8 Data yang terlihat pada Tabel 3. menunjukkan ketersedian cabai di Pasar
Induk Kramat Jati beberapa tahun terakhir. Jumlah pasokan cabai di Pasar Induk Kramat Jati PIKJ sesuai dengan jumlah yang tertera pada tabel merupakan
pasokan dari berbagai daerah di Indonesia. Berbagai sumber bahan makanan yang berasal dari berbagai daerah umumnya dikumpulkan di satu pasar induk ini untuk
kemudian disebarkan ke daerah-daerah yang membutuhkan pasokan. Pasar Induk Kramat Jati merupakan salah satu pasar induk yang ada di daerah Jawa Barat
khususnya DKI Jakarta yang menjadi pusat perdagangan untuk komoditi sayur- sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.
semua pasokan cabai berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Tidak hanya cabai, beberapa jenis komoditi lain seperti buah-buahan dan sayuran
lainnya yang berasal dari berbagai daerah banyak tersedia di pasar induk ini. Dari PIKJ ini berbagai komoditas kemudian akan disebarkan ke daerah-daerah lainnya.
1.2. Perumusan Masalah
Ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan jumlah penawaran terhadap suatu produk merupakan suatu kejadian yang sangat sering terjadi.
Komoditas hasil pertanian termasuk salah satu produk yang sering mengalami ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Apalagi dengan
ketergantungan yang tinggi pada cuaca sangat mempengaruhi hasil panen. Hal ini sering membuat jumlah yang dihasilkan dan yang tersedia di pasar menjadi tidak
stabil. Sifat musiman yang sudah menjadi karakteristik komoditi pertanian juga tidak kalah berperan penting dalam menentukan jumlah ketersediaan atau
penawaran komoditi pertanian. Cabai merupakan komoditi sayuran yang sangat akrab dengan masyarakat,
karena cabai digunakan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Jenis cabai yang paling banyak dikonsumsi yaitu jenis cabai merah. Pasar cabai merah
merupakan salah satu pasar yang sering sekali mengalami ketidakseimbangan antara jumlah yang ditawarkan oleh pasar dan jumlah yang dibutuhkan oleh
konsumen. Padahal sebagai komoditi strategis harga cabai biasanya mempengaruhi harga komoditi sayuran dan bahan pangan lainnya. Sesuai dengan
laporan yang diterbitkan Sekretariat Negara Republik Indonesia 2011 pada tahun
9 2010 inflasi mencapai
6,96 persen dan yang terpenting dalam hal ini yaitu bahwa inflasi terjadi karena sebagian besar dipengaruhi oleh komoditas pertanian. Urutan
ke tiga terbesar dalam memberikan pengaruh pada inflasi adalah cabai merah
5
. Jumlah produksi cabai merah di Indonesia yang berfluktuasi secara tidak
langsung menggambarkan jumlah cabai merah yang tersedia di Indonesia yang tidak stabil. Hal ini secara otomatis akan mempengaruhi harga jual cabai merah
itu sendiri. Ketika jumlah produksi tinggi maka jumlah penawaranpasokan akan tinggi, sedangkan tingkat permintaan rendah atau bahkan jauh di bawah jumlah
penawaran harga cabai merah akan turun dan begitu juga sebaliknya ketika jumlah penawaranpasokan turun sedangkan permintaan sedang tinggi maka harga
cabai merah otomatis akan naik. Hal ini akan sangat mempengaruhi keadaan pasar dan perilaku konsumsi konsumen terhadap cabai merah.
Gambar 3. Jumlah Produksi Cabai Merah di Indonesia Tahun 1997-2010
Sumber : Badan Pusat Stastistik Indonesia 2012
6
Gambar 3. menunjukkan bagaimana perkembangan produksi cabai merah di Indonesia beberapa tahun terakhir. Terlihat jumlah produksi cabai merah
sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan pada awal tahun 2000-an meskipun sekarang cenderung lebih stabil dan mengalami peningkatan.
