Kriteria Kondisi Ruas Jalan Kriteria Biaya Penanganan

39 yang digunakan dalam penentuan prioritas penanganan ruas jalan nasional Panton LabuSimpang – Langsa – batas SUMUT adalah kriteria kondisi ruas jalan yang dibedakan atas kondisi baik, sedang, rusak ringan, rusak berat dan kemudian kriteria arus lalu lintas yang dibedakan atas kapasitas jalan dan volume lalu lintas serta kriteria biaya penanganan. Adapun penjelasan tentang kriteria – kriteria di atas yang digunakan dan selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian atau kriteria penelitian dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

2.9.1 Kriteria Kondisi Ruas Jalan

Kriteria kondisi ruas jalan merupakan bobot dari kinerja ruas jalan terhadap kondisi perkerasan ruas jalan tersebut yang dinyatakan dalam persen. Ada empat jenis kondisi ruas jalan yang ditinjau yaitu kondisi rusak berat, rusak ringan, sedang dan baik. Besarnya persentase masing-masing kondisi inilah yang digunakan untuk menghitung bobot total masing-masing ruas jalan.

2.9.2 Kriteria Arus Lalu Lintas

Dalam MKJI 1997 disebutkan bahwa arus lalu lintas merupakan jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik pada jalan per satuan waktu yang dinyatakan dalam kendjam Q kend , smpjam Q smp atau LHRT Lalu – lintas Harian Rata – Rata Tahunan dan LHR kendhari. Kriteria arus lalu lintas dalam penelitian ini merupakan pembobotan dari kinerja ruas jalan terhadap arus lalu lintas dimana variabel kriterianya dinyatakan dalam kapasitas dan volume lalu lintas. Universitas Sumatera Utara 40

