utang usaha dan lainnya utang pajak utang cukai Akrual Liabilitas pajak tangguhan Liabilitas sewa pembiayaan Pendapatan tangguhan

5

III. PERNYATAAN huTANG

Tabel di bawah ini menyajikan posisi liabilitas konsolidasian Perseroan pada tanggal 30 Juni 2015 yang diambil dari laporan keuangan konsolidasian Perseroan tanggal 30 Juni 2015 yang tercantum dalam Prospektus ini dan telah diaudit oleh KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis Rekan firma anggota jaringan global PricewaterhouseCoopers dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Saldo liabilitas konsolidasian Perseroan pada tanggal 30 Juni 2015 sebesar Rp14.420,1 miliar yang terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp12.903,1 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp1.517,0 miliar dengan perincian sebagai berikut: dalam miliaran Rupiah KETERANGAN JuMLAh Liabilitas jangka pendek Pinjaman Pihak ketiga 1.573,8 Pihak berelasi 2.326,4 Utang usaha dan lainnya Pihak ketiga 2.306,1 Pihak-pihak berelasi 1.093,4 Utang pajak Pajak penghasilan badan 326,5 Pajak lain-lain 479,8 Utang cukai 3.608,9 Akrual 148,5 Liabilitas imbalan kerja - jangka pendek 556,9 Pendapatan tangguhan - jangka pendek 76,4 Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya 388,3 Liabilitas sewa pembiayaan - jangka pendek 18,1 Liabilitas jangka panjang Liabilitas imbalan kerja 1.434,6 Liabilitas pajak tangguhan 0,4 Liabilitas sewa pembiayaan 28,1 Pendapatan tangguhan 53,9 JuMLAh LIABILITAS 14.420,1

A. Liabilitas Jangka Pendek 1. Pinjaman

Saldo pinjaman pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp3.900,2 miliar yang merupakan pinjaman dalam Rupiah maupun USD, yang terdiri dari pinjaman dari pihak ketiga sebesar Rp1.573,8 miliar dan pinjaman dari pihak berelasi sebesar Rp2.326,4 miliar. Pinjaman dari pihak ketiga tersebut berupa fasilitas kredit modal kerja yang diperoleh dari beberapa bank, yaitu Deutsche Bank AG “Deutsche”, Sumitomo Mitsui Indonesia Bank “Sumitomo” dan Citibank N.A “Citibank”, sedangkan pinjaman dari pihak berelasi yaitu Philip Morris Finance SA. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015, tingkat suku bunga tahunan yang berlaku untuk pinjaman dari pihak ketiga dalam Rupiah tersebut di atas berkisar antara 7,42 sampai dengan 8,70, sedangkan tingkat suku bunga tahunan yang berlaku untuk pinjaman dari pihak berelasi dalam USD tersebut di atas berkisar antara 6,57 sampai dengan 7,90. Perseroan sewaktu-waktu dapat melakukan transaksi lindung nilai atas suku bunga danatau nilai tukar mata uang asing yang dipersyaratkan oleh kreditur sehubungan dengan fasilitas yang diberikan oleh para kreditur. Pada tanggal 30 Juni 2015, Perseroan telah memenuhi semua persyaratan pinjaman-pinjaman jangka pendek dari pihak ketiga dan dalam rangka pelaksanaan PUT ini, Perseroan tidak memerlukan persetujuan dari masing- masing pemberi pinjaman tersebut di atas.

2. utang usaha dan lainnya

Saldo utang usaha dan lainnya pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp3.399,5 miliar, yang terdiri dari utang kepada pihak ketiga sebesar Rp2.306,1 miliar dan utang kepada pihak-pihak berelasi sebesar Rp1.093,4 miliar. 6 Utang usaha dan lainnya dengan pihak ketiga terutama timbul dari biaya produksi, pembelian cengkeh, tembakau, flavour, saus, bahan pembungkus, biaya iklan dan promosi, dan aset tetap.

3. utang pajak

Saldo utang pajak pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp806,3 miliar, yang terdiri dari: dalam miliaran Rupiah KETERANGAN JuMLAh Pajak penghasilan badan Pasal 25 314,6 Pasal 29 11,9 Pajak lain-lain Pajak penghasilan lainnya 37,1 Pajak Pertambahan Nilai 442,5 Lainnya 0,2 JuMLAh uTANG PAJAK 806,3

4. utang cukai

Utang cukai merupakan utang yang timbul dari pembelian pita cukai. Saldo utang cukai pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp3.608,9 miliar.

