2. Rasio aktivitas, adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio ini meliputi:
a. Fixed Asset Turnover FAT adalah kemampuan aktivitas efisiensi dana yang tertanam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode tertentu
dengan jumlah keseluruhan aktiva. b. Total Asset Turnover adalah rasio yang menunjukan kemampuan dana yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan bank dalam mengelola sumber dana dalam menghasilkan
pendapatan revenue 3. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang menunjukan tingkat efektivitas yang
dicapai melalui usaha operasional bank, yang meliputi: a. Profit margin, adalah gambaran efisiensi suatu bank dalam menghasilkan
laba. b. Return on Asset adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam
mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. ROA adalah gambaran produktifitas bank dalam
mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan. 4. Rasio biaya adalah menunjukan tingkat efisiensi kinerja operasional bank.
D. Profitabilitas
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sylvia
16
mengungkapkan bahwa tingkat profitabilitas merupakan hal penting bagi sebuah bank dan menjadi salah satu
indikator untuk mengukur kinerja keuangan suatu bank, karena profitabilitas menjadi faktor penentu kelanjutan sebuah bank agar dapat terus berkembang secara
berkelanjutan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan total aset maupun modal sendiri. Sasaran yang
akan dicapai adalah laba perusahaan. Tujuan analisis profitabilitas yaitu untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba yang berhubungan dengan aset maupun modal. Tingkat profitabilitas biasanya dinyatakan dalam persentase menggunakan rasio, rasio
profitabilitas merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan bank berdasarkan perhitungan rasio berdasarkan analisis kuantitatif yang menunjukan
hubungan antar unsur dalam laporan laba rugi dan neraca. Salah satu rasio profitabilitas yang digunakan bank pada umumnya adalah Return on Asset ROA.
Return on Asset ROA adalah rasio profitabilitas yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola asset yang dimilikinya. Rasio ini menjadi
gambaran dari tingkat produktifitas yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA yang baik adalah sekitar 1,5 persen. Semakin
16
Sylvia Nur Indahsari, “Analisis Faktor Makroekonomi yang mempengaruhi profitabilitas Bank studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia persero Tbk.,” Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya,
2015, h. 6.
besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
1211DPNP tanggal 31 Maret 2010: ROA=
Laba Sebelum Pajak Rata rata Total Aktiva
100 Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak,
sedangkan rata-rata total aset merupakan rata-rata volume usaha atau aktiva. Perhitungan ROA terdiri dari
17
: 1 Menghitung Earning Before Tax EBT laba perusahaan bank sebelum
dikurangi pajak 2 Menghitung keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank yang terdiri dari aktiva
lancar dan aktiva tetap.
17
Siti uhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di Indonesia Periode September 2010
– September 2015”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016, h. 37
E. Likuiditas
Menurut Santosa
18
kinerja likuiditas, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan permohonan
kredit atau pembiyaan dengan cepat. Pemenuhan kemampuan likuiditas bank dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya persyaratan yang ditetapkan oleh
pemerintah dan dilema antara likuiditas dengan profitabilitas. Likuiditas yang tinggi mengakibatkan kas menganggur semakin tinggi, ini akan merugikan bank yang
bersangkutan karena profitabilitasnya akan semakin rendah. Likuditas bersifat rentan dan dapat secara tiba-tiba terkuras dari suatu bank.
Kesulitan likuditas pada suatu bank dapat menjalar pada bank lain sehingga menimbulkan risiko sistematik. Kejutan shock dapat mendorong terciptanya spiral
likuditas yang menyebabkan hilangnya likuditas dan terbentuknya krisis keuangan. Belajar dari historis, krisis perbankan yang terjadi selama ini terutama disebabkan
oleh krisis likuditas bank yang menyebabkan terjadinya gagal bayar bank terhadap sebagain besar kewajibannya
19
. Likuiditas adalah faktor lain yang menentukan tingkat kinerja perbankan.
Likuiditas mengacu pada kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya,
18
Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Bank Syariah Mandiri Periode Mei 2005
– Oktober 2007”, Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, h. 28
– 29.
19
Zulkarnain Sitompul dkk, “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Januari 2014, h. 248.
terutama dari deposan. Menurut Dang
20
rasio keuangan yang paling umum yang mencerminkan posisi likuiditas bank adalah total kredit dibagi simpanan nasabah.
Likuidity dicerminkan dalam rasio Loan to Deposit Ratio LDR. LDR merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
oleh bank. Menurut Kartika
21
tingkat LDR menunjukan adanya risiko likuditas liquidity risk yang kemungkinan akan dihadapi oleh bank. Risiko likuiditas adalah
risiko yang dihadapi bank dalam menyediakan alat-alat likuid untuk dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dan kewajiban lain serta kemampuan memenuhi
permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadinya penangguhan. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank yang dapat dirumuskan sebagai
berikut: LDR=
Jumlah Kredit yang Diberikan Total Dana Pihak Ketiga KLBI Modal Inti
100
LDR digunakan untuk untuk mengukur kemampuan melempar dana berdasarkan sumber tertentu. Semakin tinggi angka rasio LDR, maka semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank tersebut. karena sebagian besar dana bank tertanam pada pinjaman. Jika ada penarikan dana oleh deposan, bank bisa mengalami kesulitan. Di
lain pihak, semakin tinggi angka ini, semakin besar profitabilitas bank tersebut,
20
Uyen Dang, “The CAMEL Rating System in Banking Supervision: a Case Study of Arcada” University of Applied Sciences, International Bussiness.
21
Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Ban
k Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun 2006, h. 49.