Waktu Pelayanan Model Antrian

Tipe 1 Service Facility Queue Kepergian setelah pelayanan Kedatangan Tipe 2 Service Facility Tipe 1 Service Facility Tipe 2 Service Facility Gambar 3.5. Model Multichannel –Multiphase

3.1.2.6. Kepergian Pelanggan Exit

Jika seseorang dalam antrian tersebut telah selesai dilayani dia kemudian keluar exit dari sistem antrian.

3.1.3. Waktu Pelayanan

Waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan sejak pelayanan dimulai hingga selesai disebut waktu pelayanan. Seperti halnya pada kedatangan pelanggan, waktu pelayanan ini juga mempunyai distribusi probabilitas berdasarkan sampling dari keadaan sebenarnya. Waktu yang dibutuhkan untuk melayani bisa dikategorikan sebagai konstan dan acak. Waktu pelayanan konstan, jika waktu yang dibutuhkan untuk melayani sama untuk setiap pelanggan. Sedangkan waktu pelayanan acak, jika waktu yang dibutuhkan untuk melayani berbeda-beda untuk setiap pelanggan. Seperti halnya dengan waktu kedatangan, bentuk dari distribusi pelayanan dibahas pada bagian 3.4.

3.1.4. Model Antrian

Model antrian dikembangkan melalui kombinasi dari beberapa karakteristik seperti populasi masukan, disiplin antrian, mekanisme pelayanan dan Universitas Sumatera Utara lain-lain. Beberapa model antrian diklasifikasikan berdasarkan format umum abc:def, dimana 5 Untuk huruf a dan b digunakan kode-kode berikut ini sebagai pengganti : a : bentuk distribusi kedatangan b : bentuk distribusi waktu pelayanan c : jumlah saluran pelayanan paralel dalam sistem d : disiplin pelayanan e : jumlah maksimum yang diperkenankan di dalam sistem f : besarnya populasi masukan 6 5 Sitompul, Darwin. Riset Operasi II. Diktat Kuliah: Universitas Sumatera Utara, Medan. 2007. Hal - 5 6 Taha, Hamdy. Operations Research an Introduction. New York: Macmillan Publishing Co, Inc. 1982. Hal - 595 : M = distribusi kedatangan Poisson atau distribusi pelayanan Eksponensial D = Antar kedatangan atau waktu pelayanan tetap Ek = distribusi Erlang atau Gamma yang ekivalen dengan jumlah distribusi Eksponensial independent G = Distribusi umum generik waktu kedatangan atau waktu pelayanan Untuk huruf c digunakan bilangan bulat positif yang menyatakan jumlah pelayanan paralel. Untuk huruf d digunakan kode-kode pengganti : FIFO atau FCFS untuk menyatakan disiplin pelayanan first in first out atau first come first served Universitas Sumatera Utara LIFO atau LCLS untuk menyatakan disiplin pelayanan last in first out atau last come last served SIRO untuk menyatakan disiplin pelayanan service in random order. GD untuk menyatakan disiplin pelayanan general service discipline. Untuk huruf e dan f digunakan kode N untuk menyatakan jumlah terbatas dan ∼ untuk tak terhingga dalam sistem antrian pada populasi masukan. Dalam teori antrian, terminologi dan notasi yang umum digunakan ialah Keadaan sistem : Jumlah pelanggan secara umum disebut unit yang berada dalam sistem antrian Panjang antrian : Jumlah unit yang sedang menunggu pelayanan, yaitu jumlah unit yang berada dalam sistem dikurangi dengan jumlah unit yang sedang dilayani Nt : Jumlah satuan pelanggan dalam antrian waktu t λ : Kecepatan rata-rata kedatangan unit ke dalam sistem yaitu jumlah unit rata-rata masuk ke dalam sistem per satuan waktu µ : Kecepatan rata-rata pelayanan unit yang dapat dilayani per satuan waktu ρ : Tingkat kesibukan sistem : Peluang adanya pelanggan dalam sistem antrian P : Peluang sistem sedang kosong : Jumlah rata-rata pelanggan menunggu dalam antrian : Waktu rata-rata pelanggan menunggu dalam antrian L s : Jumlah rata-rata pelanggan dalam sistem Universitas Sumatera Utara W s : Waktu rata-rata menunggu dalam sistem c : Jumlah saluran pelayanan paralel dalam sistem

3.2. Hipotesis Statistik

Hipotesis adalah suatu asumsi, anggapan atau dugaan yang belum tentu kebenarannya, kadang ada juga yang menyebutkannya dengan kesimpulan sementara. Data biasanya digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan, tetapi hanya data atau fakta yang benar yang tepat untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau informasi itu masih bersifat dugaan atau kesimpulan sementara, maka masih ada kemungkinan benar atau salah, sehingga harus diuji dulu kebenarannya. Kalau tidak diuji dulu padahal salah, maka keputusan yang kita ambil akan tidak tepat. Hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak disebut hipotesis nol dan dilambangkan dengan H 0. H merupakan hipotesis pegangan sementara, sehingga memungkinkan untuk memutuskan apakah sesuatu yang diuji masih sebagaimana yang dispesifikasikan oleh H atau tidak. Penolakan H mengakibatkan penerimaan suatu hipotesis alternatif yang dilambangkan dengan H 1, yaitu keputusan yang ditentukan apabila yang diuji tidak sebagaimana yang dispesifikasikan oleh H 0. Hipotesis nol mengenai suatu parameter populasi harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga menyatakan dengan pasti sebuah nilai bagi parameter itu, sedangkan hipotesis alternatifnya dapat mempunyai beberapa kemungkinan Universitas Sumatera Utara