2.9.2.1 Kapasitas Ruas Jalan

Kapasitas merupakan arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan tetap pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu misalnya rencana geometrik, lingkungan, komposisi lalu lintas dan sebagainya MKJI 1997. Dengan kata lain kapasitas jalan ialah kemampuan suatu bagian jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu yang dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam kendjam atau dengan mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan dimana digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas smpjam. Adapun rumus kapasitas di wilayah perkotaan sebagai berikut : C = C o x FC W x FC SP x FC SF x FC CS ......................................................2.1 Sementara kapasitas jalan antar kota dipengaruhi oleh lebar jalan, arah lalu lintas dan gesekan samping. C = Co x F CW x FC SP x FC SF …………………………………………… β.2 Dimana : C = Kapasitas smpjam C o = Kapasitas dasar smpjam FC W = Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan FC SP = Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah tidak berlaku untuk jalan satu arah FC SF = Faktor koreksi kapasitas akibat hambatan samping dan bahu jalankereb FC CS = Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota jumlah penduduk Universitas Sumatera Utara 41 Kapasitas dasar C o ditentukan berdasarkan tipe jalan sesuai dengan nilai pada tabel 2.5 berikut : Tabel 2.5 Kapasitas Dasar C o Tipe Jalan Kapasitas Dasar smpjam Keterangan Jalan 4 lajur berpembatas median atau jalan satu arah 1650 per lajur Jalan 4 lajur tanpa pembatas median 1500 per lajur Jalan 2 jalur tanpa pembatas median 2900 total dua arah Sumber : MKJI, 1997 Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah FC SP seperti terlihat pada tabel 2.6 berikut ini : Tabel 2.6 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Pembagian Arah FC SP FC SP Kondisi Arus Lalu Lintas dan Kondisi Fisik Jalan 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30 2 lajur 2 arah, Tanpa Pembatas Median 22 UD 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 4 lajur 2 arah, Tanpa Pembatas Median 42 UD 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94 Jalan satu arah, atau Jalan dengan Pembatas Median Pembagian arah - 1 Sumber : MKJI, 1997 Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota FC CS dapat dilihat pada tabel 2.7 di bawah ini : Tabel 2.7 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Ukuran Kota FC CS Ukuran Kota Juta Penduduk Faktor Koreksi untuk Ukuran Kota 0,1 0,86 0,1 - 0,5 0,90 0,5 - 1,0 0,94 1,0 - 1,3 1,00 1,3 1,03 Sumber : MKJI, 1997 Universitas Sumatera Utara 42 Adapun faktor koreksi kapasitas akibat lebar jalan FC W ditunjukkan pada tabel 2.8 dibawah ini : Tabel 2.8 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Lebar Jalan FC W Tipe Jalan Lebar Jalan Efektif m FC W Per lajur 3 0,92 3,25 0,96 3,5 1 3,75 1,04 4 1,08 Per lajur 3 0,91 3,25 0,95 3,5 1 3,75 1,05 4 1,09 Dua arah 5 0,56 6 0,87 7 1 8 1,14 9 1,25 10 1,29 11 1,34 4 Jalur Berpembatas Median atau Jalan satu arah 4 Jalur Tanpa Pembatas Median 2 Jalur Tanpa Pembatas Median Sumber : MKJI, 1997 Untuk faktor koreksi kapasitas akibat hambatan samping FC SF terlebih dahulu kita harus mengetahui klasifikasi hambatan samping seperti pada tabel 2.9 di bawah. Nilai faktor koreksi kapasitas akibat hambatan samping FC SF baik untuk jalan yang memiliki bahu jalan maupun jalan yang memiliki kereb dapat ditunjukkan pada tabel 2.10 dan tabel 2.11. Universitas Sumatera Utara 43 Tabel 2.9 Klasifikasi Hambatan Samping FC SF Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota Sangat rendah 100 50 Permukiman Rendah 100 - 299 50 - 150 Permukiman, beberapa transportasi umum Sedang 300 - 499 150 - 250 Daerah industri dengan beberapa toko di pinggir jalan Tinggi 500 - 899 250 - 350 Daerah komersial, aktivitas pinggir jalan tinggi Sangat Tinggi 900 350 Daerah komersial dengan aktifitas perbelanjaan pinggir jalan Jumlah Hambatan Per 200 Meter per Jam dua arah Kondisi Tipikal Kelas Hambatan Samping Sumber : MKJI, 1997 Tabel 2.10 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Hambatan Samping Fc sf Untuk Jalan Luar Kota 0,5 1,0 1,5 2,0 Sangat Rendah 0,99 1,00 1,01 1,03 Rendah 0,96 0,97 0,99 1,01 Sedang 0,93 0,95 0,96 0,99 Tinggi 0,90 0,92 0,95 0,97 Sangat Tinggi 0,88 0,90 0,93 0,96 Sangat Rendah 0,97 0,99 1,00 1,02 Rendah 0,93 0,95 0,97 1,00 Sedang 0,88 0,91 0,94 0,98 Tinggi 0,84 0,87 0,91 0,95 Sangat Tinggi 0,80 0,83 0,88 0,93 Faktor Koreksi Akibat Hambatan Samping Lebar Bahu Jalan Efektif 4 Jalur 2 Arah Berpembatas Median 42 D 4 Jalur 2 Arah Tanpa Pembatas Median 42 UD atau 2 Jalur 2 Arah Tanpa Pembatas Median 22 UD Kelas Hambatan Samping Tipe Jalan Sumber : MKJI, 1997. Universitas Sumatera Utara 44 Tabel 2.11 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Hambatan Samping Fc sf Untuk Jalan Perkotaan Jalan Dengan Bahu Jalan Dengan Kereb Ws Wg Ws Wg Ws Wg Ws Wg Sangat Rendah 0,96 0,95 0,98 0,97 1,01 0,99 1,03 1,01 Rendah 0,94 0,94 0,97 0,96 1,00 0,98 1,02 1,00 Sedang 0,92 0,91 0,95 0,93 0,98 0,95 1,00 0,98 Tinggi 0,88 0,86 0,92 0,89 0,95 0,92 0,98 0,95 Sangat Tinggi 0,84 0,81 0,88 0,85 0,92 0,88 0,96 0,92 Sangat Rendah 0,96 0,95 0,99 0,97 1,01 0,99 1,03 1,01 Rendah 0,94 0,93 0,97 0,95 1,00 0,97 1,02 1,00 Sedang 0,92 0,90 0,95 0,92 0,98 0,95 1,00 0,97 Tinggi 0,87 0,84 0,91 0,87 0,94 0,90 0,98 0,93 Sangat Tinggi 0,80 0,77 0,86 0,81 0,90 0,85 0,95 0,90 Sangat Rendah 0,94 0,93 0,96 0,95 0,99 0,97 1,01 0,99 Rendah 0,92 0,90 0,94 0,92 0,97 0,95 1,00 0,97 Sedang 0,89 0,86 0,92 0,88 0,95 0,91 0,98 0,94 Tinggi 0,82 0,78 0,86 0,81 0,90 0,84 0,95 0,88 Sangat Tinggi 0,73 0,68 0,79 0,72 0,85 0,77 0,91 0,82 4 Jalur 2 Arah Berpembatas Median 42 D 4 Jalur 2 Arah Tanpa Pembatas Median 42 UD 2 Jalur 2 Arah Tanpa Pembatas Median 22 UD Kelas Hambatan Samping Tipe Jalan Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Hambatan Samping Fcsf Untuk Jalan Dengan Bahu Lebar Bahu EfektifWs Jalan Dengan KerebJarak ke Kereb PenghalangWg 0,5 1,0 2,0 1,5 Sumber : MKJI, 1997

