121 prasarana yang telah disiapkan, serta waktu dan tempat sebagaimana
telah diuraikan dalam tahap persiapan. 3
Menjelaskan manfaat program bagi kelompok sasaran. Dalam hal ini Petugas Pemasyarakatan dan Pembina Teknis dalam memberikan
materi disesuaikan dengan kondisi warga binaan perempuan agar dapat diterima dan dipahami oleh warga binaan perempuan. Selain
itu, warga binaan perempuan diberikan materi motivasi agar menggugah hati, membangkitkan keinginan serta tetap menjaga
semangat warga binaan perempuan dalam mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan. Pembina Teknis juga menyampaikan
manfaat dan tujuan dari pembinaan keterampilan yakni untuk memberikan bekal ketrampilan kepada mereka untuk dijadikan mata
pencaharian setelah mereka bebas dari lembaga pemasyarakatan.
4. Evaluasi Pembinaan Keterampilan
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan program yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah program sudah
sesuai dengan rencana, dan dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara serta data-data yang diperoleh
di lapangan, dapat ditarik kesimpulan bahwa tahap evaluasi yang dilakukan dalam pembinaan keterampilan dilakukan oleh Pembina Teknis,
evaluasi biasanya dilakukan ketika proses pembinaan keterampilan berjalan yakni dengan mengamati secara langsung warga binaan
perempuan saat melakukan kegiatan keterampilan ataupun dengan
122 melakukan tanya jawab antara warga binaan perempuan dengan pembina
teknis saat penyampaian materi ataupun saat praktek pembinaan keterampilan. Hal tersebut dinilai efektif dikarenakan kegiatan praktek
lebih banyak digunakan dari pada penyampaian materi. Dengan evaluasi langsung tersebut dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan dan
kekurangan program pembinaan keterampilan tersebut. Hal diatas sesuai dengan pendapat Syamsu Mappa Sudjana, 2000: 267 bahwa penilaian
program pendidikan luar sekolah sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan program pendidikan.
5. Hasil Pembinaan Keterampilan untuk Warga Binaan Perempuan
sebagai Bentuk Pemberdayaan Perempuan a.
Perubahan Setelah Mendapat Pembinaan Keterampilan
1 Peningkatan Keterampilan Warga Binaan Perempuan
Menurut Legge keterampilan berarti kemampuan mengkoordinasikan dan tenaga yang bertingkat-tingkat, yaitu : 1
keterampilan yang hanya menggunakan otot atau tenaga dan hanya sedikit menggunakan pikiran. 2 keterampilan yang banyak
menggunakan pikiran atau otak dan sedikit menggunakan otot, dan 3 keterampilan yang banyak menggunakan tenaga sedikit pikiran dan
sedikit otot. Dengan demikian, keterampilan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam memberikan
kemampuan dan keterampilan yang produktif sesuai dengan minat dan bakat sebagai bekal dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup.
123 Senada dengan pendapat tersebut, pemberian pembinaan keterampilan
adalah suatu kegiatan yang sudah dilakukan perencanaan terlebih dahulu serta terorganisir. Hal tesebut dlakukan agar kegiatan
pembinaan keterampilan yang diberikan sesuai dengan minat, bakat serta potensi yang warga binaan perempuan miliki agar dapat mejadi
bekal ketika bebas nanti. 2
Perubahan Sikap dan Perilaku Warga Binaan Perempuan Tujuan dari dilaksankannya kegiatan pembinaan adalah adanya
perubahan yang terjadi dalam diri warga binaan perempuan, salah satu perubahan yang diharapkan yakni perubahan sikap dan perilaku warga
binaan khususnya warga binaan perempuan. Sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan dan data-data yang diperoleh saat di
lapangan, dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan sikap dan perilaku para warga binaan perempuan yang mengikuti pembinaan
keterampilan. Hal tersebut dapat dilihat pada partisipasi kehadiran para warga binaan perempuan saat mengikuti pembinaan keterampilan yang
dinilai sudah cukup baik. Selain itu, sikap yang ditunjukkan para warga binaan perempuan saat mengikuti pembinaan keterampilan
mayoritas berkelakuan baik antar sesama warga binaan dengan Petugas Pemasyarakatan maupun dengan Pembina Teknis. Adapun
perilaku yang terlihat ketika saling berkomunikasi terjalin dengan harmonis dan terjalin seperti keluarga sendiri sehingga jika ada
masalah dapat diselesaikan secara baik-baik.
124 Hal diatas seperti tujuan khusus pembinaan yang dilakukan
kepada warga binaan pemasyarakatan dalam Departemen Kehakiman dan HAM RI 2004: 56-57, yaitu :
a Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan
dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya. b
Berhasil memperoleh pengetahuan, minimal keterampilan untuk bekal mampu hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan nasional. c
Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum yang tercermin pada sikap dan perilakunya yang tertib, disiplin, serta mampu
menggalang rasa kesetiakawanan social. d
Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa dan Negara
3 Perubahan Motivasi Warga Binaan Perempuan
Dalam hal ini para warga binaan perempuan yang mengikuti pembinaan keterampilan sudah memikirkan dan memutuskan apa yang
ingin mereka lakukan ketika bebas nanti dengan ilmu dan keterampilan yang sudah dimiiliki. Warga binaan perrempuan
mayoritas memiliki motivasi untuk mengaplikasikan kemampuan keterampilan yang dimiliki yakni dengan membuka usaha, agar dapat
hidup mandiri dan berbaur denggan masyarakat kembali ketika bebas nanti.. Hal tersebut sama seperti pendapat Ambar T. Sulistiyani 2004:
125 80 bahwa tujuan pemberdayaan perempuan adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apayang
mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk
memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi
menggunakan daya kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang
dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.
