Termasuk dimensi kognitif antara lain menjadi sulit tidur di malam hari, mudah bingung, dan lupa.
2. Dimensi Motorik dalam tindakan seseorang Dimensi motorik yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam
bentuk tingkah laku seperti meremas jari, jari-jari tangan gemetar, tidak dapat duduk diam atau berdiri di tempat, menggeliat, menggigit bibir,
menjentikkan kuku, gugup, dan mengambangkan Tics. Biasanya orang yang cemas menunjukkan pergerakan secara acak.
3. Dimensi Somatis dalam reaksi fisikbiologis Dimensi somatis yaitu perasaan yang tidak menyenangkan yang muncul
dalam reaksi fisik biologis seperti mulut terasa kering, kesulitan bernafas, jantung berdebar, tangan dan kaki dingin, diare, pusing seperti hendak
pingsan, banyak berkeringat, tekanan darah naik, otot tegang terutama kepala, leher, bahu, dan dada, serta sulit mencerna makanan.
4. Dimensi Afektif dalam emosi seseorang Dimensi afektif yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam
bentuk emosi, perasaan tegang karena luapan emosi yang berlebihan seperti dihadapkan pada suatu teror. Luapan emosi ini biasanya berupa
kegelisahan atau kekhawatiran bahwa ia dekat dengan bahaya padahal sebenarnya tidak terjadi apa-apa. Termasuk dimensi afektif antara lain
yaitu merasa tidak pasti, menjadi tidak enak, gelisah, dan menjadi gugup nervous.
4. Proses Terjadinya Kecemasan
Universitas Sumatera Utara
Ada limaproses terjadinya kecemasan pada individu Spielberger, 1972 yaitu:
a. Evaluated Situation, yaitu adanya situasi yang mengancam secara kognitif sehingga ancaman tersebut dapat menimbulkan kecemasan.
b. Perception of Situation, yaitu situasi yang mengancam diberi penilaian oleh individu, dan biasanya penilaian ini dipengaruhi oleh sikap,
kemampuan dan pengalaman individu. c. Anxiety State of Reaction, yaitu individu menganggap ada situasi yang
berbahaya, maka reaksi kecemasannya akan timbul. Kompleksitas respon dikenal sebagai reaksi emosional sesaat yang melibatkan respon
fisiologis seperti denyut jantung dan tekanan darah. d. Cognitive Reappraisal Follows, yaitu individu kemudian menilai
kembali situasi yang mengancam tersebut, untuk itu individu menggunakan pertahanan diri defence mechanism atau dengan cara
meningkatkan aktifitas kognisi atau motoriknya. e. Coping, yaitu individu menggunakan jalan keluar dengan dengan
menggunakan defence mechanism pertahanan diri seperti proyeksi atau rasionalisasi.
5. Respons Terhadap Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundeen 1998 respon terhadap kecemasan ada 4 aspek yaitu:
a. Respon Fisiologis
Universitas Sumatera Utara
1 Kardiovaskuler, meliputi: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun,
denyut nadi menurun. 2 Pernafasan, meliputi: nafas sangat pendek, nafas sangat cepat,
tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.
3 Neuromuskuler, meliputi: refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor frigiditas, wajah tegang,
kelemahan umum kaki goyah, gerakan yang janggal. 4 Gastrointestinal, meliputi: kehilangan nafsu makan, menolak
makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare.
5 Traktus urinarius, meliputi: tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
6 Kulit, meliputi: wajah kemerahan sampai telapak tangan, gatal, rasa panas, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon Perilaku
Respon perilaku yang sering terjadi yaitu: gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang kordinasi, cenderung mendapat
cidera, menarik dari masalah, menghindar, hiperventilasi.
c. Respon Kognitif
Universitas Sumatera Utara
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupsi, hambatan berfikir bidang persepsi
menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut
kehilangan kontrol, takut pada gambar visual, takut pada cedera dan kematian.
d. Respon Afektif
Mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang, nervous, ketakutan, alarm, teror, gugup, gelisah.
6. Tingkatan Kecemasan
Selanjutnya Suliswati 2005 membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan
individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
1 Respon Fisiologis Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan
pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
2 Respon Kognitif
Universitas Sumatera Utara
Lapang persegi meluas, mampu menerima rangsangan kompleks, konsentrasi pada masalah dan menyelesaikan masalah secara
efektif. 3 Respon perilaku
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan dan suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
1 Respon Fisiologis Sering nafas pendek, nadi ekstra sistolik dan tekanan darah naik,
mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah. 2 Respon Kognitif
Lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu diterima, dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3 Respon Perilaku Gerakan tersentak-sentak meremas tangan, berbicara banyak dan
lebih cepat, dan perasaan tidak nyaman.
c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal
yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahantuntunan.