2.9.2.2 Volume Lalu Lintas

Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997 volume lalu lintas pada suatu ruas jalan diartikan sebagai jumlah atau banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik tertentu pada ruas jalan dalam suatu satuan waktu tertentu. Pada umumnya kendaraan pada suatu ruas jalan terdiri dari berbagai komposisi kendaraan, sehingga volume lalu lintas dinyatakan dalam jenis kendaraan standar yaitu mobil penumpang yang dikenal dengan istilah satuan mobil penumpang smp. Universitas Sumatera Utara 45 Berdasarkan data yang diperoleh, volume lalu lintas dibedakan atas beberapa jenis diantaranya :  ADT Average Daily Traffic atau LHR Lalu lintas Harian Rata – Rata Merupakan volume lalu lintas rata – rata harian berdasarkan pengumpulan data selama x hari dengan ketentuan 1 x365.  AADT Average Annual Daily Traffic atau LHRT Lalu lintas Harian Rata – Rata Tahunan Merupakan total volume lalu lintas harian rata – rata yang melewati satu jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh. LHRT dinyatakan dalam smphari2 arah atau kendaraanhari2 arah untuk jalan 2 jalur 2 arah. Sedangkan untuk jalan berlajur banyak dengan median dinyatakan dalam smphari1 arah atau kendaraanhari1 arah. Jika dalam melakukan suatu analisis dimana data lalu lintas yang tersedia adalah data lalulintas harian rata – rata kendhari maka diperlukan faktor yang dapat mengubah menjadi arus lalulintas jam sibuk kendjam yang juga dapat digunakan dalam menghitung biaya pemakai jalan. Disebut faktor k yaitu faktor volume lalu lintas jam sibuk ataupun sebaliknya. Volume lalulintas jam sibuk dapat dirumuskan sebagai berikut: Q = LHRT x k ……… 2.3 Dimana : Q = Arus kendaraan jam puncak untuk masing – masing arah kendjam LHRT = Lalulintas harian rata – rata tahunan kendhari k = Faktor pengubah dari LHRT ke lalulintas jam puncak nilai normal k = 0.09 untuk jalan perkotaan dan k = 0.11 jalan luar kota Universitas Sumatera Utara 46 Untuk keperluan analisis maka jenis kendaraan diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu :  Kendaraan Ringan Light VehicleLV yang terdiri dari jeep, station wagon, colt, sedan, bis mini, combi, pick up, dll.  Kendaraan Berat Heavy VehicleHV yang terdiri dari bus dan truk  Sepeda Motor MotorcycleMC Sementara itu bina marga mengelompokkan kendaraan menjadi beberapa golongan, diantaranya :  Vehicle 1= Sepeda motor  Vehicle 2= Sedan Jeep  Vehicle3= Mobil penumpang  Vehicle 4= Mobil barang  Vehicle 5a= Bus kecil  Vehicle 5b= Bus besar  Vehicle 6a= Truk ringan 2 as  Vehicle 6b= Truk sedang 2 as  Vehicle 7a= Truk 3 as  Vehicle 7b= Trailer  Vehicle 7c= Semi trailer  Vehicle 8 = Tak bermotor Angka ekivalensi kendaraan penumpang emp untuk berbagai jenis kendaraan baik kendaraan ringan, kendaraan berat seperti kendaraan berat menengah MHV, bus besar LB, truk besar termasuk truk kombinasi LT dan sepeda motor MC diberikan