55 Hasil inspeksi GRP menunjukkan perolehan nilai sebesar 71 poin. Angka ini didapat dari hasil
pengurangan skor maksimal yaitu 100 dengan total nilai pelanggaran, baik aspek mayor dan aspek minor yaitu sebesar 29 poin. Menurut klasifikasi skala penerapan GRP oleh ABC Retail
Food Inspection Guide , Hero Gatsu berada pada skala 70-79 atau status “C” yang berarti secara
umum tidak dapat diterima dalam hal praktik penanganan makanan maupun keseluruhan upaya pemeliharaan dan sanitasi fasilitas yang umum untuk makanan. Status ini menunjukkan bahwa
industri ritel sebenarnya sudah baik dalam menerapkan praktik penanganan makanan dan pemeliharaan fasilitas makanan dan sanitasi, hanya saja perlu memperbaiki bagian-bagian yang
dianggap kritis sebagai penyebab terjadinya bahaya asal makanan foodborne hazard. Ada dua parameter yang tidak terobservasi saat proses inspeksi berlangsung NO, yaitu
keluarnya kotoran dari bagian tubuh, seperti mata, hidung, dan mulut pada aspek mayor “kesehatan karyawan dan praktik higiene” dan pemenuhan syarat label stok, kondisi, dan display
bagi produk kerang pada aspek mayor “produk pangan dari sumber yang telah disetujui”. Masing- masing parameter bernilai 2 poin karena tergolong ke dalam pelanggaran minor.
Ada lima parameter yang tidak dapat diaplikasikan di dalam gerai NA. Tiga parameter termasuk aspek mayor “hubungan antara waktu dan suhu”, yaitu metode pendinginan, suhu dan
waktu pemasakan, dan prosedur pemanasan ulang yang tepat untuk menjaga kestabilan panas makanan. Satu parameter termasuk aspek mayor “produk pangan diperoleh dari sumber yang
telah disetujui”, yaitu pemenuhan syarat regulasi produk tiram laut oyster gulf. Dan lainnya termasuk aspek mayor “populasi yang sangat rentan”, yaitu pemberian lisensi oleh badan
pemerintahan atau unit pelayanan kesehatan yang berwenang; produk olahan yang berisiko tinggi terhadap pertumbuhan mikroba tidak disediakan.
3. Analisis Pelanggaran Aspek-aspek GRP
Analisis pelanggaran aspek-aspek GRP bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran dan berguna dalam menentukan alternatif solusi bagi Hero Gatsu Tabel 13 dan
Tabel 14. Alternatif solusi merupakan salah satu cara yang dapat mengurangi temuan kasus pelanggaran selama inspeksi berlangsung. Alternatif solusi sebaiknya mempertimbangkan
kemampuan perusahaan dalam segi biaya dan tenaga. Berikut ini adalah alternatif solusi untuk tiap parameter yang dilanggar.
Penguasaan pengetahuan; sertifikasi keamanan pangan.
Manajemen Hero Supermarket telah mengusahakan pendidikan bagi karyawan terkait konsep GRP. Namun hal ini
dirasa belum mencukupi kebutuhan karyawan karena sistem sertifikasi belum memadai. Sertifikasi sangat diperlukan karena persyaratan standar mutu dan keamanan pangan di pasar
global semakin ketat dan beberapa standar pangan internasional telah diberlakukan wajib oleh negara maju. Manajemen Hero Supermarket sebaiknya bekerjasama dengan pihak pemerintah
yaitu Kementerian Perdagangan dan badan tertentu yang telah terakreditasi untuk mengakomodasi pendidikan atau pelatihan bagi karyawan. Sertifikat sebaiknya memiliki masa
berlaku dan perlu diperbaharui lagi dengan mengadakan pelatihan yang sama bagi karyawan.
Makan, mencicipi produk, minum, dan merokok di lokasi dan kondisi yang tepat.
