3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang berlokasi di Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 52 Jakarta 12710. Penelitian
dilakukan dengan sengaja purposive dengan mempertimbangkan bahwa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk merupakan perusahaan BUMN yang
bergerak pada bidang jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia dan salah satu
operator telekomunikasi yang memperoleh lisensi dari pemerintah sebagai operator VoIP. Penelitian di mulai dari bulan April hingga Juni
2007.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dengan pihak perusahaan untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Wawancara dilakukan kepada
dua orang pihak Telkom yaitu manager international product management dan asistennya. Selain itu juga diperoleh dari hasil
kuesioner dengan responden pengguna layanan sambungan langsung internasional yang terpilih.
Data sekunder di peroleh dengan cara mempelajari buku- buku yang relevan dengan topik yang akan diteliti. Pengambilan
data sekunder diperoleh dari studi pustaka, data-data yang dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan melalui situs di
internet.
3.3.2. Metode Pengambilan Sampel dan Ukuran Sampel
Penentuan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan sample berdasarkan pada
karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya
Umar, 2002. Teknik pengumpulan data secara purposive sampling
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang
diberikan berisi pertanyaan yang telah distandarisasi atau dirumuskan dengan baku sehingga responden dapat memberikan
informasi berupa jawaban dalam daftar pertanyaan. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk
wilayah Jakarta Pusat. Sampel merupakan sebagian kecil dari populasi yang dianggap mewakili dari seluruh populasi. Jumlah
sampel yang akan diambil berdasarkan rumus Slovin dengan rumus sebagai berikut:
2
1 Ne
N n
+ =
…………………………………………………… 1 Dimana :
N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel
e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditetapkan sebesar 10 Berdasarkan data statistik wilayah DKI Jakarta pertengahan
tahun 2005, diketahui bahwa jumlah penduduk wilayah Jakarta Pusat sebesar 841.417 orang. Dengan demikian ukuran sampel
yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 100 responden dengan perhitungan sebagai berikut :
n =
2
1 .
417 .
841 1
417 .
841 +
= 99.99
≈ 100 sampel 3.3.3.
Penyusunan dan Uji Coba Kuesioner
Kuesioner adalah sebuah alat pengumpulan data dimana data tersebut akan diolah untuk menghasilkan informasi tertentu
Umar, 2002. Kuesioner yang akan digunakan harus di uji validitas dan reliabilitasnya. Jika tidak dilakukan uji validitas dan
reliabilitas, maka data yang diperoleh dari kuesioner akan bias sehingga keputusan yang dibuat berdasarkan data tersebut akan
bias juga. Uji validitas dan reliabilitas hanya dilakukan pada atribut-atribut layanan SLI yang telah ditentukan.
3.3.4. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur.
Kuesioner disebut sahih jika memiliki butir-butir pertanyaan kuesioner yang saling berhubungan dengan konsep-konsep yang
diinginkan. Apabila ada pertanyaan yang tidak berhubungan, berarti pertanyaan tersebut tidak sahih dan akan dihilangkan atau
diganti dengan konsep pertanyaan lain yang lebih sahih. Untuk mengukur validitas suatu kuesioner adalah dengan menggunakan
rumus teknik korelasi product moment Pearson :
{ }
{ }
2 2
2 2
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑ ∑
− −
− =
y y
n x
x n
y x
xy n
r
xy
………………….. 2 Dimana :
r
xy
= korelasi antara x dan y x
= skor pernyataan y
= skor total pernyataan n
= jumlah responden Jika koefisien korelasi butir pertanyaanatribut yang
dihitung lebih besar daripada koefisien korelasi product moment
tabel pada taraf nyata α maka koefisien korelasi butir
pertanyaanatribut tersebut valid.
3.3.5. Uji Reliabilitas
Jika alat ukur dinyatakan valid, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang
menunjukkan konsistensi alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan
untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama
dan memberikan hasil pengukuran yang relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dapat dikatakan reliabel. Kuesioner yang reliabel
adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Dalam mengukur reliabilitas suatu kuesioner digunakan teknik
Cronbach. Teknik Cronbach adalah mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan
antara beberapa nilai misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk skala 1- 3, 1-5 atau 1-7, dan seterusnya. Rumus teknik
Cronbach adalah : r
11
= ⎥
⎥ ⎦
⎤ ⎢
⎢ ⎣
⎡ −
⎥⎦ ⎤
⎢⎣ ⎡
−
∑
2 2
1 1
t b
k k
σ σ
……...…………………………..........3 Dimana :
r
11
= reliabilitas instrumen k
= banyak butir pertanyaanpernyataan σ
t 2
= varians total Σ σ
b 2
= jumlah varians butirpernyataan Dengan rumus varian yang digunakan adalah :
n n
X X
∑ ∑
=
2 2
2
σ ………………………………………….. 4
Dimana: n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih total nilai dari nomor- nomor butir pertanyaanpernyataan
Setelah didapat korelasi hitung, lalu dibandingkan dengan korelasi pada tabel r
product moment dengan taraf signifikansi 5 persen. Jika r yang dihitung lebih besar dari r tabel maka kuesioner
tersebut reliabel, dan sebaliknya jika r yang dihitung lebih kecil dari r pada tabel, maka kuesioner tersebut tidak reliabel.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Analisis Tabulasi Deskriptif
Analisis tabulasi deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik pengguna layanan TelkomGlobal 01017. Analisis ini juga
digunakan untuk menganalisis proses keputusan konsumen dan persepsi konsumen terhadap layanan TelkomGlobal 01017.
