1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan sebuah negara membutuhkan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui
program pemberdayaan. Pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok masyarakat yang lemah dan belum memiliki kemampuan serta keahlian yang baik dalam
melaksanakan proses pemenuhan kebutuhan dan pembangunan. Dari segi ekonomi perempuan dipandang masih lemah, kecenderungan perempuan memasuki pasar kerja
lebih rendah dibanding laki-laki. Disamping itu, perempuan tidak memiliki keterampilan yang cukup sehingga mengakibatkan perempuan terperangkap dalam
garis kemiskinan. Keadaan inilah yang menjadi pemicu kaum perempuan ikut terjun ke dunia kerja dengan alasan membantu suami untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga yang semakin meningkat. Akan tetapi lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia saat ini jumlahnya
sangat terbatas. Data yang diperoleh Badan Pusat Statistika BPS pada tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja di Indonesia ada 240.476 orang sedangkan
jumlah lowongan kerja yang tersedia ada 135.301 tenaga kerja yang dibutuhkan. Padahal jumlah penduduk di Indonesia adalah 237.641.326 jiwa, bahkan pada tahun
2014 bertambah menjadi 244.818.900 jiwa. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian masyarakat Indonesia tidak tertampung dalam lapangan pekerjaan tersebut
tidak terkecuali para kaum perempuan.
2 Sulitnya memperoleh pekerjaan yang layak dan kurangnya keterampilan yang
dimiliki menyebabkan sebagian masyarakat tak terkecuali perempuan, terpaksa melakukan segala cara seperti aksi pencurian, penipuan bahkan menjadi bandar
narkoba untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, padahal jelas-jelas perbuatan tersebut adalah tindakan yang melanggar hukum. Dalam perhitungan Badan Pusat
Statistik, selama periode tahun 2011-2013 terjadi 342.084 kasus kejahatan di Indonesia yang dilaporkan oleh Polda Metro Jaya. Data tersebut menjelaskan bahwa
tindak kriminal tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki melainkan kaum perempuan juga melakukan hal tersebut.
Oleh karena itu, kaum perempuan yang terlanjur melakukan tindak kriminal tersebut harus ditindak sebagaimana hukum yang berlaku serta mau tidak mau
mereka yang melanggar hukum akan menyandang status sebagai warga binaan pemasyarakatan. Maka dari itu, para warga binaan perempuan harus dilibatkan dalam
program pemberdayaan perempuan yang dilakukan selama mereka berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Hal tersebut dimaksudkan agar kaum perempuan yang
terjerumus ke dalam tindakan kriminal tersebut tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Kegiatan pemberdayaan perempuan yang dilakukan di dalam Lembaga
Pemasyarakatan ditujukan agar dapat memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan diri warga binaan perempuan serta bersikap optimis akan masa
depannya. Selain itu, kegiatan pemberdayaan dilakukan agar para warga binaan perempuan memperoleh pengetahuan minimal keterampilan untuk dijadikan bekal
mampu hidup mandiri. Kegiatan pemberdayaan juga ditujukan agar para warga binaan menjadi manusia yang patuh dan taat hukum yang tercermin pada sikap dan
3 perilakunya selama berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan sampai nanti mereka
bebas dan menjalankan peran sosialnya kembali di masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan kegiatan pembinaan untuk warga binaan perempuan
selama berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Menurut UUD dalam Pasal 1 ayat 3 No. 12 Tahun 1995, disebutkan bahwa
“Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan”. Sedangkan
pembinaan yakni segala usaha atau tindakan yang berhubungan langsung dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan atau pengembangan, pengarahan,
penggunaan serta pengendalian sesuatu secara berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan dilakukan agar warga binaan pemasyarakatan dapat kembali kepada peran
sosial yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Pembinaan bagi para warga binaan pemasyarakatan perempuan merupakan salah satu bagian dari
program pemberdayaan perempuan. Salah satu pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas II
A Wirogunan Yogyakarta untuk warga binaan perempuan adalah kegiatan pembinaan keterampilan. Pemberdayaan Perempuan yang dilakukan melalui kegiatan pembinaan
keterampilan bertujuan agar setelah warga binaan keluar dari Lembaga Pemasyarakatan, mereka dapat hidup mandiri dengan bekerja pada orang lain atau
dengan membuka usaha sendiri, sehingga mereka dapat berguna di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, pembinaan keterampilan merupakan pembinaan yang
dimaksudkan untuk memfasilitasi warga binaan perempuan dalam memperoleh pengalaman baru khususnya bidang keterampilan praktis, mewadahi dan
4 meningkatkan keterampilan warga binaan perempuan sesuai dengan minat dan bakat
serta memberikan bekal keterampilan yang bermanfaat. Meskipun harus diakui bahwa pembinaan tersebut membutuhkan waktu yang lama serta proses yang tidak
cepat, namun seiring dengan berjalannya masa tahanan warga binaan dapat menjalani proses dengan baik dan dapat kembali berbaur di dalam masyarakat.