Karyawan tidak dilarang untuk melakukan kesemua hal tersebut selama bekerja, tetapi harus berada pada kondisi dan tempat yang benar. Ruang makan atau kantin umumnya sudah
disediakan oleh manajemen ritel di sekitar area gerai. Untuk itu, karyawan dapat memaksimalkan sarana tersebut agar pelanggaran ini tidak terjadi. Para manajer harus menjalankan sanksi tegas
bagi karyawan yang tidak mematuhi peraturan, serta dapat menjadi contoh yang baik bagi seluruh karyawannya.
56 Tabel 13. Parameter yang Dilanggar pada Aspek Mayor GRP
Aspek yang Dilanggar Parameter Jenis
Pelanggaran Keterangan
Mayor Minor 1
1. Penguasaan
pengetahuan oleh karyawan
Penguasaan pengetahuan; sertifikasi keamanan pangan
9 Sertifikat yang ada kurang dapat
menjamin profesionalisme karyawan untuk menerapkan GRP
karena status sertifikasi tidak diperbaharui dalam jangka waktu
tertentu. 2.
Kesehatan karyawan dan
praktik higiene Makan, mencicipi produk,
minum, dan merokok di lokasi dan kondisi yang tepat
9 Aktivitas makan dan minum di
area “rawan kontaminasi” masih sering dilakukan oleh karyawan.
3. Pencegahan
kontaminasi oleh tangan
Tangan bersih dan dicuci dengan tepat; penggunaan
sarung tangan yang benar 9
Divisi produk perikanan Fish dan hortikultura segar Produce
masih kurang konsisten dalam penggunaan sarung tangan
4. Hubungan antara
waktu dan suhu Waktu sebagai pengendali
kesehatan publik; prosedur dan arsip rekaman
9 Selama proses penerimaan,
karyawan tidak mengontrol suhu produk dengan termometer. Lama
proses penerimaan juga melebihi 15 menit
5. Perlindungan dari
kontaminasi Permukaan yang kontak
langsung dengan makanan: bersih dan tersanitasi
9 Jadwal pembersihan dan sanitasi
alat terutama pisau untuk memotong buah dan trimming
sayuran belum terlaksana dengan baik
6. Ketersediaan air
Tersedianya air dingin dan air panas
9 Fasilitas air panas tidak tersedia.
Air panas dibutuhkan untuk proses sanitasi peralatan pangan
7. Pencegahan dan
pengendalian hama Tidak ada hewan pengerat,
serangga, burung, atau hewan pengganggu lainnya
9 Desain dan konstruksi bangunan
yang masih bisa dilalui hama tikus dan jumlah insect killer lamp yang
sangat terbatas.
Tangan bersih dan dicuci dengan tepat; penggunaan sarung tangan yang benar.
Menjaga kebersihan tangan merupakan kesadaran yang harus dimiliki seluruh karyawan. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu menyediakan sejumah fasilitas seperti sarung tangan,
pengering tangan, sabun, dan sanitaiser yang tepat. Manajemen juga dapat memberikan semacam reward
atau insentif bagi karyawan yang konsisten menjalankan prosedur sanitasi dan higiene dengan benar. Hal ini umumnya efektif dalam membangkitkan semangat karyawan.
Waktu sebagai pengendali kesehatan publik; prosedur dan arsip rekaman. Mutu
produk pangan sangat dipengaruhi oleh suhu terutama PHF. Waktu erat kaitannya dengan upaya pengendalian suhu dalam hal menjaga mutu produk dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Untuk itu, pencatatan suhu harus disertai dengan pencatatan waktu agar karyawan dapat memperkirakan tingkat kerusakan yang akan terjadi apabila prosedur tidak dijalankan dengan
benar.
Permukaan yang kontak langsung dengan makanan: bersih dan tersanitasi.
