaligrafi itu merupakan khasanah kebudayaan Islam, yang secara tradisional terus hadir sepanjang ruh perkembangan agama Islam, karena ia
berfungsi sebagai bahasa visual dari ayat-ayat al-Quran.
41
Hamka dalam tafsir al-Azhar, sebagaimana dikutip Sirojuddin AR mengatakan dengan kalam pena ilmu pengetahuan dicatat, bahkan kitab-
kitab suci yang diturunkan Allah ta’ala kepada nabi-nabinya baru menjadi dokumentasi agama setelah semuanya dicatat. Kitab suci al-Quran sendiri
yang mulanya hafalan, kemudian catatan yang berserakan itu dibukukan menjadi mushaf, setelah itu terciptalah berbagai ilmu-ilmu agama yang lain
seperti tafsir
al-Quran, ilmu
hadits, dan
sebagainya.
42
Semuanya dikembangkan dengan “Nun, wa alqalami wa ma yasturûn”.
Dengan tinta, pena dan apa yang manusia tuliskan diatas media berbagai ragam terciptalah kesempurnaan wahyu sejak 14 abad yang lalu.
Maka dari itu, peranan kaligrafi memang sangat penting, karena ia mampu mengikat ilmu pengetahuan. Ini tentu sejalan dengan sabda Nabi SAW
diriwayatkan dari Tabrani mengutip dari Sirojuddin yang artinya: “ikatlah ilmu dengan tulisan.”
43
E. Pengertian Minat Menulis Kaligrafi al-Quran
Minat menurut bahasa artinya kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan; dan suka terhadap sesuatu.
44
Dalam Ensiklopedi Umum disebutkan bahwa minat adalah kecenderungan bertingkah laku yang
terarah pada objek kegiatan atau pengalaman tertentu.
45
Sedangkan dalam kamus lengkap Indonesia-Inggris, minat disebut dengan term “interest; liking;
41
Sirojuddin, Gores Kalam,..., h. 35.
42
Sirojuddin, Tafsir Al-Qalam,..., h. 70.
43
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi, al-Jami’ As-Saghir, Juz 2., h. 88
44
Frista Arimanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Jombang: Lintas Media, tt, h. 816
45
Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1983, jilid.4, h. 2252
Draft Only