96 menambah keterampilan praktis dan bernilai ekonomis. Pembinaan
merajut awalnya diikuti oleh semua warga binaan perempuan yang ada di Lapas Wirogunan, tetapi karena ada warga binaan perempuan yang
berminat di kegiatan pembinaan lain maka yang aktif mengikuti kegiatan pembinaan merajut kurang lebih ada 10 orang.
Tidak ada materi khusus yang disampaikan dalam pembinaan keterampilan merajut, hanya pengenalan alat dan bahan yang digunakan
kemudian praktek cara merajut beserta tekniknya. Adapun barang atau produk yang dihasilkan warga binaan perempuan yang mengikuti
pembinaan merajut ini adalah berupa tas rajut dan dompet yang kemudian hasilnya dijual di lingkungan Lapas,dikutkan di acara pameran,
ditawarkan kepada pengunjung serta kadang mendapat pesanan atau orderan dari luar Lapas Wirogunan. Kegiatan ini dilakukan untuk
membekali para warga binaan perempuan agar dapat menjadi bekal usaha ketika berbaur di masyarakat kembali, mengingat produk yang dihasilkan
dari keterampilan merajut bernilai ekonomi tinggi dan mudah dalam pemasaran.
3. Evaluasi Pembinaan Keterampilan
Evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan program sesuai
dengan rencana, danatau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Dengan dilakukannya evaluasi, Pembina Teknis dan Petugas
Pemasyarakatan dapat mengukur berhasil atau tidaknya pembinaan
97 keterampilan yang dilaksanakan dan dapat mengetahui ada atau tidaknya
perubahan yang terjadi pada warga binaan perempuan. Tahap evaluasi yang dilakukan dalam pembinaan keterampilan dilakukan oleh Pembina
Teknis,biasanya dilakukan ketika proses pembinaan keterampilan berjalan dengan mengamati secara langsung warga binaan perempuan saat melakukan
kegiatan ataupun dengan metode tanya jawab antara warga binaan perempuan dengan pembina teknis pembinaan keterampilan. Hal tersebut diungkapkan
oleh Ibu AS selaku pembina teknis pembinaan keterampilan, yaitu :
“Kalau evaluasi ya saya lakukan setiap mereka praktek mbak, jadi kalau mereka salah gitu langsung saya benerin. Seperti ini ni mbak pas mbatik
misalnya, harus nyambung terus garisnya gak boleh putus-putus, mbatiknya juga harus bolak-balik, kalo mereka salah nanti keliatan pas
malamnya udah dilorot keliatan kalo garisnya putus-putus nanti hasinya ndak begitu bagus. Makanya saya benerin saat mereka praktek sepertiini
mbak, saya perhatikan satu-satu biar keliatan mana yang salah, jadi mereka juga langsung tau mana yang salah”
Hal mengenai kegiatan evaluasi tersebut juga diutarakan oleh SL selaku warga binaan perempuan yang mengikuti pembinaan keterampilan
membatik, yaitu : “Oh kalau kayak gitu langsung dibenerin mbak sama bu AS. Misal
nanti saya salah pas mbatik kayak gini langsung dibenerin gimana harusnya. Kalau nggak gitu ya kita nggak tau mbak, kalau salah
pasti ketahuan pas batiknya jadi nanti mbak, keliatan tidak rapi gitu”
Hal serupa juga diungkakan oleh BN selaku warga binaan perempuan yang mengikuti pembinaan keterampilan menjahit, yaitu :
“Kalau evaluasi untuk menjahit sih itu mbak cuma kalo saya mbuat pakaian misale buat baju, blouse wanita, rok kayak gitu, langsung
dinilai sama bu AS, kalo salah langsung dibenerin, kalo enggak ya saya yang Tanya sama bu AS gimana caranya yang bener gitu. Tapi
kalo Cuma mbuat dompet apa tempat kasur kayak gini kan ide dari
98 saya sendiri, jadi ya jarang mbak di evaluasi, palingan kalo saya
bingung ya Tanya langsung sama bu AS, nanti dijelasin caranya gimana”
Dari wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa cara melakukan evaluasi untuk setiap kegiatan pembinaan keterampilan untuk
warga binaan perempuan di Lapas Wirogunan Yogyakarta, dilakukan pengamatan secara langsung dan Tanya jawab. Pembina teknis mengamati
setiap kegiatan yang dilakukan warga binaanperempuan saat praktek, jika terjadi kesalahan saat melakukan praktek langsung di evaluasi oleh
Pembina teknis, sehingga warga binaan langsung mengetahui cara yang benar. Selain itu dilakukan Tanya jawab kepada Pembina teknis jika ada
warga binaan yang tidak paham saat melakukan kegiatan praktek sesuai keterampilan yang diikuti.
4. Keberhasilan Pelaksanaaan Pembinaan Keterampilan untuk Warga