Seluruh prosedur pembersihan dan sanitasi peralatan, perlengkapan, atau fasilitas pangan tercantum dalam
SOP Hero Supermarket tentang Hygiene dan Sanitation of Fresh Product. Yang dibutuhkan agar
57 pelanggaran ini tidak terjadi adalah tindakan pengawasan yang ketat dan kontinu. Para manajer
dan supervisor memiliki kewenangan untuk melakukan inspeksi selama kegiatan operasional berlangsung.
Tabel 14. Parameter yang Dilanggar pada Aspek Minor GRP
Aspek yang Dilanggar Parameter Jenis
Pelanggaran Keterangan Minor 2
1. Tindakan
pengawasan PIC berada pada lokasi kerja
dan melaksanakan tugasnya dengan baik
9 PIC Divisi Meat-Delicatesen
dan Divisi Fish adalah tidak selalu berada pada lokasi
tugasnya pada saat jam kerja 2.
Persyaratan umum keamanan pangan
Pencucian buah dan sayuran segar sebelum disiapkan
khusus produk prepackaged 9
Air yang digunakan dalam proses persiapan hanya sebatas
air bersih dan tidak bersifat potable
3. Peralatan,
perlengkapan, dan kain
1. Permukaan yang tidak
kontak langsung dengan makanan harus bersih
9 Terkadang luput dari perhatian
karyawan selama proses pembersihan dan sanitasi.
2. Fasilitas pembersihan
pencucian: terinstalasi, terpelihara, diuji secara
mikrobiologi menggunakan test strips
9 Tidak dilakukan oleh
manajemen karena keterbatasan fasilitas dan biaya uji.
3. Ventilasi dan penerangan
yang memadai; digunakan sesuai kebutuhan area
tertentu 9
Penggunaan ekshauster dan pendingin ruangan dirasakan
belum cukup untuk mengurangi rasa pengap
4. Kain lap digunakan dan
disimpan dengan tepat 9
Kain lap yang digunakan bersamaan untuk menyeka
pisau buah dan meja persiapan. Peletakannya pun tidak berada
pada tempat atau lemari yang bersih dan tertutup
4. Fasilitas fisik
bangunan 1.
Fasilitas toilet terkonstruksi dengan
baik, memenuhi kebutuhan karyawan,
bersih 9
Fasilitas toilet kurang memenuhi kebutuhan karyawan
yang ada. 2.
Ruangan beserta bagian- bagiannya bersih,
terpelihara, dan dioperasikan sesuai
fungsinya; area peletakkan barang-barang
karyawan atau alat-alat kebersihan digunakan
dengan benar; tahan hama 9
Desain ruangan masih kurang memenuhi kapasitas produksi,
sehingga tidak semua produk diletakkan di area penyimpanan
yang tepat. Tata letak dan penataan produk
kurang teratur 5.
Fasilitas makanan permanen
Lantai, dinding, dan langit- langit dibangun, terpelihara,
dan bersih 9
Lubang pada atap dan langit- langit kerap menjadi wilayah
masuknya serangga dan hewan pengerat.
58
Tersedianya air dingin dan air panas. Hero Gatsu tidak memiliki fasilitas air panas
yang berguna dalam proses pembersihan peralatan pangan. Dewasa ini, fasilitas penyedia air panas atau water heater dalam kapasitas tertentu sesuai pesanan sudah banyak diperjualbelikan
secara komersial, seperti Ariston dan Paloma. Sudah saatnya, manajemen Hero Gatsu merancang anggaran untuk membeli fasilitas tersebut. Meskipun akan memakan biaya yang tidak sedikit, hal
ini tidak seberapa dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh nantinya.
Tidak ada hewan pengerat, serangga, burung, atau hewan pengganggu lainnya.
