Hasil dan Pembahasan Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia

August 80.36 77.65 75.89 77.87 81.2 80.37 September 79.1 77.54 75.44 77.98 82.39 80.06 October 78.94 78.03 75.04 79.06 75.61 79.96 November 77.7 77.92 75.29 78.59 93.5 79.99 December 80.54 78.41 74.75 78.21 79.28 83.41 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan data diolah Kinerja intermediasi perbankan yang tertahan berdapak pada penurunan profitablitas dan efisiensi yang tercermin pada rasio ROA yang menurun pada tabel 4.1 dan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO yang meningkat. Pada tabel 4.3 terlihat kenaikan rasio BOPO tertiggi pada tahun 2014 bulan November dengan nilai 93,5 persen dan terendah di bulan Januari 2014 dengan nilai 70,43 persen. Data selanjutnya yang akan ditampilkan adalah data makroekonomi pada periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2015, yakni sebagai berikut: Tabel 4.5 Pertumbuhan Industrial Production Index di Indonesia dalam persen Month Indeks Produksi Bulanan Industri Besar dan Sedang 2010 2011 2012 2013 2014 2015 January 96.59 101.66 102.76 113.91 117.32 123.33 February 97.28 98.06 105.63 112.31 116.60 119.67 March 101.37 105.86 102.46 112.58 116.80 125.46 April 101.44 102.19 103.38 114.12 117.25 127.11 May 100.90 105.63 108.31 115.78 120.16 123.03 June 104.72 107.23 109.79 113.34 120.22 126.26 July 100.93 109.45 111.41 115.28 117.05 122.21 August 101.12 103.10 100.78 113.37 120.13 127.01 September 92.32 104.12 109.61 116.36 127.74 130.31 October 100.77 107.59 118.17 118.05 124.37 131.09 November 101.72 101.35 114.13 116.20 121.73 128.64 December 100.83 102.89 114.12 117.36 124.94 126.22 Tabel 4.6 Pertumbuhan Inflasi di Indonesia Month Inflasi dalam persen 2010 2011 2012 2013 2014 2015 January 3.72 7.02 3.65 4.57 8.22 6.96 February 3.81 6.84 3.56 5.31 7.75 6.29 March 3.43 6.65 3.97 5.90 7.32 6.38 April 3.91 6.16 4.50 5.57 7.25 6.79 May 4.16 5.98 4.45 5.47 7.32 7.15 June 5.05 5.54 4.53 5.90 6.70 7.26 July 6.22 4.61 4.56 8.61 4.53 7.26 August 6.44 4.79 4.58 8.79 3.99 7.18 September 5.80 4.61 4.31 8.40 4.53 6.83 October 5.67 4.42 4.61 8.32 4.83 6.25 November 6.33 4.15 4.32 8.37 6.23 4.89 December 6.96 3.79 4.30 8.38 8.36 3.35 Tabel 4.7 Pertumbuhan BI Rate di Indonesia Month BI Rate dalam persen 2010 2011 2012 2013 2014 2015 January 6.50 6.50 6.00 5.75 7.50 7.50 February 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50 March 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50 April 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50 May 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50 June 6.50 6.75 5.75 6.00 7.50 7.50 July 6.50 6.75 5.75 6.50 7.50 7.50 August 6.50 6.75 5.75 7.00 7.50 7.50 September 6.50 6.75 5.75 7.25 7.50 7.50 October 6.50 6.50 5.75 7.25 7.50 7.50 November 6.50 6.00 5.75 7.25 7.75 7.50 December 6.50 6.00 5.75 7.50 7.75 7.50 Tabel 4.8 Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG di Indonesia dalam persen Month Indeks Harga Saham Gabungan IHSG 2010 2011 2012 2013 2014 2015 January 2.61 3.41 3.94 4.45 4.42 5.29 February 2.55 3.47 3.99 4.80 4.62 5.45 March 2.97 3.68 4.12 4.94 4.77 5.52 April 2.80 3.82 4.18 5.03 4.84 5.09 May 2.91 3.84 3.83 5.07 4.89 5.22 June 3.07 3.89 3.96 4.82 4.88 4.91 July 3.07 4.13 4.14 4.61 5.09 4.80 August 3.08 3.84 4.06 4.20 5.14 4.51 September 3.50 3.55 4.26 4.32 5.14 4.22 October 3.64 3.79 4.35 4.51 5.09 4.46 November 3.53 3.72 4.28 4.26 5.15 4.45 December 3.70 3.82 4.32 4.27 5.23 4.59 Data diolah Tabel 4.9 Pertumbuhan Nilai Tukar di Indonesia Month Nilai Tukar dalam persen 2010 2011 2012 2013 2014 2015 January 95.57 98.82 99.44 92.29 73.2 70.89 February 95.88 101.44 98.51 92.58 76.93 69.58 March 98.19 102.77 97.49 92.09 78.48 68.4 April 99.31 104.39 97.39 92.06 77.61 69.18 May 97.49 104.84 93.57 91.31 77.08 67.75 June 98.54 104.11 94.41 90.14 74.78 67.13 July 99.98 105.2 94.36 87.08 77.22 66.39 August 98.99 104.34 93.62 81.93 76.38 63.81 September 100.29 101.44 93.35 77.07 73.29 61.06 October 100.25 101.3 93.08 79.67 74.08 65.62 November 99.3 97.6 93.18 74.73 73.38 64.67 December 99.54 98.7 92.55 73.43 71.95 64.88