Universitas Sumatera Utara
1 Respon Fisiologis Sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan
sakit kepala, penglihatan kabur. 2 Respon Kognitif
Lapang persepsi sangat menyempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
3 Respon Prilaku Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat dan blocking.
d. Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun sudah diberi pengarahantuntunan. 1 Respon Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, pucat sakit dada dan rendahnya koordanasi motorik
2 Respon Kognitif Lapang persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, tidak
dapat berfikir logis, dan ketidakmampuan mengalami distorsi. 3 Respon Perilaku
Agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, presepsi kacau, kecemasan yang timbul dapat
diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik, emosional dan kognitif atau intelektual.
Universitas Sumatera Utara
7. Pengertian Assessment Centre
Saat ini metode assessment centre marak dilakukan dalam organisasi untuk menjawab kebutuhan organisasi melaksanakan proses evaluasi guna
keperluan rekrutmen, seleksi, pengembangan, promosi dan mempersiapkan karyawan dalam mengembangkan karirnya di perusahaan. Heneman 2000
mengartikan assessment centre sebagai sekumpulan prediksi yang digunakan untuk meramalkan keberhasilan karyawan terutama yang ditunjuk untuk
mereka yang akan duduk dalam jabatan-jabatan tinggistrategis. Shermon 2004 menjelaskan bahwa assessment centre adalah metode untuk mengukur
kompetensi dalam menerapkan rencana pekerjaannya. Proses seleksi telah berevolusi dengan mengkombinasikan banyak
perangkat seleksi lain seperti wawancara, prosedur pengujian yang bervariasi dan latihan-latihan yang dikembangkan untuk situasi tertentu yang
mensimulasikan aspek-aspek tertentu dari pekerjaan Middlemist, Hitt Greer, 1983; Siregar, 2004. Proses penilaian yang dikombinasikan ini disebut
sebagai “assessment centre” dikatakan sebagai centrepusat karena prosedur penilaian ini telah sering dilakukan dengan periode satu hari hingga satu
minggu pada lokasi-lokasi yang jauh dari tempat kerja atau assessment centre merupakan suatu proses dimana pesertanya berpatisipasi dalam latihan
keahlian dan mempergunakan keahlian mereka untuk melaksanakan aktivitas tertentu yang dinilai.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan itu, menurut Prihadi 2004 istilah assesment centre, digunakan untuk menyebut sebuah proses, prosedur atau metode pendekatan
untuk menilai dan mengukur kompetensi orang. Secara praktis, assesment centre dapat dipahami sebagai proses penilaian evaluation atau rating yang
canggih dan didesain secara khusus untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya bias, sehingga peserta dalam proses ini mendapatkan kesempatan
yang sama dalam mengungkapkan potensi dan kompetensinya. Thornton dan Rupp 2006 mengartikan assessment centre merupakan suatu prosedur yang
digunakan oleh manajemen sumber daya manusia untuk mengevaluasi atribut perilaku atau kemampuan yang relevan terkait dengan efektivitas organisasi.
Selanjutnya Thornton dan Rupp 2006 mengungkapkan bahwa assessment centre memiliki tingkat akurasi keberhasilan yang tinggi dalam
meramalkan karyawan di masa depan. Dalam prosesassessment centre yang diukur adalah respon-respon behavioral dari para peserta, sehingga peserta
diminta untuk menampilkanperilakuyang kompleksdalam beberapa skenario situasi penting yang menyerupai situasi organisasi Thorton Rupp,
2006.Untuk dinyatakan berhasil, peserta harusmenampilkan beberapaperilaku yang dimunculkan secara konsisten sesuai dengan perilaku pada pekerjaan
dari berbagai simulasi yang diberikan. Selanjutnya dalam proses assessment centre terdapat integration of observation, yaitu bagaimana para assessor
mengintegrasikan potongan-potongan informasi penilaian yang dimiliki dari setiap assessor. Para assessor mengintegrasikan pengamatan mereka dan
kemudian mengintegrasikan evaluasi dimensi untuk menentukan rating
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan, kemudian mereka mengamil keputusan. Metode assessment centre menggunakan proses integrasi dalam menentukan keputusan,
merupakan proses menjadi bagian dalam assessment centre dan telah dibuktikan keunggulannya dalam beberapa penelitian. Fokus dari assessment
centre adalah bukti perilaku aktual yang ditunjukkan peserta asesmen yang dapat diamati dan dievaluasi oleh asesor terlatih, berdasarkan multi-kriteria
dalam beberapa simulasi langsung terkait situasi kerja sesungguhnya Thornton Rupp, 2006.
Berdasarkan berbagai pendapat yang dikemukakan di atas, maka disimpulkan bahwa assessment centre merupakan metode yang digunakan
oleh manajemen sumber daya manusia untuk melakukan evaluasi terhadap kompetensi individu berdasarkan berbagai kriteria yang telah ditentukan
sesuai dengan tujuan organisasi, dengan menggunakan beragam simulasi guna menampilkan perilaku yang dapat diamati oleh assessorpenilai dan bertujuan
untuk meramalkan keberhasilan pegawai dalam jabatan-jabatan tinggistrategis. Metode assessment centre sendiri memiliki tingkat akurasi
yang tinggi dalam meramalkan keberhasilan kinerja karyawan dimasa yang akan datang.
8. Promosi Jabatan