Ketidakseimbangan jumlah penawaran dan permintaan membawa dampak yaitu harga menjadi sangat fluktuatif. Fluktuasi harga yang terjadi pada berbagai
5
http:www.setneg.go.id [diakses 14 Maret 2012]
6
Badan Pusat Statistik. 2012. http:www.bps.go.id [diakses 22 Februari 2012] -
200,000 400,000
600,000 800,000
1,000,000 1,200,000
1,400,000 1,600,000
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Ju m
lah P
r o
d u
k si
C ab
ai To
n
Tahun
Cabai ton
10 komoditi terutama
cabai ini
menjadi masalah
baik bagi produsen
maupun konsumen. Ketika harga rendah akan menjadi masalah bagi produsen dan penjual karena menyebabkan pendapatan menurun. Sebaliknya ketika harga cabai
tinggi para konsumen yang akan merasakan dampaknya terutama bagi masyarakat yang perekonomiannya tergolong menengah ke bawah.
Gambar 4. menunjukkan fluktuasi harga cabai merah keriting khususnya di DKI Jakarta tahun 2009 hingga tahun 2011. Selama tiga tahun terakhir harga
cabai sangat fluktuatif dan ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat keseimbangan yang baik di pasar cabai. Hal ini dipengaruhi oleh
ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan masyarakat atau permintaan dan jumlah pasokan yang tersedia atau penawaran cabai itu sendiri, karena harga cabai
sangat berkaitan baik dengan permintaan maupun dengan jumlah penawaran. Jumlah penawaran dan harga memiliki hubungan seperti layaknya hubungan
harga dan jumlah permintaannya. Perbedaannya jika harga naik permintaan akan turun sedangkan penawaran cenderung meningkat dan begitu juga sebaliknya.
Gambar 4. Pekembangan Harga Cabai Merah Keriting di DKI Jakarta Tahun 2009-2011
Sumber : Pasar Induk Kramat Jati 2012
Meskipun permintaan dengan harga memiliki keterkaitan dan dapat saling mempengaruhi satu sama lain, pada kenyataannya baik jumlah permintaan
maupun jumlah penawaran tidak hanya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000
2009 2010
2011
11 harga saja. Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi seberapa besar jumlah
permintaan konsumen dan jumlah pasokanpenawaran terhadap komoditi tertentu. Masing-masing faktor akan memberikan pengaruh dengan tingkatan yang
berbeda-beda dalam menentukan jumlah permintaan dan jumlah penawaran. Dalam hal ini permintaan cabai merah terkait pula dengan perilaku konsumsi
rumah tangga dalam mengkonsumsi cabai merah. Sedangkan penawaran, yang dalam hal ini merupakan pasokan cabai merah keriting yang tersedia di pasar.
Berdasarkan permasalahan yang terkait dengan permintaan dan penawaran cabai merah, dapat dikatakan bahwa mempelajari lebih lanjut mengenai perilaku
konsumsi dan permintaan rumah tangga serta faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pasokan sebagai gambaran jumlah penawaran cabai merah dinilai sebagai
suatu bahan kajian yang cukup penting. Dengan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan dan pasokan cabai merah, jumlah pasokan dapat
disesuaikan dengan permintaan konsumen. Hal ini dapat berguna dalam menentukan keputusan yang akan diambil terkait dengan cabai merah baik dari
sisi konsumen maupun produsen yang akan menawarkan produknya. Sehingga pihak-pihak yang terkait dalam membeli dan menjual cabai merah ini dapat lebih
bijak dalam mempertimbangkan keputusannya agar keseimbangan pasar antara permintaan dan pasokan dapat terealisasi dan harga cabai menjadi lebih stabil.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dinyatakan rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana perilaku permintaan rumah tangga terhadap komoditi cabai merah keriting di wilayah DKI Jakarta?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah permintaan rumah tangga terhadap cabai merah keriting di wilayah DKI Jakarta?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah pasokan cabai merah keriting di wilayah DKI Jakarta?
1.3. Tujuan