pada tabel 2.12 s.d tabel 2.16 berikut ini : Universitas Sumatera Utara 47 Tabel 2.12 Ekivalensi Kendaraan Penumpang emp Jalan 22 UD Jalan Luar Kota 6 m 6 - 8 m 8 m 1,2 1,2 1,8 0,8 0,6 0,4 800 1,8 1,8 2,7 1,2 0,9 0,6 1350 1,5 1,6 2,5 0,9 0,7 0,5 ≥ 1900 1,3 1,5 2,5 0,6 0,5 0,4 1,8 1,6 5,2 0,7 0,5 0,3 650 2,4 2,5 5,0 1,0 0,8 0,5 1100 2,0 2,0 4,0 0,8 0,6 0,4 ≥ 1600 1,7 1,7 3,2 0,5 0,4 0,3 3,5 2,5 6,0 0,6 0,4 0,2 450 3,0 3,2 5,5 0,9 0,7 0,4 900 2,5 2,5 5,0 0,7 0,5 0,3 ≥ 1γ50 1,9 2,2 4,0 0,5 0,4 0,3 Lebar jalur lalu-lintas m MC emp LT LB MHV Arus Total kend.jam Tipe Alinyemen Datar Bukit Gunung Sumber : MKJI,1997 Tabel 2.13 Ekivalensi Kendaraan Penumpang emp Untuk Jalan Luar Kota 4 lajur 2 Arah 42 Terbagi Dan Tak Terbagi Jalan terbagi per arah kendjam Jalan tak terbagi total kendjam MHV LB LT MC 1,2 1,2 1,6 0,5 1000 1700 1,4 1,4 2,0 0,6 1800 3250 1,6 1,7 2,5 0,8 2150 3950 1,3 1,5 2,0 0,5 1,8 1,6 4,8 0,4 750 1350 2,0 2,0 4,6 0,5 1400 2500 2,2 2,3 4,3 0,7 1750 3150 1,8 1,9 3,5 0,4 3,2 2,2 5,5 0,3 550 1000 2,9 2,6 5,1 0,4 1100 2000 2,6 2,9 4,8 0,6 1500 2700 2,0 2,4 3,8 0,3 emp Tipe Alinyemen Datar Bukit Gunung Arus Total kend.jam Sumber : MKJI,1997 Universitas Sumatera Utara 48 Tabel 2.14 Ekivalensi Kendaraan Penumpang emp Untuk Jalan Luar Kota 6 Lajur 2 Arah Terbagi 62 D MHV LB LT MC 1,2 1,2 1,6 0,5 1500 1,4 1,4 2,0 0,6 2750 1,6 1,7 2,5 0,8 ≥ γβ50 1,3 1,5 2,0 0,5 1,8 1,6 4,8 0,4 1100 2,0 2,0 4,6 0,5 2100 2,2 2,3 4,3 0,7 ≥ β650 1,8 1,9 3,5 0,4 3,2 2,2 5,5 0,3 800 2,9 2,6 5,1 0,4 1700 2,6 2,9 4,8 0,6 ≥ βγ00 2,0 2,4 3,8 0,3 emp Tipe Alinyemen Datar Bukit Gunung Arus Lalulintas kend.jam per arah Sumber : MKJI,1997 Tabel 2.15 Ekivalensi Mobil Penumpang emp Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi ч 6 6 1,3 0,5 0,40 ш 1800 1,2 0,35 0,25 1,3 ш 3700 1,2 Dua lajur tak terbagi 22 UD Empat lajur tak terbagi 42 UD 0,40 0,25 emp HV MC Lebar jalur lalu lintas W C m Arus lalu lintas total dua arah kendjam Tipe Jalan : Jalan tak terbagi Sumber : MKJI, 1997 Tabel 2.16 Ekivalensi Mobil Penumpang Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah HV MC 1,3 0,40 ш 1050 1,2 0,25 1,3 0,40 ш 1100 1,2 0,25 Dua lajur satu arah 21 dan Empat lajur terbagi 42 D Tiga lajur satu arah 31 dan Enam lajur terbagi 62 D emp Arus lalu lintas per lajur kendjam Tipe Jalan : Jalan satu arah dan jalan terbagi Sumber : MKJI, 1997 Universitas Sumatera Utara 49 Selanjutnya arus lalulintas dimasa mendatang atau di akhir umur rencana suatu jalan dapat diprediksi dengan cara menghitung faktor pertumbuhan lalulintas. Faktor pertumbuhan lalulintas ini diperoleh dari analisa pertumbuhan kendaraan, LHR dan pertumbuhan ekonomi lima 5 tahun terakhir. Adapun persamaan untuk menghitung arus lalulintas dimasa mendatang adalah : Qn = Q o 1+i n …….. 2.4 Dimana : Qn = Arus lalulintas tahun ke-n Q o = Arus lalulintas awal i = Angka pertumbuhan lalulintas n = Periode tahun ke-n

