Langkah-langkah Sintaks Pembelajaran Terpadu Model connected

kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima ”. 26 Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Andrias Harefa yang menyebutkan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pendidikan “gaya bank”, dimana guru mengajar, murid belajar; guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa; guru berfikir, murid dipikirkan; guru bicara murid mendengarkan; guru mengatur, murid diatur; guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti; guru bertindak, murid membayangkan bagaimana guru bertindak sesuai dengan tindakan gurunya; guru memilih apa yang diajarkan, murid menyesuaikan diri; guru adalah subjek proses belajar, murid adalah objeknya. 27 Pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini adalah model klasikal. Pembelajaran model klasikal sering kita temui pada kegiatan pembelajaran sehari-hari di sekolah, dimana jumlah siswa dalam satu kelas biasanya berkisar antara 30 sampai 40 orang. Dalam pembelajaran model klasikal guru sangat mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran, mulai dari banyaknya materi yang akan diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar dan hal-hal lainnya semua ditentukan oleh guru dan murid harus tunduk pada apa yang telah ditetapkan. Adapun prosedur pelaksanaan pembelajaran model klasikal adalah sebagai berikut: 28 1. Guru menjelaskan materi matematika 2. Guru memberikan contoh penggunaan rumus matematika 3. Guru memberikan beberapa soal sebagai latihan kepada siswa 4. Guru meminta siswa menuliskan hasil pekerjaannya di depan kelas Pembelajaran model klasikal mengasumsikan para siswa mempuyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Kondisi belajar siswa secara individual baik menyangkut kecepatan belajar, kesulitan belajar dan minat belajar sulit untuk diperhatikan guru. Pada umumnya guru dalam menentukan kecepatan 26 Sunarto, “Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik namun Paling Disukai”, http:sunartombs.wordpress.com20090302pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik- namun-paling-disukai , 9 April 2011 27 Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Jakarta: Kompas, 2000, Cet.I, h.11 28 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer ,…, h.256-257 penyajian dan tingkat kesukaran materi kepada siswanya berdasarkan pada informasi kemampuan siswa secara umum. Menurut Erman Suherman kelemahan dari pembelajaran model klasikal adalah: 29 1. Proses pembelajaran yang berlangsung membuat siswa menjadi bosan dan pasif, karena siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Siswa hanya aktif membuat catatan saja. 2. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan. 3. Pengetahuan yang diperoleh tidak membekas dan lebih cepat terlupakan. 4. Proses pembelajaran yang berlangsung menyebabkan siswa menjadi “belajar menghafal” rote learning yang tidak menimbulkan pemahaman.

D. Pemahaman Konsep Matematika

1. Pengertian Pemahaman Konsep

Menurut Rosser konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. 30 Sedangkan menurut Zacks Tversky John: 2008 mengemukakan bahwa “Konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum”. 31 Kita menyatakan suatu konsep dengan menyebut “nama” misalnya buku, yaitu lembaran-lembaran kertas dengan ukuran yang sama yang disatukan atau dijilid, dan berisi huruf cetak dan gambar dalam urutan-urutan yang mengandung arti. Atau contoh lain misalnya siswa, yaitu orang-orang yang berkumpul dalam satu tempat yang melakukan proses belajar. Konsep membantu murid menyederhanakan dan meringkas informasi, dan meningkatkan efisiensi memori, komunikasi dan penggunaan waktu mereka. 29 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer ,…, h.202 30 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1996, h. 80 31 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psychology oleh Tri Wibowo B.S, Jakarta:Kencana Prenada Media Grup, 2008, cet.II, h.352 “Konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan orang dapat mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa- peristiwa dan menentukan apakah objek atau peristiwa itu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut ”. 32 Konsep dalam matematika dapat diperkenalkan melalui “definisi”, “gambargambarancontoh”, “modelperaga”. Contohnya “trapesium” adalah segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar, atau contoh lain “bilangan genap” diungkap dengan definisi bilangan yang merupakan kelipatan 2. Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajarinya. “Pemahaman mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun mat eri yang dipelajari”. 33 “Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep”. 34 Bloom menyatakan “Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide itu secara mendalam”. 35 Seseorang dikatakan memiliki pemahaman apabila dihadapkan pada sesuatu yang harus dikomunikasikan, maka dia diperkirakan mengetahui apa yang harus dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide yang termuat didalamnya, selain itu dia dapat menjelaskan kembali tentang suatu hal dengan kata-kata sendiri yang berbeda dari yang terdapat dalam buku teks, dan juga dapat menginterpretasikan atau membuat kesimpulan dari hasil pemahamannya. Contoh menerjemahkan suatu bahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain, menafsirkan bagan, menerjemahkan bahan verbal ke rumus matematika. 32 Sri Anitah W dan Janet Trineke Manoy, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, Cet. III, h.7.6 33 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,…, h.157 34 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2010, Cet.III h.126 35 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, 2004, h.69