Organisasi TQM Konsep Total Quality Management TQM

33 dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Peter Austin dalam Husaini Usman 2010: 581 memberikan atribut sebagai kepemimpinan pendidikan sebagai berikut: a. Visi dan simbol; kepala sekolah harus mengomunikasikan nilai- nilai sekolah kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat sekolah. b. Management By Walking About MBWA; gaya kepemimpinan ini dibutuhkan oleh setiap sekolah. c. Untuk anak-anak for the kids; pendidikan sama dengan akrab dengan pelanggan utama sekolah, yaitu siswa-siswanya d. Otonomi, percobaan, dan memaafkan kesalahan; kepala sekolah harus berani mendorong inovasi guru dan staf tata usahanya untuk belajar dari kesalahan sehingga sekolah memiliki inovasi yang lebih baik. e. Menciptakan suasana “kekeluargaan”; kepala sekolah membutuhkan komunikasi dalam suasana yang akrab penuh kekeluargaan dengan warga di sekolah dan di luar sekolah. f. Perasaan menyeluruh, irama, kemauan besar untuk mencapai tujuan sekolah, intensitas, dan penuh perhatian; hal ini adalah mutu personal mendasar yang dibutuhkan oleh pemimpin pendidikan.

7. Organisasi TQM

Ngalim Purwanto 1995: 17 manyatakan bahwa “Organisasi ialah aktivitas-aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan sehingga terwujud kesatuan usaha dalam mencapai maksud-maksud dan tujuan pendidikan”. Organisasi TQM menurut Husaini Usman 2010: 581 adalah organisasi terbalik upside-down organization. Dalam organisasi ini, peran manajer senior kepala sekolah dan manajer menengah wakil kepala sekolah adalah mendukung dan mengupayakan pendidikan 34 bagi siswa dan staf pendukungnya. Kontrol bukanlah yang utama dalam organisasi TQM. Pembalikan peta hierarki organisasi tradisional menjadi organisasi terbalik diadobsi dari pemikiran Albretcht Husaini Usman, 2010: 581 yang mencoba memberikan sebuah pergeseran paradigma TQM. Di bidang pendidikan, Albretcht mengubah perangkat kemitraan yang biasa, menjadi satu dengan sebuah fokus yang jelas kepada pelanggan. Fokus organisasi terbalik tidak mempengaruhi otoritas sekolah dan tidak mengurangi esensi peran kepemimpinan kepala sekolah karena kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan sukses atau gagalnya TQM. Hierarki terbalik memberikan penekanan pada pentingnya memberikan pelayanan prima kepada pelanggan sekolah. Berikut adalah gambar hierarki sekolah dan organisasi terbalik di dunia pendidikan yang dikemukakan oleh Sallis. 35 Gambar 2. Hierarki sekolah dan organisasi terbalik di dunia pendidikan Sallis, 1993: 38 Ada empat macam daur kehidupan suatu organisasi, yaitu 1 pengenalan 2 pertumbuhan perluasan, 3 pendewasaan, dan 4 penurunan revitalisasi. 36 Berikut gambar empat daur kehidupan organisasi. Gambar 3. Daur kehidupan organisasi Husaini Usman, 2010: 583 Pada tahap pengenalan, sekolah yang baru melakukan pengenalan diri kepada masyarakat luas guna memperoleh pengakuan dan dukungan. Sekolah juga harus menetapkan tempat untuk meraih pelanggan. Selanjutnya, sekolah menjamin bahwa apa yang dihasilkan merupakan kebutuhan yang dinantikan dan diharapkan pelanggan. Pada tahap pertumbuhan perluasan, sekolah akan menjadi wajah baru dengan tantangan ide baru. Sekolah harus mampu menjamin untuk menghasilkan optimisme dan kebanggaan, yang merupakan suatu keistimewaan dari sebuah langkah pembentukan formasi. Sekolah harus mampu meningkatkan layanan kepada pelanggan. Pada tahap ini yang menjadi masalah utama biasanya adalah tekanan dengan ditandai mulai banyaknya permintaan. Selain hal itu, biasanya sekolah mengalami kegagalan pada sistem manajemennya terutama kurang 37 adanya penetapan terhadap aturan atau prosedur secara jelas, termasuk didalamnya pembagian tugas. Pada tahap pendewasaan, sekolah mencapai prestasi puncaknya dan sangat potensial untuk mendapatkan siswa yang banyak karena permintaan yang sangat besar dari pelanggan. Di sinilah sekolah mulai mendapatkan ancaman ataupun bahaya sehingga sekolah harus mampu berinovasi, berkreasi, dan meningkatkan pelayanan yang optimal sesuai kebutuhan pelanggan. Serta sekolah juga diharapkan mampu menciptakan kebutuhan dan minat pelanggan sehingga tidak akan terjadi penurunan. Pada tahap penurunan, kebanyakan sekolah ditutup karena ketidakmampuannya berinovasi dan bersaing serta menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Pada tahap penurunan ini, dapat juga menjadi suatu pembaruan jika mau mengedepankan mutu, mengembangkan strategi dan cara menjaga kepuasan pelanggan, serta dapat juga menjadi tahapan dinamis sebagai lembaga yang berpengalaman dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan secara optimal. 38 Gambar 4. Tahap pengembangan organisasi Sallis, 1993: 79 Sekolah yang menggunakan cara tradisional akan mengalami kesulitan dalam pengembangan dan perubahan karena kekakuan dalam setiap keputusan serta kesulitan mengatasi rintangan. Sekolah kekurangan program atau pemimpinnya terkesan otoriter dengan birokrasi yang berbelit-belit akan menjadi buah implikasi dari sekolah yang menggunakan cara tradisional. TQM memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengubah cara tradisional menjadi sekolah yang modern sehingga sekolah memiliki mutu tinggi, integritas tinggi untuk meningkatkan komitmen terhadap semua level. Untuk mencapainya dibutuhkan manusia yang memahami konsep mutu dan memiliki rancangan masa depan. 39

8. Biaya Mutu