5. Akrual

Saldo akrual pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp148,5 miliar, yang terdiri dari: dalam miliaran Rupiah KETERANGAN JuMLAh Biaya produksi 65,7 Iklan dan promosi 36,4 Distribusi 22,0 Lain-lain 24,4 JuMLAh AKRuAL 148,5 6. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek Saldo liabilitas imbalan kerja jangka pendek pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp556,9 miliar. 7. Pendapatan tangguhan jangka pendek Saldo pendapatan tangguhan jangka pendek pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp76,4 miliar.

8. Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya

Saldo liabilitas keuangan jangka pendek lainnya pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp388,3 miliar. 9. Liabilitas sewa pembiayaan jangka pendek Saldo liabilitas sewa pembiayaan jangka pendek pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp18,1 miliar.

B. Liabilitas Jangka Panjang 1. Liabilitas imbalan kerja

Saldo liabilitas imbalan kerja pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp1.434,6 miliar, yang terdiri dari: dalam miliaran Rupiah KETERANGAN JuMLAh Akrual imbalan kerja 510,9 Kewajiban imbalan pascakerja 1.480,6 Dikurangi - Bagian jangka pendek 556,9 Bagian Jangka Panjang 1.434,6 7 Ah 314,6 11,9 37,1 442,5 0,2 806,3 Ah 65,7 36,4 22,0 24,4 148,5 Ah 510,9 480,6 556,9 434,6

2. Liabilitas pajak tangguhan

Saldo liabilitas pajak tangguhan pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp0,4 miliar.

3. Liabilitas sewa pembiayaan

Saldo liabilitas sewa pembiayaan pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp28,1 miliar.

4. Pendapatan tangguhan

Saldo pendapatan tangguhan pada tanggal 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp53,9 miliar. SELuRuh LIABILITAS KONSOLIDASIAN PERSEROAN PADA TANGGAL 30 JuNI 2015 TELAh DIuNGKAPKAN DALAM PROSPEKTuS INI. SAMPAI DENGAN TANGGAL DITERBITKANNYA PROSPEKTuS INI, PERSEROAN TELAh MELuNASI SELuRuh LIABILITAS KONSOLIDASIANNYA YANG TELAh JATuh TEMPO. PERSEROAN TIDAK MEMILIKI LIABILITAS-LIABILITAS LAIN KEcuALI LIABILITAS-LIABILITAS YANG TIMBuL DARI KEGIATAN uSAhA NORMAL PERSEROAN SERTA LIABILITAS-LIABILITAS YANG TELAh DINYATAKAN DALAM PROSPEKTuS INI. DENGAN ADANYA PENGELOLAAN YANG SISTEMATIS ATAS ASET DAN KEWAJIBAN SERTA PENINGKATAN hASIL OPERASI DI MASA YANG AKAN DATANG, PERSEROAN MENYATAKAN KESANGGuPANNYA uNTuK DAPAT MENYELESAIKAN SELuRuh KEWAJIBANNYA SESuAI DENGAN PERSYARATAN SEBAGAIMANA MESTINYA. TIDAK TERDAPAT NEGATIVE COVENANTS YANG DAPAT MERuGIKAN hAK-hAK PEMEGANG SAhAM PuBLIK. 8

IV. PEMBAhASAN OLEh MANAJEMEN DAN ANALISIS KONDISI

KEuANGAN SERTA KINERJA uSAhA Analisis dan pembahasan oleh manajemen di bawah ini berisi pembahasan mengenai posisi keuangan dan kinerja keuangan Perseroan pada tanggal dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2013 dan 2014 dan pada tanggal dan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 dan 2015, beserta pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan Perseroan dan prospek di masa yang akan datang. Analisis dan pembahasan oleh manajemen ini harus dibaca bersama-sama dengan dan mengacu pada laporan keuangan konsolidasian auditan Perseroan pada tanggal dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2013 dan 2014 dan pada tanggal dan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2015 dan laporan keuangan konsolidasian interim Perseroan yang tidak diaudit untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 yang terdapat di bagian lain dalam Prospektus ini.

