17 Hasil kajian dari penelitian ini, khususnya pada subsesktor hortikultura
menunjukkan pada periode 1969-2008 beberapa jenis sayuran termasuk cabai laju produksinya akan mengalami penurunan. Laju produksi cabai menurun hingga
0,48 persen. Dilain pihak jumlah permintaan atau jumlah konsumsi akan mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah konsumsi perkapita dan
jumlah penduduk yang mengalami peningkatan. Diprediksikan, jumlah konsumsi cabai merah cenderung mengalami peningkatan hingga 0,65 juta ton pada tahun
2002 menjadi 1,18 ton pada tahun 2006. Lebih lanjut hasil kajian ini memproyeksikan pada tahun 2009-2014 luas
panen tanaman hortikultura termasuk cabai merah akan meningkat 0,7 hingga 0,83 persen per tahun. Tetapi peningkatan luas panen cabai ini tidak akan
mempengaruhi hasil produksinya. Sedangkan di sisi permintaan, sama dengan penelitian sebelumnya bahwa konsumsi atau permintaan cabai diproyeksikan akan
terus mengalami peningkatan. Sumber utama penyebab peningkatan permintaan cabai merah yaitu jumlah konsumsi perkapita dan jumlah penduduk yang terus
mengalami peningkatan.
2.3. Permintaan dan Penawaran Komoditi Lain
Kajian tentang permintaan dan penawaran juga telah banyak dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Tetapi pada penelitian sebelumnya yang
menjadi objek kajian berbeda dengan penelitian ini, beberapa diantaranya mengkaji tentang sayuran organik, sayuran hijau, bawang merah, minyak goreng
kelapa, dan komoditi-komoditi lainnya. Hasibuan 2008 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan konsumen akan sayuran organik. Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan jumlah sampel sebanyak 37 orang. Faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh pada permintaan sayuran organik dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Selain itu digunakan juga metode analisis rank
spearman dan metode analisis SWOT untuk mengetahui tingkat hubungan beberapa variabel dengan pembelian sayuran organik dan startegi pengembangan
usaha sayuran organik. Sayuran organik yang diteliti dalam kasus ini terdiri dari sawi, patchoi, khailan, kangkung, bayam hijau, dan bayam merah.
18 Hasil penelitian sayuran organik ini menunjukkan bahwa permintaan
konsumen untuk setiap jenis sayuran organik dipengaruhi oleh variabel yang berbeda-beda. Permintaan sawi organik dipengaruhi oleh harga sawi organik itu
sendiri, harga sawi non organik, pendapatan keluarga dan selera konsumen. Permintaan patchoi organik dipengaruhi oleh harga patchoi itu sendiri, pendapatan
keluarga, dan hari rayalibur. Permintaan akan khailan organik hanya dipengaruhi oleh pendapatan keluarga. Permintaan terhadap kangkung organik hanya
dipengaruhi oleh selera konsumen. Permintaan terhadap bayam hijau dan bayam merah sama-sama dipengaruhi oleh pendapatan keluarga dan selera konsumen.
Perbedaannya adalah bayam hijau organik juga dipengaruhi oleh hari rayalibur. Dilihat tingkat signifikansi variabel yang mempengaruhi permintaan
konsumen akan sayuran organik, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga memberikan pengaruh yang signifikan dalam
keputusan pembelian sayuran organik. Akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa perluasan pasar merupakan salah satu strategi yang harus dilakukan untuk
pengembangan usaha sayuran organik. Savitri 2010 kurang lebih menganalisis hal yang sama dengan penelitian
sebelumnya yaitu tentang permintaan sayuran, yang membedakan adalah penelitian yang satu ini tidak mengalisis sayuran organik melainkan sayuran hujau
yang terdiri dari bayam, kangkung, kacang panjang, dan daun ketela pohon. Kajian ini dilakukan di pulau Jawa mengingat di pulau Jawa terdapat lebih dari 60
persen dari rumah tangga yang ada di Indonesia. Penelitian ini menentukan model permintaan permintaan sayuran lengkap yang akan dikaji dengan pendekatan
linear Almost Ideal Demand System AIDS. Selain itu dianalisis pula dampak perubahan harga dan pendapatan terhadap permintaan sayuran.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi pengeluaran rumah tangga untuk sayuran di wilayah pedesaan lebih besar dibandingkan masyarakat perkotaan.
