Agreeableness memiliki adaptasi yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari
konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan
value survey, seseorang yang memiliki skor agreeableness tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki
kecenderungan: suka membantu, pemaaf, dan penyayang. Individu yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi
cenderung menghindar dari usaha langsung untuk memutuskan konflik dengan orang lain. Sedangkan orang-orang dengan tingkat
agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. Orang yang menilai rendah kemampuan untuk bersepakat
memusatkan perhatian lebih pada kebutuhan mereka sendiri ketimbang kebutuhan orang lain Robbins 2001; Mastuti, 2005.
c. Neuroticism N
Trait ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi kecenderungan individu apakah mudah mengalami
stress, mempunyai ide-ide yang tidak realistis, mempunyai coping response yang maladaptive Costa McCrae, 1992; Pervin, Cervone
John, 2005. Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa
tidak aman. Secara emosional mereka labil. Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki
tingkat self esteem yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan
dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Individu yang memiliki tingkat neuroticism tinggi adalah kepribadian
yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan untuk emosional Robbins, 2001.
d. Openness O
TraitOpenness menilai usahanya secara proaktif dan
penghargaannya terhadap pengalaman demi kepentingannya sendiri. Menilai bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa
Costa McCrae, 1992; Pervin, Cervone John, 2005. Openness mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian
pada suatu ide atau situasi yang baru. Openness mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk
menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan
tingkat openness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi dan memiliki pemikiran yang luas. Sedangkan
seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan bersama. Individu yang
memiliki tingkat openness yang rendah digambarkan sebagi pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak
menyukai adanya perubahan.
Universitas Sumatera Utara
e. Conscientiousness C
Dimensi conscientiousness menilai kemampuan individu di dalam organisasi, baik mengenai ketekunan dan motivasi dalam
mencapai tujuan sebagai perilaku langsungnya. Sebagai lawannya menilai apakah individu tersebut tergantung, malas dan tidak rapi
Costa McCrae, 1992; Pervin, Cervone John, 2001. Conscientiousness memiliki rasa ketergantungan, kontrol diri
dan mau mendengarkan saran dari orang lain, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan disiplin diri seseorang. Seseorang yang
conscientiousness memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai
seseorang yang well-organize, tepat waktu, dan ambisius.
Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap
lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan
memprioritaskan tugas. Di sisi negatifnya trait kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic, membosankan. Tingkat
conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.
C. Dukungan Organisasi