B. Analisis Pengujian Statistik

1. Uji Stasioneritas

Langkah pertama dalam melakukan analisis data time series yaitu uji stasioneritas dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang diuji stasioner atau tidak. Uji stasioner data dapat dilakukan dengan menggunakan uji akar unit yaitu dengan menggunakan augemted dickey-fuller ADF pada derajat yang sama level atau difference senigga diperoleh suatu data yang stasioner. Pada penelitian ini menggunakan uji augemted dickey-fuller ADF. Berikut adalah hasil uji stasioneritas dengan menggunakan augemted dickey-fuller ADF dari setiap data: Tabel 4.11 Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkat level Variabel ADF Statistik ket. t-statistic critical values 5 prob ROA -3.192560 -2.902953 0.0245 Stasioner FDR -2.665924 -2.902953 0.0851 Stasioner BOPO -5.586259 -2.902953 0.0000 Tidak Stasioner Industrial Production Index -0.564950 -2.904198 0.8708 Tidak Stasioner Inflasi -2.802051 -2.903566 0.0631 Tidak Stasioner BI Rate -1.168273 -2.903566 0.6857 Tidak Stasioner IHSG -2.271200 -2.902953 0.1840 Tidak Stasioner Nilai Tukar 0.467618 -2.902953 0.9844 Tidak Stasioner Sumber: output eviews data diolah Berdasarkan tabel uji stasioneritas dengan uji ADF pada tigkat level diatas. Dengan menggunakan critical value 5 hanya nilai ADF t-statistik ROA dan BOPO yang lebih besar dari critical value nya dengan masing-masing nilai -3.192560 untuk ROA dan -5.586259 untuk BOPO sehingga dapat dikatakan stasioner kedua variabel tersebut karena lebih besar dari nilai critical value -2.902953. Sebaliknya variabel lainnya tidak stasioner dengan data sebagai berikut, nilai FDR t-statistic -2.665924 critical value -2.902953 kemudian Industrial Production Index t-statistic -0.564950 critical value -2.904198, untuk Inflasi t-statistic - 2.802051 critical value -2.903566, BI Rate t-statistic -1.168273 critical value - 2.903566, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG t-statistic -2.271200 critical value -2.902953, Nilai Tukar t-statistic 0.467618 critical value -2.902953 dan pada variabel Harga Minyak Mentah Dunia nilai t-statistic -0.870460 critical value - 2.903566. maka variabel Industrial Production Index, Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dan Nilai Tukar dapat dikatakan tidak stasioner uji ADF pada tingkat Level. Oleh karena itu perlu dilakukan proses 1 st difference karena untuk mengetahui variabel lainnya stasioner atau tidak. Pada tabel berikut merupakan hasil uji stasioneritas ADF pada tingkat 1 st difference. Tabel 4.12 Uji stasioneritas ADF tingkat 1st difference Variabel ADF Statistik ket. t-statistic critical values 5 prob ROA -9.398586 -2.903566 0.0000 Stasioner FDR -9.907723 -2.903566 0.0001 Stasioner BOPO -12.779420 -2.903566 0.0001 Stasioner Industrial Production Index -7.993599 -2.904848 0.0000 Stasioner Inflasi -5.446375 -2.903566 0.0000 Stasioner BI Rate -4.797646 -2.903566 0.0002 Stasioner IHSG -8.282740 -2.903566 0.0000 Stasioner Nilai Tukar -8.088535 -2.903566 0.0000 Stasioner Sumber: output eviews data diolah Asumsi uji ADF jika t-statistic critical value = tidak stasioner, dan ADF t- statistic critical value = stasioner. Dengan keterangan asumsi tersebut, maka dapat dinyatakan semua variabel penelitian diantaranya ROA, FDR, BOPO, Industrial Production Index IPI, Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan dan Nilai Tukar dapat dinyatakan stasioner pada tingkat 1 st difference karena semua nilai t- statistic critical value. Maka penelitian dapat dilanjutkan dengan uji berikutnya.

2. Uji Lag Optimal

Permasalahan yang terjadi pada uji stasioneritas adalah penentuan lag yang optimal. Pada pendekatan VAR maupun VECM sangat sensitif tehadap panjangnya lag yang digunakan. Penentuan panjangnya lag dimaksudkan untuk mengetahui panjangnya periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun variabel endogen lainnya. Untuk menentukan panjang lag yang optimal dapat dilihat dari beberapa criteria yaitu: Final Prediction Error FPI Akaike Information Creterion AIC, Schwarz Information Criterion SC dan Hanna-Quinn Information Criterion HQ. hasil uji panjang lag optimal dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.13 Hasil Penetapan Lag Optimal Lag LR FPE AIC SC HQ NA 79.14429 29.91215 30.20830 30.02933 1 738.9524 0.002123 19.36598 22.32751 20.53786 2 106.1262 0.002955 19.57293 25.19983 21.79951 3 66.63577 0.008496 20.28223 28.57450 23.56350 4 109.8502 0.005227 19.03846 29.99612 23.37443 5 78.74440 0.006431 17.70664 31.32967 23.09731 Pada tabel 4.13 dapat dilihat hasil uji lag tersebut memberikan rekomendasi lag yang berbeda-beda. Terlihat bahwa dengan criteria FPE, SC dan HQ kandidat yang disarankan adalah lag 1, dapat dilihat dari tanda bintang yang paling banyak. Dengan demikian lag optimal yang disarankan adalah lag 1.

3. Uji Kointegrasi

Pengujian kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang antar variabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi yaitu dimana semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat satu 1 st