Bangunan Hero Gatsu masih mudah dilalui hama perusak, seperti hewan pengerat dan serangga. Bagian yang mudah dimasuki hewan pengerat yaitu langit-langit dan pintu. Manajemen Hero
Gatsu sesegera mungkin melakukan pengecekan terkait kondisi langit-langit yang masih berlubang dan memperbaikinya hingga tertutup rapat. Pintu yang menjadi tempat keluar
masuknya karyawan, harus dilengkapi dengan papan pengumuman agar seluruh karyawan selalu menutup pintu dengan rapat. Untuk mencegah hadirnya serangga, manajemen Hero Gatsu perlu
menambah fasilitas insect killer lamp di lokasi penanganan produk, seperti gudang penyimpanan dan area persiapan produk hortikultura segar.
PIC berada pada lokasi kerja dan melaksanakan tugasnya dengan baik.
Pelanggaran ini terjadi karena karyawan tidak dapat mengatur waktu istirahat dengan baik. Karyawan yang menangani produk perikanan dan daging segar masing-masing hanya memiliki
satu orang karyawan, sehingga butuh kerjasama yang baik di antara kedua karyawan tersebut apabila salah satunya akan meninggalkan lokasi kerja. Pengawasan dan pemberian sanksi tegas
bagi karyawan perlu ditekankan lagi oleh manajer bagi karyawan yang tidak menjalankan pekerjaannya dengan baik. Sanksi dapat berupa pemotongan gaji karyawan atau pemberhentian
masa kerja sementara skorsing bahkan Pemutusan Hubungan Kerja PHK.
Pencucian buah dan sayuran segar sebelum disiapkan khusus produk prepackaged.
Fasilitas pengolahan air yang tidak tersedia menyebabkan karyawan hanya menggunakan air bersih yang berasal dari PDAM sebagai pencuci produk. Air yang bersifat
potable merupakan kebutuhan utama bagi produk olah minimal. Untuk mengatasi hal tersebut,
manajemen Hero Gatsu dapat membeli air mineral atau air minum komersial sebagai alternatif media pencuci produk.
Permukaan yang tidak kontak langsung dengan makanan harus bersih. Metode
pembersihan yang dilakukan karyawan belum dapat menjamin keefektifan dalam mencegah kontaminasi secara fisik maupun mikrobiologi. Penggunaan kain lap sebagai media pembersih
dapat dilengkapi dengan tindakan penyikatan untuk menghilangkan sisa makanan atau material yang melekat pada permukaan. Pembilasan sebaiknya menggunakan air panas untuk mencegah
mikroorganisme dan residu bahan pembersih agar tidak mengkontaminasi produk. Waktu pembersihan dilakukan sebelum gerai dibuka untuk umum.
Fasilitas pencucian: terinstalasi, terpelihara, diuji secara mikrobiologi menggunakan
test strips. Keterbatasan fasilitas menyebabkan Hero Gatsu perlu menggunakan
jasa laboratorium terakreditasi untuk menguji keefektifan tindakan pembersihan. Manajemen Hero Supermarket juga dapat membentuk tim manajemen sanitasi dan higiene di tiap gerai. Tim
ini dapat mengorganisasikan, mendeskripsikan dan menjadwalkan semua kebutuhan tindakan pembersihan dan sanitasi tidak hanya sebatas fasilitas pencucian, tetapi juga peralatan,
perlengkapan, dan fasilitas fisik bangunan. Tujuannya agar dihasilkan program pembersihan yang efektif. Tim juga perlu menyediakan sebuah pedoman jadwal pembersihan atau Master Cleaning
Schedule MCS. Jadwal ini harus mencakup semua kegiatan pembersihan yang diperlukan di
seluruh gerai, frekuensinya tiap minggu atau tiap bulan dan divisi atau orang yang bersangkutan
59 yang bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Juga harus disediakan tempat untuk mencatat
bahwa tugas tersebut telah diselesaikan. Jadwal pembersihan biasanya didasarkan pada riwayat alat atau proses, keberadaan sistem, siklus hidup serangga, masalah mikrobiologi, atau hal relevan
yang lain.
Ventilasi dan penerangan yang memadai; digunakan sesuai kebutuhan area tertentu.
