15 merah memiliki warna kulit buah yang merah sewaktu buah sudah tua dan masak.
Bentuk buahnya silindris dan mengecil ke arah ujung buah. Ciri dari jenis sayuran ini rasanya pedas dan aromanya yang khas. Cabai merah dapat digunakan dengan
cara dimasak atau dikonsumsi mentah, selain itu jenis sayuran yang satu ini bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak mengkonsumsi cabai merah. Tidak heran jika konsumsi cabai selalu mengalami peningkatan dan
memacu peningkatan jumlah produksi cabai setiap tahunnya seperti yang ditunjukkan pada tabel-tabel sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena hampir
seluruh daerah di nusantara memanfaatkan cabai sebagai bumbu masakan. Selain itu cabai merah juga dapat dijadikan hiasan pada sajian makanan, dan bahkan di
daerah tertentu cabai telah dimanfaatkan sebagai camilan makanan khas daerah. Seperti yang terdapat di daerah Aceh, cabai merah diolah menjadi manisan cabai.
Perkembangan jenis pengolahan cabai ini membuat cabai merah menjadi komoditi hortikultura yang semakin memilki nilai ekonomi yang tinggi.
2.2. Permintaan dan Penawaran Cabai Merah
Susanti 2006 menganalisis peramalan terhadap komoditas cabai. Peramalan yang dilakukan disini yaitu peramalan permintaan cabai merah dengan
studi kasus dilokasi yaitu di Pasar Induk Kramat Jati PIKJ. Pasar Induk Kramat Jati dipilih karena dinilai sebagai pasar terbesar di Jakarta yang menjadi pemasok
sayuran bagi Jakarta dan daerah lain di Indonesia serta merupakan pasar yang menjadi barometer dalam penentuan harga beberapa komoditi.
Terus meningkatnya permintaan cabai seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan cabai yang berfluktuasi melatarbelakangi penelitian ini.
Jumlah pasokan yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, harga, dan adanya momen- momen penting dianggap sebagai variabel penting yang mempengaruhi jumlah
permintaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa metode terbaik untuk meramalkan permintaan cabai yaitu metode ARIMA dan Single Exponential Smoothing.
Berdasarkan analisis regresi, harga rata-rata cabai merah berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah di PIKJ.
16 Syafa’at et al. 2005 dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
melakukan kajian terkait dengan permintaan dan penawaran terhadap komoditas pertanian utama. Komoditas pertanian utama yang diteliti mencakup tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Salah satu tujuan dilakukannya kajian ini yaitu menganalisis perilaku atau faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran komoditas pertanian utama di Indonesia. Komoditas pertanian utama yang dikaji salah satunya yaitu kelompok komoditas hortikultura
seperti kentang, tomat, cabai, bawang merah, pisang, jeruk, dan durian. Untuk mengestimasi elastisitas permintaan dan penawaran digunakan dua model yaitu
parsial dan simultan. Model parsial yang digunakan untuk mengestimasi permintaan adalah AIDS Almost Ideal Demand System. Sedangkan model
parsial yang digunakan untuk mengestimasi elastisitas penawaran adalah model linear cobb-douglass, log dan double log.
Hasil penelitian khususnya untuk komoditi cabai menunjukkan produksi cabai diproyeksikan akan meningkat 1,97 persen per tahun dan konsumsi
diproyeksikan akan mengalami peningkatan 0,8 persen. Konsumsi diproyeksikan mengalami peningkatan lebih lambat dari pada produksi maka defisit
diproyeksikan akan terus menurun 5,41 persen per tahun. Hal ini diproyeksikan akan terus berlangsung hingga beberapa tahun ke depan. Sehingga, menurut hasil
penelitian ini pada tahun 2027 Indonesia akan mencapai swasembada cabai. Kustiari et al. 2009 tidak jauh berbeda dengan penelitian Syafa’at
sebelumnya yang mengkaji tentang permintaan dan penawaran terhadap komoditas pertanian utama. Komoditas pertanian utama yang menjadi objek
kajian juga sama yaitu tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan. Salah satu komoditas hortikultura yang dikaji yaitu komoditi cabai. Untuk
mendukung terciptanya ketahanan pangan, sehingga penting untuk dianalsis keseimbangan antara permintaan dan penawaran menjadi latar belakang
dilakukannya kajian ini. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan model parsial LAAIDS Linear Approximation Almost Ideal Demand System dan model
Koreksi Kesalahan Error Correction Mechanism=ECM.
17 Hasil kajian dari penelitian ini, khususnya pada subsesktor hortikultura
menunjukkan pada periode 1969-2008 beberapa jenis sayuran termasuk cabai laju produksinya akan mengalami penurunan. Laju produksi cabai menurun hingga
0,48 persen. Dilain pihak jumlah permintaan atau jumlah konsumsi akan mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah konsumsi perkapita dan
jumlah penduduk yang mengalami peningkatan. Diprediksikan, jumlah konsumsi cabai merah cenderung mengalami peningkatan hingga 0,65 juta ton pada tahun
2002 menjadi 1,18 ton pada tahun 2006. Lebih lanjut hasil kajian ini memproyeksikan pada tahun 2009-2014 luas
panen tanaman hortikultura termasuk cabai merah akan meningkat 0,7 hingga 0,83 persen per tahun. Tetapi peningkatan luas panen cabai ini tidak akan
mempengaruhi hasil produksinya. Sedangkan di sisi permintaan, sama dengan penelitian sebelumnya bahwa konsumsi atau permintaan cabai diproyeksikan akan
terus mengalami peningkatan. Sumber utama penyebab peningkatan permintaan cabai merah yaitu jumlah konsumsi perkapita dan jumlah penduduk yang terus
mengalami peningkatan.
2.3. Permintaan dan Penawaran Komoditi Lain