Pembinaan keterampilan sebagai salah satu program pembinaan dikategorikan kedalam ruang lingkup pembinaan warga binaan agar membuat warga binaan dapat
bergaul dengan warga binaan lain selama menjalani keterampilan dan juga sebagai bekal warga binaan dalam proses reintegrasi dengan masyarakat. Peran masyarakat
juga dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pembinaan dan dibutuhkan sikap menerima kembali ketika para warga binaan pemasyarakatan bebas. Selain itu,
peranan Petugas Lembaga Pemasyarakatan dan Pembina Teknis juga sangat menentukan keberhasilan kegiatan pembinaan keterampilan. Mengingat bahwa latar
belakang para perempuan melakukan tindak kriminal adalah karena faktor perekonomian dan kurangnya keterampilan, maka mereka perlu mendapatkan
pemberdayanan untuk memperbaiki diri dan mendapat bekal keterampilan agar lebih produktif dan bermanfaat untuk kehidupan setelah bebas. Namun sangat disayangkan
bahwa pembinaan keterampilan yang dilakukan terkadang belum optimal. Masih adanya keterbatasan anggaran, sumber daya manusia serta kurangnya fasilitas atau
tempat menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan. Sehingga dapat dikatakan belum banyak usaha
pemberdayaan perempuan untuk warga binaan perempuan di Lembaga
5 Pemasyarakatan yang dapat membekali mereka untuk kehidupan yang lebih layak
kelak ketika berperan kembali di masyarakat. Pembinaan keterampilan sebagai salah satu program pemberdayaan warga
binaan akan dapat terlaksana secara maksimal dengan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga baik dengan instansi pemerintah maupun pihak swasta yang dapat
memberikan bimbingan keterampilan yang bermanfaat di masyarakat apabila kelak telah habis masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan. Hal tersebut juga
dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, yakni melakukan kerjasama dengan pihak diluar Lembaga Pemasyarakatan dalam pelaksanaan pembinaan
keterampilan warga binaan, antara lain bekerjasama dengan Batik Margaria, Badan Lingkungan Hidup BLH Kota Yogyakarta, Bella Accessories dan kegiatan pameran
produk lokal. Kegiatan diatas dilakukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembinaan keterampilan dan menyalurkan produk hasil karya para warga binaan
perempuan umtuk kemudian dipasarkan. Namun tidak dipungkiri bahwa pembinaan keterampilan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan belum
optimal dilaksanakan, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi, contoh masih kurangnya sumber tenaga ahli atau pembina yang mempunyai peran penting
terselenggaranya pembinaan keterampilan. Adanya keterbatasan sarana dan prasarana yang ada, sehingga pelaksanaan pembinaan keterampilan tidak dapat maksimal.
Selain itu, waktu luang yang dimiliki oleh warga binaan perempuan kurang digunakan untuk menambah keterampilan mereka yang nantinya akan bermanfaat
bagi kesejahteraan hidupnya kelak setelah bebas.
6 Dari latar belakang inilah peneliti ingin mengkaji tentang pemberdayaan
perempuan melalui pembinaan keterampilan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta. Dengan harapan dapat
mengetahui bagaimana pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan, hasil dari pelaksanaan pembinaan keterampilan serta mengetahui
faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembinaan keterampilan warga binaan perempuan karena pembinaan keterampilan merupakan salah satu
pembinaan warga binaan yang memiliki peranan penting dalam rangkan pencapainan tujuan pemasyarakatan. Selain itu, pembinaan keterampilan diberikan agar kaum
perempuan yang terjerumus dalam tindak kriminal tersebut tidak melakukan tindakan kriminal kembali dan bekal keterampilan yang didapatkan dapat dirasakan
kebermanfaatannya bagi mereka ketika bebas nanti.
B. Identifikasi Masalah