Manajemen Hero Gatsu perlu mengecek bagian-bagian ekshauster untuk mengetahui penyebab tidak berfungsinya ekshauter secara optimal. Pembersihan juga perlu dijadwalkan agar
tidak terganggu oleh kotoran atau debu-debu yang menyelimuti permukaan dinding ekshauster. Penambahan fasilitas pendingin ruangan atau AC menjadi alternatif terbaik untuk mengurangi
rasa panas dan pengap di dalam ruangan. Kain lap digunakan dan disimpan dengan tepat.
Kain lap banyak digunakan saat proses pembersihan. Ketidaktahuan karyawan akan bahaya penggunaan kain lap secara berulang-
ulang merupakan penyebab utama dari penggunaan kain lap yang tidak tepat. Aktivitas menyeka permukaan peralatan atau fasilitas lain, seperti meja persiapan, seringkali menggunakan kain lap
yang sama. Hal ini disebabkan jumlah kain lap yang terbatas. Untuk itu, manajemen Hero Gatsu perlu menambah persediaan kain lap bersih sekaligus menyediakan lemari penyimpanannya.
Fasilitas toilet terkonstruksi dengan baik, memenuhi kebutuhan karyawan, dan bersih.
Fasilitas yang ada saat ini sangat tidak memadai bagi kebutuhan karyawan. Manajemen Hero Gatsu perlu mengajukan permohonan renovasi bangunan kepada Manajemen Hero
Supermarket terkait perbaikan fasilitas toilet, penambahan sebuah toilet, pemasangan fasilitas jamban, dan penyediaan fasilitas pengering tangan di setiap toilet. Apabila terdapat dua toilet,
maka dapat dipisahkan antara toilet karyawan pria dan wanita.
Ruangan beserta bagian-bagiannya bersih, terpelihara, dan dioperasikan sesuai fungsinya; area peletakkan barang-barang karyawan atau alat-alat kebersihan digunakan
dengan benar; tahan hama. Penataan produk yang tidak pada tempatnya karena keterbatasan
fasilitas atau luas ruangan perlu segera dibenahi. Kerjasama yang tinggi antara Divisi Produce dan Divisi Receiving and Storage dibutuhkan dalam hal pengendalian stok. Hal ini dapat
mengurangi terjadinya penumpukan produk di sekitar gudang penyimpanan akibat kelebihan kapasitas produk overload capacity. Manajemen Hero Gatsu sebaiknya mulai merencanakan
perluasan bangunan gerai untuk mengurangi kasus overload capacity dan membenahi desain tata letak bangunan agar sesuai dengan aliran proses penanganan produk. Dengan adanya perluasan
bangunan gerai, manajemen dapat menambah sejumlah fasilitas seperti cold storage, frozen storage, cold showcase,
dan frozen showcase. Apabila perluasan dirasa tidak memungkinkan, maka perlu membatasi jumlah produk yang dijual dan menata ulang peletakan produk-produk di
sekitar lorong gerai agar tidak menghambat pergerakan produk dan karyawan.