2.9.3 Kriteria Biaya Penanganan

Kriteria biaya penanganan yaitu skoring dari kinerja ruas jalan terhadap biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk penanganan jalan dalam satuan rupiah. Pembobotan dari kriteria biaya penanganan dimulai dari skor 1 sangat rendah prioritasnya karena biaya penanganan tinggi sampai dengan skor 9 paling diprioritaskan karena biaya penanganan rendah. Ruas jalan dengan biaya penanganan yang lebih kecil akan lebih diprioritaskan dibanding dengan ruas jalan yang membutuhkan biaya penanganan yang lebih besar. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan dana sehingga dengan adanya prioritas tersebut diharapkan jumlah ruas jalan yang akan memiliki kondisi baik akan lebih banyak dan lebih merata serta tidak terpusat pada beberapa jalan dengan biaya besar saja. Universitas Sumatera Utara 50 2.10 Metode Penentuan Prioritas Penanganan Jalan 2.10.1 Metode Analytical Hierarchy Process AHP Salah satu metode multi kriteria yang sering digunakan adalah proses hierarki analitik PHA atau disebut Analytical Hierarchy Process AHP yang pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty seorang ahli matematika dari universitas Pittsburg Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Metode yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty ini pada dasarnya merupakan prosedur yang sistematik yang dapat membentuk nilai secara numerik sehingga dapat merepresentasikan elemen masalah secara hirarki memecahkan masalah ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Pada prinsipnya metode AHP ini memasukkan aspek kualitatif maupun kuantitatif pikiran manusia. Aspek kualitatif untuk mendefinisikan persoalan dan hierarkinya, sedangkan aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat. Metode Analytical Hierarchy Process AHP ini juga merupakan suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi pereorangan atau kelompok untuk membangun gagasan – gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing – masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Proses pada metode AHP ini tergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk menyusun hierarki suatu masalah, logika, intuisi dan pengalaman untuk memberi pertimbangan. Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami dan menilai interaksi – interaksi dari suatu sistem sebagai satu keseluruhan. Metode Analytical Hierarchy Process AHP biasanya digunakan dengan beberapa ketentuan, diantaranya Saaty, 1993 : Universitas Sumatera Utara