49 Dengan berdasar pada penelitian yang relevan di atas, model discovery learning
diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Se-Gugus III Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten.
H. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA sangat penting untuk diajarkan kepada siswa. Melalui pembelajaran IPA siswa diharapkan mampu berpikir kritis dalam memecahkan
berbagai permasalahan yang ada pada kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Salah satu kemampuan berpikir yang harus dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah kemampuan berpikir kritis. kemampuan ini merupakan
proses aktif seseorang atau siswa dan memikirkan berbagai hal secara mendalam dengan ciri-ciri menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur, mengorganisasi
pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk akal, membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak
valid, mengidentivikasi kecukupan data, menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen yang relevan, mempertanyakan suatu
pandangan dan mempertanyakan implikasi dari suatu pandangan, menyadari fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas, mengenali kemungkinan keliru dari satu
pendapat dan kemungkinan bias dalam pendapat. Mengingat kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah yang
masih rendah, maka perlu adanya suatu inovasi dalam pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
50 pemecahan masalah adalah dengan menggunakan model discovery learning.
Pembelajaran IPA dangan model discovery learning merupakan salah satu model yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa, Menurut Hanafiah Suhana
2012:77 model discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya
perubahan perilaku. Dalam model discovery learning siswa akan aktif mencari jawaban atas penyelesaian masalah melalui serangkaian percobaan atau
pengamatan. Konsep yang diterima siswa bukan merupakan hafalan yang diberitahukan oleh guru, namun merupakan konsep hasil proses pencariannya
sendiri. Dengan begitu, pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih bermakna dan bertahan lama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik satu prediksi bahwa model discovery learning mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa dalam pemecahan masalah. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini dengan judul “pengaruh model discovery learning terhadap kemampuan berpikir
kritis dalam pemecahan masalah pada pembelajaran IPA siswa kelas V Se-gugus III Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten”.
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
51 pertanyaan Sugiyono, 2015: 96. Adapun hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut. Ha: ada pengaruh yang positif dan signifikan dalam penggunaan model discovery
learning terhadap kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah pada pembelajaran IPA siswa kelas V SD
se-Gugus III Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.
Ho: tidak ada pengaruh dari penggunaan model discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah pada pembelajaran IPA
siswa kelas V SD
se-Gugus III Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.
52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Sama halnya seperti yang dijelaskan dalam Sugiono 2015: 107 bahwa metode penelitian eksperimen
merupakan metode penelitian yang memberikan tratment perlakuan, dengan demikian metode penelitian eksperimen dapat digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu. Adapun pendekatan ini merupakan pendekatan kuantitatif karena data penelitian menggunakan angka dan analisis menggunakan statistik.
B. Desain Penelitian
Dalam sebuah desain penelitian eksperimen mempunyai ciri khas yaitu dengan adanya kelompok kontrol. Untuk mempermudah dalam penelitan ini
menggunakan desain penelitian yaitu quasi experimental bentuk nonequivalent control group design. Desain ini menggunakan metode pre-tes dan pos-test serta
membagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Langkah dalam desain ini yaitu pertama, kedua kelompok diberikan
pretest terlebih dahulu. Setelah itu kelompok pertama sebagai kelompok kontrol menggunakan pembelajaran yang biasa dilakukan guru, dan untuk kelompok
eksperimen diberi treatment yang berbeda dari kelompok kontrol yaitu menggunakan model discovery learning.
Menurut Sugiyono 2015: 116 desain penelitian Nonequivalent Control Group Design digambarkan sebagai berikut