b. Produk yang Dihasilkan Warga Binaan Perempuan Setelah
Mengikuti Pembinaan Keterampilan
Menurut Onny S. Prijono menyatakan bahwa “proses pemberdayaan perempuan merupakan tindakan usaha perbaikan atau
peningkatan ekonomi, social budaya, politik dan psikologi baik secara individual maupun kolektif yang berbeda menurut kelompok etnik dan
kelas social 1996 : 200. Pendapat tersebut sesuai dengan keadaan di lapangan yakni proses
pemberdayaan perempuan yang dilakukan melalui kegiatan pembinaan keterampilan untuk warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
Wirogunan dapat memperbaiki atau meningkatkan ekonomi para warga binaan perempuan selama berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan, baik
secara individual ataupun secara kolektif. Dengan adanya pembinaan
126 keterampilan untuk warga binaan perempuan, dapat dihasilkan barang atau
produk yang bernilai ekonomis. Sehingga dalam hal ini, tujuan dari pemberdayaan perempuan dapat tercapai.
6. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Pemberdayaan
Perempuan melalui Pembinaan Keterampilan
Adapun faktor yang mendukung pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan adalah sebagai berikut :
a Tersedianya sarana dan prasarana untuk melaksanakan pembinaan
keterampilan. Dahulu sebelum didirikan blok khusus wanita, warga binaan perempuan melakukan kegiatan pembinaan keterampilan di aula
yang disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan, sehingga kegiatan mereka juga terbatas. Setelah disediakannya tempat khusus warga binaan
perempuan dalam mengikuti pembinaan keterampilan diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dengan sarana prasarana yang
disediakan. b
Adanya keinginan dari beberapa warga binaan perempuan untuk maju dan menambah ilmu yang kemudian akan mereka aplikasikan di
masyarakat setelah mereka bebas. Para waarga binaan perempuan yang belum tau akan bekerja dimana ketika kelak bebas, mereka mempunyai
keinginan untuk lebih memperdalam ilmu dan potensi yang merea miliki terutama dalam bidang keterampilan,agar ketika merea kembali ke
masyarakat sudah mempunyai bekal untuk hidup mandiri.
127 c
Adanya kepedulian dari para Petugas Lembaga Pemasyarakatan dalam memfasilitasi warga binaan perempuan. Adanya kepedulian para Petugas
Pemasyarakata terhadap warga binaan perempuan terlihat dari kemauan mereka untuk bersedia membeli produk atau barang yang dihasilkan
warga binaan perempuan. Selain itu terlihat dari daya dukung para Petugas Pemasyarakatan dalam pelaksanaan pembinaan keterampilan.
d Adanya beberapa warga binaan yang benar-benar minat mengikuti
kegiatan keterampilan, sehingga mereka rutin mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan serta kreatifitas dan ide yang dimilikiwarga
binaan perempuan sehingga produk yang dihasilkan bervariatif dan menarik.
e Adanya kepedulian dari lembaga diluar Lapas yang mau bekerjasama dan
memberikan bantuan pengadaan alat untuk kegiatan keterampilan. Hal tersebut terlihat dari adanya pihak atau lembaga diluar Lembaga
Pemasyarakatan Wirogunan yang ikut mengisi kegiatan pembinaan keterampilan ataupun pembinaan lainnya. Selain itu, adanya penawaran
untuk bekerjasama dengan pihak Lembaga Pemasyarakatan dengan melibatkan warga binaan.
Sedangkan fakor penghambat pelaksanaan
pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan adalah sebagai berikut :
a Masih adanya keterbatasan dalam penyediaan SDM khususnya
Pembina Teknis dalam penyelenggaraan pembinaan keterampilan.
128 b
Tidak adanya jadwal yang ditetapkan untuk kegiatan keterampilan sehingga jika ada kegiatan lain pada waktu yang bersamaan warga
binaan ijin tidak mengikuti pembinaan keterampilan terlebih dahulu c
Pembina teknis yang disediakan hanya satu, sehingga pada saat warga binaan melakukan praktek tidak dapat mengawasi satu persatu. Selain
iu, keterampilan yang dimiliki pembina teknis terbatas d
Dalam melakukan pemasaran produk yang dihasilkan warga binaan perempuan masih mempunyai kesulitan yakni baru dipasarkan pada
Petugas dan Pegawai Lapas, pengunjung dan diikutkan di pameran
produk lokal.
129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: 1.
Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembinaan Keterampilan Warga Binaan Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Wirogunan Yogyakarta a.
Kegiatan pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan untuk para warga binaan perempuan berupa
kegiatan pembinaan keterampilan menjahit, pembinaan keterampilan membatik, pembinaan keterampilan merajut,
dan pembinaan keterampilan handycraft. b.
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan meliputi : perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. Pada kegiatan perencanaan dilakukan identifikasi minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh warga
binaan perempuan sebelum ditetukan kegiatan pembinaan keterampilan. Pada tahap pelaksanaan, warga binaan terlebih
dahulu dibekali materi dasar mengenai pembinaan keterampilan yang diikuti sebelum melakukan praktek