Lantai, dinding, dan langit-langit dibangun, terpelihara, dan bersih. Hero Gatsu
sudah melakukan renovasi bangunan sebanyak lima kali. Namun, kegiatan pemeliharaan masih belum maksimal. Langit-langit kerap menjadi lokasi infestasi hama dan akumulasi kotoran dan
debu. Selain pembersihan secara rutin, manajemen Hero Gatsu sebaiknya mengadakan
pengecekan rutin terkait kondisi bagian-bagian tersebut. Perbaikan dilakukan sesegera mungkin
apabila ditemui lubang atau keretakan, sehingga hama tidak dapat masuk ke dalam area gerai. Penilaian penerapan GRP di Hero Gatsu menurut ABC Retail Food Inspection Guide
didasarkan pada regulasi atau standar yang berlaku bagi industri ritel di Amerika Serikat. Tentunya hal ini menjadi pertimbangan dalam menyimpulkan hasil penilaian yang diperoleh,
mengingat perbedaan yang signifikan terkait penyediaan produk pangan yang lebih bervariasi dan
60 fasilitas yang lebih maju di negara tersebut. Karena itu, nilai penerapan GRP di Hero Gatsu hanya
bersifat uji coba karena belum tersedianya standar dan pedoman inspeksi GRP di Indonesia. Hasil uji coba ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan menjadi gambaran umum kondisi ritel di
Indonesia dan Amerika Serikat. Beberapa contoh hasil inspeksi industri ritel dan restoran di Kota San Bernardino, California, Amerika Serikat terlihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Inspeksi Industri Ritel dan Restoran di Kota San Bernardino, California, Amerika Serikat
Industri Ritel Huruf Mutu
Skor 1 Store
A 90
1 King + A
94 1 Outlet
A 99
1 Pho Restaurant A
90 4 Bros Liquor Inc
A 94
7 Eleven A
90 7 Heaven
A 92
96 Cents Plus Discount Store A
98 98 Cents Convenient Store
A 98
A S Liquor B
86 Aaron Donut
B 86
ABC Nutritional Care A
100 Airport Market
A 98
Amiago Market A
92 Ana’s Market 99 Plus
A 97
Anna’s Mini Market A
94 Arby’s A
96 Arco A
100 Baker’s Burgers 101
A 100
Best Market A
95 Circle K 76 5240
A 90
Crossroads Pizza B
81 Crystal Water Mart
A 97
Del Rosa Discount Market A
93 Del Rosa Liquor Inc
B 87
Del Rosa Restaurant B
82 Del Rosa Shell Station
B 83
Sumber: County of San Bernardino Environmental Health Service 2011 Upaya perbaikan sebaiknya dilakukan secara kontinu dan bertahap dalam jangka waktu
tertentu dan disesuaikan dengan kemampuan industri ritel di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan penetapan standar awal bagi industri ritel di Indonesia. Apabila seluruh industri ritel dapat
mencapai status penerapan yang diharapkan pemerintah misalnya, status ”B”, maka standar dapat ditingkatkan lagi sampai akhirnya setara dengan standar yang berlaku secara internasional.
Walaupun standar dan pedoman GRP belum tersedia, peraturan yang menyebutkan agar industri ritel menerapkan GRP telah tercantum dalam PP No.28 Tahun 2004 ayat 8. Secara tidak
langsung, amanat ini ditujukan bagi Kementerian Perdagangan sebagai lembaga pemerintah yang
61 berwenang menyusun standar dan pedoman terkait perdagangan dan peredaran produk pangan.
Khusus produk pangan segar, Kementerian Perdagangan dapat bekerjasama dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perikanan dan Kelautan untuk memperoleh informasi seputar
karakterisitik produk pangan segar, produksi primer, dan prosedur penanganannya yang baik dan benar. Sedangkan, perihal pengawasan peredaran pangan merupakan tanggung jawab dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia BPOM RI. Seluruh badan pemerintah tersebut bersama-sama dengan pihak akademisi dan manajemen industri ritel selaku stakeholder,
berupaya merumuskan standar GRP, menyusun pedoman inspeksi GRP termasuk metode inspeksi dan cara penilaian, serta mengadakan program sertifikasi bagi karyawan industri ritel di
Indonesia. Sosialisasi diberikan dalam berbagai cara seperti pengadaan pelatihan, seminar, dan workshop
yang berkelanjutan dan dilakukan oleh lembaga pemerintahan maupun badan yang telah terakreditasi, baik nasional maupun internasional. Penerapan standar mutu dan keamanan
pangan yang tinggi oleh ritel modern secara tidak langsung ”menarik” para produsen primer, distributor, dan pemasok melalui penerapan praktik yang baik dari seluruh aspek penanganan
produk pangan segar, seperti GAP, GHP, dan GTP. Melalui proses ini maka terbentuklah simpul- simpul penjaminan mutu yang berkelanjutan di setiap rantai suplai pangan.
