Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah menegah kejuruan SMK merupakan lembaga pendidikan formal setara dengan Sekolah Menengah Atas SMA sebagai jenjang pendidikan selanjutnya setelah peserta didik menempuh pendidikan dari Sekolah Menengah Pertama SMP atau Madrasah Tsanawiyah MTS. Menurut SISDIKNAS Pasal 3 UU RI No 20 2003. Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dijabarkan bahwa kompetensi lulusan SMK salah satunya diharapkan dapat menerapkan keahlian yang diperoleh sewaktu belajar di bangku SMK untuk bisa bekerja secara profesional supaya dapat memenuhi berbagai permintaan pelanggan. Tercapainya kompetensi lulusan yang professional tentu saja di dapat dari tercapainya tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh komponen –komponen pembelajaran, Menurut Oemar Hamalik 2001: 77 Pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri dari: 1 Siswa, 2 Guru, 3 Tujuan, 4 Materi, 5 Metode, 6 SaranaAlat, 7 Evaluasi, dan 8 Lingkungankonteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan.. Faktor 1 adalah peserta didik, peserta didik kurang memahami materi yang diberikan oleh pendidik karena 2 penggunaan media yang kurang maksimal. Faktor 2, pendidik dalam menyampaikan pembelajaran kurang maksimal dalam menggunakan media sehingga tujuan pembelajaran tidak tersampaikan secara sempurna kepada peserta didik. Faktor 3 adalah tujuan, tujuan tercantum di dalam susunan kurikulum telah disusun rencana-rencana pembelajaran, tinggal bagaimana pendidik menjalankannya. Faktor 4 adalah materi, materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar harus ada materinya. Faktor 5 adalah metode pembelajaran, bagaimana cara pendidik menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik, meliputi model pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran serta evaluasi dan penilaian. Faktor 6 adalah sarana dan prasarana, untuk sarana dalam pembelajaran membuat pola dengan teknik draping ini telah didukung oleh tersedianya dress form dengan ukuran standar yaitu S, M, L. Faktor 7 adalah evaluasi, evaluasi dapat digunakan untuk menyusun graduasi kemampuan anak didik, evaluasi dilakukan dengan cara hanya menilai hasil praktik peserta didik. Faktor 8 adalah lingkungan, lingkungan di sini telah mendukung dalam proses pembelajaran meliputi lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu PBM berlangsung. Kurangnya pencapaian tujuan pembelajaran tersebut menjadi suatu kendala pembelajaran yang dapat diatasi dengan pengembangan media pembelajaran yang maksimal. Demikian halnya yang disampaikan oleh Azhar Arsyad 2011 : 2 media pembelajaran adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar 3 mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Media pembelajaran adalah salah satu unsur pendidikan yang penting dalam kelancaran proses belajar mengajar. Media pembelajaran ini berfungsi sebagai alat untuk mempermudah pentransferan atau penyaluran materi dari pendidik kepada perserta didik sehingga penggunaan media pembelajaran ini juga menuntut kekreatifan para pendidik dalam mengelolanya dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Suleiman 1989: 1 yang menyatakan bahwa media pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru profesional. Berdasarkan data observasi yang telah dilakukan di SMK N 4 Yogyakarta Program Keahlian Busana Butik Kelas XII pada mata pelajaran membuat pola bahwa hasil belajar peserta didik baru 60 yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, selama ini proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pengampu mata pelajaran membuat pola yang pertama adalah membuat pola blazer dan camisol dengan teknik konstruksi sesuai dengan ukuran masing- masing peserta didik, sedangkan membuat pola dengan teknik draping hanya bersifat pengayaan, yaitu apabila masih terdapat waktu luang setelah teknik konstruksi selesai diajarkan, dengan demikian kemampuan peserta didik dalam teknik draping sangatlah kurang, padahal apabila dibandingkan dengan teknik konstruksi, teknik draping mampu menghasilkan pola busana yang sangat sesuai dengan permintaan pelanggan. Media pembelajaran yang sering digunakan dalam proses pembelajaran di SMK N 4 Yogyakarta antara lain job sheet, hand out dan 4 papan tulis yang terkadang membuat peserta didik belum bisa menerima materi yang disampaikan secara maksimal dan menimbulkan kebosanan dari dalam diri peserta didik. Penggunaan media pada pembalajaran Mata Pelajaran Membuat Pola kurang dimanfaatkan secara maksimal oleh pendidik dan peserta didik. Sarana dan prasarana di SMK N 4 Yogyakarta secara umum sudah lengkap misalnya ruang praktik, ruang teori semua sudah tersedia pada tiap jurusan, tetapi media dalam membantu proses belajar yang digunakan masih terbatas hanya berupa hand out yang dipakai untuk pendidik dan peserta didik. Sehingga dibutuhkan media belajar lain untuk membantu proses pembelajaran terutama untuk peserta didik. Melalui media media belajar berupa modul, diharapkan pemahaman siswa mengenai suatu materi pelajaran akan bertambah. Pemanfaatan media belajar bertujuan untuk mengembangkan proses belajar mengajar yang menarik, melalui pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar akan lebih aktif dan interaktif. Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri. Bahasanya dibuat sederhana sesuai dengan level berfikir anak SMK secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing individu secara efektif dan efisien, memiliki karakteristik stand alone yaitu modul dikembangkan tidak tergantung pada media lain, bersahabat dengan user atau pemakai, membantu kemudahan pemakai untuk direspon atau diakses, serta mampu membelajarkan diri sendiri. 5 Berdasarkan permasalahan di atas dapat dicarikan salah satu solusi yaitu dengan membuat modul teknik draping yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Modul ini berisikan tentang kompetensi melakukan persiapan draping, membuat pola dengan teknik draping, menyelesaikan pola dasar teknik draping dan menyimpan pola. Dengan adanya modul ini diharapkan peserta didik memiliki kemampuan dalam menyelesaikan setiap kompetensi yang terdapat dalam modul ini dalam waktu singkat, selain itu bagi peserta didik yang berkemampuan kurang, dapat mengikuti remidi modul dengan bantuan pendidik atau peserta didik yang memiliki kemampuan lebih. Dari gagasan ini penulis mengangkat judul “Pengaruh Media Pembelajaran Modul Terhadap Pencapaian Kompetensi Praktik Teknik Draping Pada Mata Diklat Membuat Pola di SMK N 4 Yogyakarta ”.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PREZI PADA MATA PELAJARAN MEMBUAT POLA DI SMK AWAL KARYA PEMBANGUNAN GALANG.

