Pengembangan Instrumen Tes Tes Tertulis

17

a. Pengembangan Instrumen Tes

Djemari mardapi 2008: 88, terdapat sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan hasil tes prestasi belajar, yaitu: : 1 meyususn spesifikasi tes, 2 menulis soal tes, 3 menelaah soal tes, 4 melakukan ujicoba tes, 5 menganalisis butir soal, 6 memperbaiki tes, 7 merakit tes, 8 melaksanakan tes, dan 9 menafsirkan hasil tes. Pengembangan tes menurut Suharsimi 2013: 167, langkah penyusunan tes, yaitu: 1 menentukan tujuan tes, 2 mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes, 3 merumuskan tujuan instruksional khusus dari setia bahan, 4 menderetkan indikator dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam indikator itu, 5 menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur, dan 6 menuliskan butir-butir soal didasarkan atas indikator yang telah dituliskan. Pendapat dari kedua ahli menyatakan bahwa pengembangan instrumen tes harus melewati beberapa langkah pengembangan tes, sehingga butir-butir soal yang digunakan dalam penlaian dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Soal yang melalui langkah pengembangan akan melalui tahap analisis soal. Bambang subali 2014:1, terdapat dua analisis terhadap soal, yaitu: ananilsis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi penyusunan kisi-kisi dan penulisan soal tes. Menurut Djemari 2008:137 analisis kualitatif dilakukan terhadap aspek materi, aspek konstruksi dan aspek bahasa. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kualitas dari 18 soal tersebut dilihat dari validitas dan reliablitias soal. Setelah dilakukan anaisis akan menghasilkan soal dengan kualitas yang baik. Thorndike, dkk 1991: 230, menyatakan banyak sekali pertimbangan dalam evaluasi tes, diantaranya: reliabilitas, validitas dan kepraktisan. Validitas merupakan konsistensi keakuratan dalam melakukan prosedur pengukuran. Validitas berkaitan dengan sejauhmana skor tes dapat memberikan informasi yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Validitas dan reliabilitas sangat diperlukan dalam pelaksanaan tes, meskipun itu harus mengesampingkan kepraktisan tes. Pelakasanaan tes tidak lepas dari penggunaan instrumen tes yang digunakan. Ciri-ciri tes yang baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu: 1 validitas, 2 reliabilitas, 3 objektivitas, 4 praktibilitas, dan 5 ekonomis Suharsimi Arikunto, 2013: 72. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Valid merupakan kata benda representasi dari sahih atau sesuai dengan fakta sedangkan validitas merupakan kata sifat atau menunjukkan ketepatan data biasanya disebut kesahihan. Jika data yang dihasilkan benar dan valid, maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Tes dikatakan reliabel jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Dengan kata lain, jika para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berbeda, maka siswa akan berada pada urutan yang sama pada kelompoknya. Jika dihubungkan antara validitas dan reliabilitas makan validitas adalah ketepatan dan reliabiltas adalah ketetapan. 19 Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas jika dalam pelaksanaan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Jika dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekanakan pada ketetapan pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas pada hasil tes. Terdapat dua faktor yang mempengauhi subjektivitas dari suatu tes, yaitu: bentuk tes dan penilaian. Bentuk tes uraian akan memberikan banyak kemungkinan kepada penilai untuk memberikan penilaian menurut carannya sendiri. Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. Ciri tes praktis, yaitu: 1 mudah dilaksanakan, 2 mudah pemeriksaannya, dan 3 dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diawali oleh orang lain. Ekonomis yang dimaksudkan adalah pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

b. Penilaian Hasil Belajar