A. uMuM

Perseroan adalah perusahaan rokok terbesar di Indonesia, dengan penjualan rokok sebesar 109,7 miliar batang dan pangsa pasar keseluruhan sebesar 34,9 di Indonesia pada tahun 2014, berdasarkan perkiraan Perseroan. Perseroan telah beroperasi selama lebih dari 100 tahun dan pada tahun 2005 diakuisisi oleh PMI yang merupakan salah satu perusahaan rokok terbesar di dunia. Perseroan memproduksi rokok kretek, yaitu rokok yang dibuat dengan campuran cengkeh dan tembakau. Perseroan juga mendistribusikan rokok bermerek Marlboro di seluruh Indonesia, melalui perjanjian distribusi jangka panjang dengan PMID. Pada tahun 2014, Indonesia merupakan pasar rokok terbesar di dunia berdasarkan volume, tidak termasuk Tiongkok, dengan sekitar 314 miliar batang yang terjual pada tahun 2014. Pasar rokok Indonesia merupakan salah satu pasar dengan tingkat pertumbuhan terpesat di dunia, dimana sejak tahun 2010 pendapatan dari penjualan rokok secara keseluruhan telah tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate “CAGR” lebih dari 10. Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dengan lebih dari 250 juta penduduk. Menurut Oxford Economics, Produk Domestik Bruto “PDB” Indonesia diproyeksikan akan tumbuh dengan kisaran antara 5 dan 6 setiap tahun dari tahun 2015 sampai tahun 2019, sedangkan Boston Consulting Group memperkirakan komposisi perokok kelas menengah dan kelas atas secara kumulatif akan meningkat menjadi 53 dari total populasi Indonesia di tahun 2020, dibandingkan tahun 2012 sebesar 30 dari total populasi Indonesia. Perseroan memperkirakan tren tersebut akan terus mendukung peningkatan permintaan produk rokok Perseroan, dimana komposisi produk Perseroan fokus pada rokok dengan harga menengah dan premium. Pada tahun 2014, sebesar 68 dari total volume penjualan domestik Perseroan berasal dari penjualan rokok harga premium, sedangkan sisanya sebagian besar berasal dari penjualan rokok harga menengah. Secara bersama-sama, kedua segmen harga rokok tersebut memberikan kontribusi sebesar 82,6 dari total pangsa pasar rokok di Indonesia. Perseroan memiliki portofolio merek rokok yang tidak tertandingi di Indonesia dengan 7 kelompok merek, dimana 5 dari kelompok merek tersebut merupakan bagian dari 10 kelompok merek rokok terlaris di Indonesia. Dari 7 kelompok merek tersebut, Perseroan memproduksi 5 kelompok merek, dan mendistribusikan tanpa memproduksi 2 kelompok merek, termasuk Marlboro. Perseroan memproduksi baik rokok kretek buatan mesin Sigaret Kretek Mesin atau SKM maupun rokok kretek lintingan tangan Sigaret Kretek Tangan atau SKT, sedangkan rokok non-kretek yang dijual oleh Perseroan, termasuk Marlboro, dikenal sebagai rokok putih Sigaret Putih Mesin atau SPM. Perseroan merupakan pemimpin pasar di Indonesia, berdasarkan volume, pada ketiga segmen tersebut, dengan pangsa sekitar 39,0 di segmen rokok kretek, 29,9 di segmen buatan mesin dan 79,8 di segmen rokok putih pada tahun 2014, menurut perkiraan Perseroan. Selama sepuluh tahun terakhir, pasar rokok Indonesia telah mengalami perubahan permintaan perokok dewasa dari rokok kretek lintingan tangan ke rokok kretek buatan mesin, dimana meningkatnya preferensi perokok dewasa atas rokok rendah-tar dan rendah-nikotin Low Tar-Low Nicotine atau “LTLN”. Pada tahun 2014, SKM memberikan kontribusi sebesar 62,9 dari jumlah volume penjualan domestik Perseroan, sementara SKT dan SPM memberikan kontribusi masing-masing sebesar 22,4 dan 14,7. Preferensi perokok dewasa Indonesia juga mengalami pergeseran ke segmen harga menengah dan premium di pasar, dimana hal tersebut sesuai dengan portofolio Perseroan yang fokus pada rokok dengan segmen harga menengah dan premium. Berikut adalah kelompok merek terkemuka Perseroan: Sampoerna A, merupakan SKM dengan pangsa pasar terbesar di pasar rokok Indonesia. Salah satu produk unggulan dari merek ini adalah A Mild; Dji Sam Soe, secara historis merupakan rokok SKT andalan Perseroan dengan pangsa pasar terbesar di segmen SKT;