senyawa volatile yang segera dapat menguap dan setelah beberapa hari sebanyak 25 dari volume minyak akan hilang karena menguap. Tetapi sisa minyak yang
tidak menguap akan mengalami emulsifikasi yang mengakibatkan air dan minyak dapat bercampur Fardiaz 1992.
Minyak tersebar di perairan dalam bentuk terlarut, lapisan film yang tipis di permukaan, emulsi dan fraksi terserap. Minyak dengan massa yang rendah
cenderung untuk diserap oleh partikel pasir, lumpur, tanah liat, organisme laut serta baha n-bahan tersuspensi yang ada di laut Barnes 1975.
Pencemaran minyak yang terjadi pada perairan laut secara langsung berasal dari kapal-kapal yang ada di pelabuhan. Kapal-kapal yang ada di pelabuhan
biasanya mengangkut minyak dan menggunakan minyak sebagai bahan bakar atau pelumas William 1979. Air ballast yang dihasilkan dari kapal-kapal tersebut
juga mengandung minyak. Keberadaan minyak pada perairan laut dapat mengganggu proses-proses kimia dalam ekologi dan merusak ekosistem laut itu
sendiri, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi organisme dan manusia yang mengkonsumsi ikan atau biota laut yang telah terkontaminasi oleh minyak. Oleh
sebab itu, konsentrasi minyak pada perairan yang layak bagi kehidupan biota laut dan kegiatan pelabuhan adalah masing- masing tidak lebih dari 1 mgl dan 5 mgl
Kep. Men. LH No.51 Tahun 2004. Perpindahan serta lamanya minyak dalam air laut dapat dipengaruhi oleh adanya arus laut, selain itu angin juga dapat
memindahkan minyak yang mengapung di permukaan ke tempat lain Barnes 1975.
2.2.2. Derajat Keasaman pH
Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan
Saeni 1989. Keberadaan karbondioksida di perairan dapat mempengaruhi nilai pH, kadar karbondioksida yang rendah pada suatu perairan akibat digunakan
untuk proses fotosintesis akan menaikkan nilai pH karena karbondioksida lebih bersifat asam. Salah satu yang dapat mempengaruhi keasaman dari air laut adalah
terjadinya hujan asam sebagai akibat dari asap-asap pabrik dan kendaraan bermotor. Davis 1991 menyatakan bahwa pH di perairan akan mengalami
penurunan di daerah dekat dengan dasar perairan terutama pada kondisi yang miskin akan oksigen dan pada saat memproduksi H
2
S. pH dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam lingkungan perairan
dan mempengaruhi tersedianya unsur hara serta toksisitas dari unsur-unsur renik, selain itu pH dapat mempengaruhi kehidupan biota air. Menurut Novotny dan
Olem 1994 kebanyakan dari biota air lebih menyukai pH yang netral atau pada kisaran 6–8,5. Daya larut dan sifat toksik suatu logam dipengaruhi oleh pH, dan
logam akan semakin toksik dengan kisaran pH yang rendah. Keasaman pH akan menyebabkan logam- logam larut dalam air Palmer 2001, dalam Anggraeni
2002.
2.2.3. Oksigen Terlaut DO
Oksigen terlarut DO adalah jumlah mgl gas oksigen yang terlarut dalam air Hariyadi et al., 1992. Faktor yang mempengaruhi kelarutan oksigen dalam
air yaitu temperatur dan salinitas, oleh sebab itu oksigen terlarut dalam air laut lebih rendah dibandingkan pada air tawar. Selain itu, oksigen terlarut lebih
mudah larut pada temperatur yang rendah, dengan demikian oksigen lebih banyak ditemukan pada kedalaman yang tinggi walaupun konsentrasinya lebih rendah
dibandingkan pada permukaan laut kedalaman rendah. Kadar oksigen terlarut akan selalu mengalami fluktuasi setiap hari dan musimnya, berfluktuasinya kadar
oksigen ini bergantung pada percampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke perairan Effendi 2003.
Sumber oksigen yang berada di dalam air 35 berasal dari difusi atmosfer dan sisanya berasal dari hasil proses fotosintesis oleh tumbuhan air dan
fitoplankton Wetzel 1983. Penyebaran oksigen di dalam lautan bervariasi menurut kedalaman. Pada kedalaman 5-20 m, oksigen akan maksimum karena
pada kedalaman tersebut proses fotosintesis berlangsung maksimum sedangkan minimumnya kadar oksigen terla rut dalam air merupakan pertanda bahwa
kegiatan biologik telah menghabiskan oksigen Nybakken 1992. Oksigen memegang peranan penting dalam perairan laut karena sangat
diperlukan bagi kehidupan organisme, sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas biologis dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen pada berbagai kedalaman
Duxbury dan Duxbury 1991. Kurangnya oksigen di perairan selain digunakan untuk respirasi bagi biota akuatik juga dimanfaatkan dalam menghancurkan bahan
pencemar, oleh sebab itu terkadang kematian ikan yang terjadi bukan hanya karena toksisitas dari bahan-bahan pencemar melainkan secara tidak langsung
karena kekurangan oksigen sebagai akibat dari pemakaiannya untuk menghancurkan bahan-bahan pencemar. Berdasarkan Kep. Men. LH No.51
Tahun 2004, oksigen terlarut pada perairan laut tidak boleh kurang dari 5 mgl.
2.2.4. Biochemical Oxygen DemandBOD