Analisis model permintaan sayuran di pulau Jawa dengan tingkat kepercayaan 99 persen menunjukkan seluruh variabel bebas yaitu harga sayuran itu sendiri, harga
komoditas sayuran lain, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga mempengaruhi secara signifikan proporsi
19 pengeluaran masing-masing komoditas sayuran yang diteliti. Hasil penelitian
selanjutnya yaitu menyatakan bahwa permintaan sayuran bayam dan kangkung masyarakat perkotaan lebih responsif terhadap harga dibandingkan masyarakat
pedesaan. Sebaliknya permintaan kacang panjang dan daun ketela pohon masyarakat pedesaan lebih responsif terhadap harga dibandingkan dengan
masyarakat perkotaan. Dari hasil penelitian ini diketahui pula bahwa semakin tinggi pendapatan
rumah tangga, proporsi pengeluaran komoditas sayuran semakin rendah. Sebaliknya untuk jumlah anggota keluarga, semakin banyak jumlah anggota
keluarga pengeluaran untuk sayuran juga semakin tinggi. Sedangkan untuk tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan pengeluaran untuk komoditas
sayuran juga semakin tinggi. Elastisitas harga silang keempat jenis sayuran hijau bernilai positif, hal ini menandakan bahwa komoditas tersebut merupakan
komoditas komplemen bagi komoditas lainnya. Elastisitas pengeluaran keempat sayuran bernilai positif yang berarti bahwa keempat jenis sayuran ini bersifat
barang normal. Diluar komoditi sayuran, analisis mengenai faktor yang mempengaruhi
permintaan suatu produk, Fauzian 2011 menganalisis tentang pengujian produk baru dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pada komoditi
fruit talk soft candy. Dalam rangka pengembangan dan mensosialisasikan produk fruit talk soft candy, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
penilaian responden terhadap setiap atribut dan faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan produk tersebut. Alat analsis yang digunakan yaitu
analisis Importance Performance Analysis IPA, Customer Satisfaction Index CSI, dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan atribut produk fruit talk soft candy yang menjadi prioritas utama yaitu bentuk, desain kemasan, ukuran, harga, dan label
halal MUI. Selanjutnya prioritas pertahankan prestasi adalah rasa manis, kekenyalan, manfaat produk, perizinan BPOM, atau atribut kemenkes dan
kejelasan tanggal kadaluarsa. Prioritas rendah yaitu rasa asam, warna, dan volume produkukuran saji. Atribut berlebihan yaitu rasa khas buah, aroma khas buah,
20 tekstur dan bahan kemasan. Berdasarkan hasil Customer Satisfaction Index CSI
diketahui bahwa kepuasan konsumen terhadap produk yaitu sebesar 65,8 persen. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa harga produk, pendapatan, pekerjaan,
usia responden secara bersama-sama berpengaruh cukup kuat terhadap permintaan. Faktor-faktor ini menjelaskan sebesar 7,3 persen dari variasi
permintaan produk. Jika penelitian sebelumnya banyak mengkaji tentang permintaan, Idaman
2008 melakukan penelitian yang mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pernawaran dan permintaan benih ikan nila di Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Dilatarbelakangi oleh peningkatan jumlah konsumsi masyarakat terhadap ikan nila di kabupaten tersebut sehingga dilaksanakannya
penelitian ini. Tujuannya yaitu untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor- faktor yang signifikan mempengaruhi penawaran dan permintaan benih ikan nila
ukuran 3-5 cm, menganalisis elastisitas penawaran dan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm, serta menganalisis implikasi kebijakan yang dapat diambil dari
hasil analisis tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data time series dan
dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecilmethod ordinary least square OLS. Hasil penelitian menunjukkan
faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm satu bulan sebelumnya,
kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3 cm, dan dummy musim kemarau panjang selama tahun 2006. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap
permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm adalah kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3 cm, kuantitas penawaran ikan nila konsumsi, harga benih ikan nila
ukuran 3-5 cm, dan dummy musim kemarau panjang sepanjang tahun 2006. Elastisitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap harga adalah
sebesar 0,001385 inelastis. Elastisitas silang permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap harga benih ikan nila sebesar 0,074 inelastis, sifat join product,
elastisitas silang terhadap harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm sebesar -0,019 inelastis, sifat competitive product, terhadap harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm
21 sebesar -0,009 inelastis, terhadap harga ikan nila konsumsi sebesar -0,132
inelastis, terhadap harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm sebesar 0,188 inelastis, sifat join product.
Implikasi kebijakan yang dapat diturunkan dari hasil analisis ini adalah peningkatan produksi benih ikan nila ukuran 3 cm dan 3-5 cm yang diharapkan
dapat meningkatkan penawaran benih ikan ikan nila ukuran 3-5 cm. Peningkatan produksi benih ikan lele ukuran 3-5 cm untuk perlu dilakukan untuk menekan
harga benih ini supaya semakin turun, sehingga proporsi kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm yang dibeli bersamaan dengan benih ikan lele
ukuran 3-5 cm akan semakin besar.
2.4. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu