“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang
mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. Q.S. Al-
Israa’: 9.
43
Dengan demikian, as-Sunnah berfungsi sebagai penjelas terhadap al- Qur’an dan sekaligus dijadikan sebagai sumber pokok ajaran Islam serta
dijadikan pijakan atau landasan dalam lapangan pembahasan Pendidikan Agama Islam.
Dari kedua sumber tersebut, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah kemampuan yang diharapkan adalah sosok siswa yang
beriman dan berakhlak. Hal tersebut tentunya selaras dengan tujuan Pendidikan Agama Islam seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu sosok
siswa yang secara terus menenus membangun pengalaman belajarnya, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
5. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Dijelaskan oleh Abdul Majid dan Dian Andayani bahwa kurikulum pendidikan agama islam untuk sekolahmadrasah berfungsi, yaitu
“Pengembangan, Penanaman nilai, Penyesuaian mental, Perbaikan, pencegahan, dan Penyaluran”.
44
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allh SWT yang telah ditanamkan dalam kehidupan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban mananamkan
keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut
dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar
43
Al- Qur’an dan Terjemah , Bandung: CV.J –Art, 2005, h. 284
44
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006,cet. 3, h. 134-135
keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian
hidup di dunia dan di akhirat. c.
Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam. d.
Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan dan kelemahan-kelamahan peserta didik dan keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e.
Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f.
Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
D. Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang kecerdasan interpersonal pernah dilakukan oleh Sofyan Adenansi yang berjudul Upaya Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Siswa
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa guru membuat perencanaan pembelajaran berupa,
silabus, RPP dan menggunakan metode, strategi, serta media yang relevan guna mengembangkan kecerdasan interpersonal. Kecerdasan interpersonal
dapat berkembang dalam pembelajaran PAI dengan cara menggunakan metode, strategi, serta media yang relevan dengan materi yang diajarkan.
Perbedaannya skripsi ini hanya menjelaskan kecerdasan interpersonal saja.
45
45
Sofyan Adenansi, Upaya mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Madania Indonesian School with world class
standard, skripsi SI Jurusan PAI UIN Jakarta, Jakarta: Pespustakan UIn, 2012, h. 67
Selain itu penelitan juga pernah dilakukan oleh Wafa Zahruddin yang berjudul Peranan ESQ terhadap Kecerdasan Intrapersonal Siswa. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwanya training ESQ berperan dalam meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa. Perbedaannya adalah skripsi ini
hanya membahas tentang kecerdasan intrapersonal saja dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan.
46
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Siti Khoirunnisa dengan judul skripsi “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Kecerdasan
Emosional Siswa di SMA MARTIA BHAKTI BEKASI”, tujuan penelitian ini
untuk mengetauhi peranan guru pendidikan agama islam dalam membina kecerdasan emosional siswa, kecerdasan emosional adalah bagian dari
kecerdasan interpersonal dan intrapersonal siswa dimana hasil penelitian disimpulkan bahwa peranan guru pendidikan agama islam terhadap pembinaan
kecerdasan emosional siswa di SMA MARTIA BHAKTI BEKASI dengan katagori baik.
47
Dari ketiga judul tersebut ada persamaan dan perbedaan dengan judul yang peneliti teliti diantaranya adalah sebagai berikuti:
1. Persamaan dan perbedaannya yaitu: dari hasil yang diperoleh dari judul
yang pertama sama-sama menjelaskan kecerdasan interpersonal akan tetapi perbedaannya
adalah judul
ini tidak
menjelaskan kecerdasan
intrapersonalnya sedangkan peneliti menjelaskan dua macam kecerdasan itu. 2.
Persamaan dan perbedaannya yaitu: judul ini dan judul yang peneliti teliti sama-sama menjelaskan kecerdasan intrapersonal adapun perbedaannya
judul ini hanya menjelaskan kecerdasan intrapersonal saja. 3.
Persamaan dan perbedaannya yaitu judul ini sama-sama menjelaskan tentang kecerdasan emosional dimana kecerdasan intrapersonal dan
interpersonal adalah bagian dari kecerdasan emosional.
46
Wafa Zahruddin Thohir, Peranan training ESQ Terhadap Kecerdasan Intrapersonal Siswa, skripsi S1 Jurusan PAI UIN Jakarta, Jakarta: Perpustakan UIN Jakarta, 2012, h. 65
47
Siti Khoirunnisa, Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa di SMA MARTIA BHAKTI BEKASI, Jakarta: Pesputakan UIN Jakarta, 2011, h.
68