Timbal Pb Arsen As

oleh pH dan kesadahan, kadmium akan semakin beracun dengan adanya zinc dan timbal Effendi 2003. Oleh sebab itu keberadaan kadmium di perairan laut tidak boleh melebihi 0,0001 mgl MecNeely et al., 1979, dalam Effendi 2003, sedangkan berdasarkan Kep. Men. LH No.51 Tahun 2004 perairan laut yang layak bagi kehidupan biota laut dan kegiatan pelabuhan masing- masing sebesar 0,001 mgl dan 0,01 mgl.

2.2.9.2. Kromium Heksavalen Cr

6+ Kromium Cr 6+ merupakan unsur yang paling jarang ditemukan pada perairan alami Effendi 2003. Di alam, kromium ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur lain. Pada suatu perairan, kromium ditemukan dalam bentuk kromium trivalen dan kromium heksavalen. Namun yang paling beracun bagi organisme dan manusia adalah kromium heksavalen, hal ini dilihat dari ion valensinya yang lebih tinggi sehingga kemampuannya untuk berikatan dengan ion lain lebih tinggi pula. Sumber- sumber masukan logam kromium ke dalam lingkungan diduga paling banyak dari kegiatan industri, kegiatan rumah tangga, serta pembakaran dan mobilisasi bahan bakar. Kromium dalam badan perairan dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan nonalamiah. Masuknya kromium secara alamiah berasal dari peristiwa erosi pada batuan mineral, disamping itu debu-debu dan partikel-partikel Cr 6+ yang di udara akan dibawa turun oleh air hujan. Masukkan Cr 6+ secara nonalamiah lebih merupakan dampak dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia seperti buangan industri Palar 2004. Telah dikatakan bahwa kromium heksavalen lebih beracun dan daya racunnya dipengaruhi oleh suhu dan pH. Keracunan dari kromium ini dapat mengganggu fungsi hati, ginjal, pernafasan dan mengakibatkan kerusakan pada kulit. Kadar kromium di perairan yang diperkenankan bagi kehidupan biota laut adalah 0,005 mgl Kep. Men. LH No.51 Tahun 2004.

2.2.9.3. Timbal Pb

Timbal atau timah hitam adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam pertambangan logam ini berbentuk sulfide logam PbS, yang sering disebut galena Darmono 1995. Kelarutan timbal yang cukup rendah mengakibatkan konsentrasi di perairan relatif sedikit, selain itu timbal diserap dengan baik oleh tanah sehingga pengaruhnya terhadap tanaman relatif sedikit Effendi 2003. Penggunaan timbal yang sangat dikenal adalah pada pembuatan baterai, tidak sedikit pula digunakan sebagai pelapis logam untuk mencegah perkaratan, karena timbal sendiri mempunyai sifat tahan korosi. Masuknya timbal di perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Disamping itu, proses korosifikasi dari batuan mineral akibat he mpasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk ke dalam badan perairan Palar 2004. Walaupun timbal sering dimanfaatkan untuk berbagai produk industri, pada dasarnya timbal juga dapat memberikan dampak keracunan khususnya bagi manusia, tetapi daya racun dari timbal tidak sebesar unsur lainnya Cd, Hg, Cu. Kadar dan daya racun dari timbal dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas dan oksigen Effendi 2003. Perairan laut yang layak bagi kehidupan biota laut dan kegiatan pelabuhan memiliki konsentrasi timbal masing- masing sebesar 0,008 mgl dan 0,05 mgl Kep. Men. LH No.51 Tahun 2004.

2.2.9.4. Arsen As

Arsen telah dikenal sebagai zat kimia yang sangat beracun. Jumlahnya pada lapisan kerak bumi berkisar 2-5 mgl Saeni 1989. Pada umumnya, keberadaan arsen di lingkungan selalu berbentuk senyawa kimia baik dengan logam lain, oksida maupun sulfur. Karena sifatnya yang sangat beracun, logam ini tidak begitu banyak kegunaannya. Namun biasanya digunakan sebagai campuran dalam insektisida, pembasmi gulma, bahan pengawet kayu serta dipakai untuk mewarnai kertas yang dibuat untuk dinding Darmono 1995. Pencemaran arsen yang terjadi pada perairan dapat berasal dari debu sebagai akibat pembakaran bahan bakar fosil terutama batu bara, dan juga dapat berasal dari pertambangan yang terakumulasi sebagai limbah Saeni 1989. Untuk menghindari terjadinya pencemaran arsen dan kematian bagi organisme akuatik, kadar arsen yang aman bagi perairan laut sekitar 0,012 mgl Kep. Men. LH No.51 Tahun 2004.

2.2.9.5. Merkuri Hg