Data mengenai hal-hal di atas diperoleh melalui hasil kuesioner yang dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama ke dalam tabel,
lalu di presentasekan berdasarkan jumlah jawaban responden.
Persentase terbesar merupakan jawaban yang dominan dari masing- masing peubah yang diteliti. Dapat dirumuskan sebagai berikut :
P = 100
× Σfi
fi ……………………………………………………... 5
Dimana : P
= presentase responden yang memilih kategori tertentu fi
= jumlah responden yang memilih kategori tertentu ∑fi = total jawaban
2. Analisis Citra
Analisis citra merupakan rataan nilai yang diberikan responden yang diekspresikan dalam bentuk atribut atau manfaat produk. Atribut
yang digunakan dalam penilaian produk layanan sambungan internasional diukur dengan skala likert satu sampai lima sebagai
angka penilaian. Atribut-atribut tersebut antara lain tarif, kemudahan sambung, jangkauan, kualitas suara, merek, dan kemudahan untuk
diakses. Melalui analisis ini, responden diajukan suatu pertanyaan untuk
menilai atribut yang ada pada produk layanan sambungan internasional. Selanjutnya nilai yang diperoleh diolah dengan
menggunakan angka ideal. Model angka ideal ini memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan
oleh konsumen dan apa yang diinginkan yang ideal oleh konsumen. Rumus model angka ideal adalah sebagai berikut Engel
et al., 1995 : Xi
Ii wi
Ab
n i
− =
∑
=1
……………………………………….............. 6 Dimana : Ab = sikap terhadap suatu merek
Wi = pentingnya atribut i Ii = performasi ideal pada atribut i
Xi = kepercayaan mengenai performasi aktual merek pada atribut i
n = jumlah atribut yang menonjol
3. Analisis Biplot
Output Biplot berupa nilai singular dan keseragamannya, rasio skala garis pada Biplot, koordinat Biplot, serta Biplot itu sendiri. Dua
nilai singular pertama menunjukkan keragaman yang diterangkan oleh komponen 1 sumbu utama 1 dan komponen 2 sumbu utama 2 pada
Biplot. Besarnya keragaman yang dapat diterangkan oleh kedua sumbu utama tersebut dilihat dari persentase keragamannya Sartono, 2003.
Interpretasi dari Biplot itu sendiri adalah sebagai berikut : 1.
Panjang vektor peubah sebanding dengan keragaman peubah tersebut. Semakin panjang vektor suatu peubah maka keragaman
peubah tersebut semakin tinggi. 2.
Nilai kosinus sudut antara dua vektor peubah menggambarkan korelasi kedua peubah. Semakin sempit sudut yang dibuat antara
dua peubah maka semakin positif tinggi korelasinya. Jika sudut yang dibuat tegak lurus maka korelasi keduanya rendah, sedangkan
jika sudutnya tumpul berlawanan arah maka korelasinya negatif. 3.
Posisi objek yang searah dengan suatu vektor peubah diinterpretasikan sebagai besarnya nilai peubah untuk objek yang
searah dengannya. Semakin dekat letak objek dengan arah yang ditunjuk oleh suatu peubah maka semakin tinggi nilai peubah
tersebut untuk objek itu, sedangkan jika arahnya berlawanan maka nilainya rendah.
4. Kedekatan letak atau posisi dua buah objek diinterpretasikan
sebagai kemiripan sifat yang ditunjukkan oleh nilai-nilai peubahnya semakin mirip.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah dan Perkembangan PT Telekomunikasi, Tbk.
Bisnis dan teknologi telekomunikasi menempuh perjalanan sejarah yang panjang. Di Indonesia, PT Telkom yang merupakan
perintis kini hanya menjadi salah satu dari sekian banyak operator layanan jasa telekomunikasi. PT Telkom ada sejak tahun 1884, saat
pemerintah kolonial Belanda mendirikan PTT Post, Telefoon en Telegraaf Dienst yang bergerak di bidang ekspedisi surat-menyurat
untuk domestik dan jasa layanan telegraf internasional. Pada tahun 1906 Belanda membentuk departemen untuk mengawasi kegiatan jasa pos
dan telekomunikasi di Indonesia. Jasa pos dan telekomunikasi dipisahkan pada tahun 1965 ke
dalam dua perusahaan negara, yaitu PN Pos dan Giro, dan PN Telekomunikasi. Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi terbagi menjadi
dua perusahaan negara lagi, Perusahaan Umum Telekomunikasi Perumtel dan PT Inti Industri Telekomunikasi Indonesia, untuk
peningkatan jasa telekomunikasi dalam dan luar negeri, juga pembuatan peralatan telekomunikasi pada khususnya.
Tahun 1976 Perumtel dan pemerintah kala itu mengambil keputusan yang terbilang penting dan berani dengan ikut terjun ke
pengelolaan satelit, dengan meluncurkan satelit Palapa-sesuai dengan sumpah Maha Patih Gadjah Mada-untuk mempersatukan wilayah
Indonesia. Keputusan penting itu menaikkan pamor Indonesia yang diakui sebagai negara yang mampu memiliki dan mengoperasikan
teknologi canggih. Pada tahun 1980 bisnis telekomunikasi internasional dipindahkan
ke PT Indosat, dan tahun 1991 pemerintah mengubah Perumtel dari perusahaan umum menjadi persero, perusahaan negara dengan layanan
untuk masyarakat umum sebagai tujuan utama perusahaan. Status sebagai perusahaan negara memiliki keterbatasan kewajiban untuk