Pemerintah dan industri ritel harus bekerja sama untuk menerapkan GRP secara konsisten dan bukan lagi bersifat sukarela atau voluntary. Dukungan manajemen puncak terhadap
penerapan GRP di tingkat gerai perlu ditingkatkan melalui pemberlakuan evaluasi secara rutin dalam bentuk kegiatan inspeksi di lapangan maupun kajian terkait dokumen-dokumen
perusahaan, serta penetapan prosedur operasi yang tepat dan sesuai konsep GRP. Penerapan GRP yang baik merupakan langkah awal menuju sistem keamanan pangan yang lebih tinggi, yaitu
HACCP.
62
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Penerapan GRP di Hero Gatsu berdasarkan pedoman inspeksi yang dikembangkan oleh
County of San Bernardino Environmental Health Service, California, Amerika Serikat atau
ABC Retail Food Inspection Guide masih dirasakan belum berjalan dengaan baik pada semua aspek GRP. Berdasarkan hasil inspeksi, nilai penerapan GRP di Hero Gatsu sebesar
71 poin atau status “C” yang berarti secara umum tidak dapat diterima dalam hal praktik penanganan makanan maupun keseluruhan upaya pemeliharaan dan sanitasi fasilitas yang
umum untuk makanan. Status ini menunjukkan bahwa industri ritel sebenarnya sudah baik dalam menerapkan praktik penanganan makanan dan pemeliharaan fasilitas makanan dan
sanitasi, hanya saja perlu memperbaiki bagian-bagian yang dianggap kritis sebagai penyebab terjadinya bahaya asal makanan foodborne hazard. Nilai penerapan GRP ini hanya bersifat
uji coba karena belum tersedianya standar dan pedoman inspeksi yang sesuai dengan kondisi industri ritel di Indonesia pada umumnya.
2. Parameter GRP yang telah dilaksanakan oleh Hero Gatsu adalah sumber perolehan produk
pangan; kesesuaian kegiatan operasional dengan prosedur yang berlaku; pemberitahuan kepada konsumen; pembuangan limbah; kebersihan personal; kegiatan penyimpanan,
pemajangan, atau pelayanan; fasilitas makanan permanen; dan syarat tanda. 3.
Parameter Aspek Mayor GRP yang belum berjalan dengan baik adalah penguasaan pengetahuan; sertifikasi keamanan pangan; makan, mencicipi produk, minum, dan merokok
di lokasi dan kondisi yang tepat; tangan bersih dan dicuci dengan tepat; penggunaan sarung tangan; waktu sebagai pengendali kesehatan publik; prosedur dan arsip rekaman;
permukaan yang kontak langsung dengan makanan: bersih dan tersanitasi; tersedianya air dingin dan air panas; tidak ada hewan pengerat, serangga, burung, atau hewan pengganggu
lainnya. 4.
Parameter Aspek Minor GRP yang belum berjalan dengan baik adalah PIC berada pada lokasi kerja; pencucian buah dan sayuran segar sebelum proses persiapan khusus produk
prepackaged ; permukaan yang tidak kontak langsung dengan makanan; kondisi kebersihan
dan pemeliharaan fasilitas pembersihan pencucian; kondisi kebersihan dan pemeliharaan peralatan atau perlengkapan; kondisi ventilasi dan penerangan; penggunaan dan
penyimpanan kain lap; kondisi fasilitas toilet; kondisi ruangan beserta bagian-bagiannya; area peletakkan barang-barang karyawan atau alat-alat kebersihan.
B. SARAN
1. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sudah seharusnya membuat GRP dan
pedoman inspeksi sebagai langkah-langkah mewajibkan bagi industri ritel dan bukan lagi bersifat sukarela atau voluntary. Tujuannya yaitu untuk menjamin peredaran produk pangan