0 3 37

PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MEMBUAT POLA LENGAN MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING BERBANTUAN MEDIA JOBSHEET DI SMK KARYA RINI SLEMAN.

0 2 313

PENERAPAN MEDIA FLIPCHART UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI MEMBUAT POLA DASAR ROK PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA DI MAN YOGYAKARTA III.

1 2 216

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MEMBUAT POLA DASAR BUSANA WANITA SISTEM BUNKA BERBASIS MOBILE APPLICATION DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

13 87 283

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MEMBUAT POLA DASAR BADAN SYSTEM MEYNEKE BERBASIS MACROMEDIA FLASH DI SMK MA’ARIF 2 PIYUNGAN.

0 2 226

PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA DALAM MEMBUAT POLA DASAR BUSANA WANITA MENGGUNAKAN MEDIA FLIPCHART BERBANTUAN JOBSHEET DI SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA.

1 13 193

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PEMBUATAN POLA DASAR TEKNIK KONSTRUKSI PADA MATA PELAJARAN MEMBUAT POLA BUSANA BAYI DAN POLA DASAR DI SMK NEGERI 1 WONOSARI.

0 10 159

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA DIKLAT MEMBUAT HIASAN BUSANA DI SMK N 2 GODEAN.

0 4 113

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUAT POLA BLAZER DI SMK N I SEWON BANTUL.

0 1 163

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PEER TUTORING UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUAT POLA ROK SISWA KELAS X DI SMK MA’ARIF 2 SLEMAN YOGYAKARTA.

0 0 102