68
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis buku harian yang sesuai dengan kompetensi dasar. Ada beberapa alasan peneliti memilih kelas VII B SMP Negeri
3 Kudus sebagai subjek penelitian keterampilan menulis buku harian. Alasan yang berdasarkan pada observasi adalah 1 hasil pembelajaran kelas VII B dalam
keterampilan menulis buku harian belum sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal, 2 siswa kurang memiliki minat dan motivasi dalam pembelajaran
menulis buku harian karena belum menggunakan teknik dan media pembelajaran yang variatif.
Alasan lain yang menyebabkan peneliti memilih kelas VII B SMP Negeri 3 Kudus sebagai kelas yang diteliti yaitu, 1 materi pembelajaran menulis buku
harian tercantum pada materi di kelas VII B yang tercantum dalam kurikulum 2006 KTSP, 2 Lokasi SMP Negeri 3 Kudus berdekatan dengan tempat tinggal
peneliti, sehingga mudah dalam berkomunikasi dan koordinasi pengambilan data penelitian.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel keterampilan menulis buku harian dan variabel keterampilan teknik peta pikiran dan media foto.
3.3.1 Variabel Keterampilan Menulis Buku Harian
Menulis buku harian Diary merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis seseorang sekaligus dapat menyalurkan
emosi. Kemampuan merangkai kata, mencurahkan ide-ide dalam bentuk tulisan akan semakin bagus kalau seseorang rajin menulis buku harian. Dengan buku
harian, seseorang bebas berkomentar tentang segala hal yang dilihat dan
69
dirasakan. Buku harian dapat menjadi rangkum proses kreativitas dalam menulis Dejurnale 2006:1.
Siswa diharapkan terampil menulis buku harian sesuai aspek penilaian yaitu 1 kualitas isi, 2 kelengkapan unsur buku harian dengan bahasa yang baik
dan benar, 3 ejaan dan tanda baca, 4 pilihan kata, 5 keefektifan kalimat, 6 kohesi dan koherensi, dan 7 kerapian tulisan. Selain tujuh aspek itu siswa juga
dituntut untuk mampu menuliskan pokok-pokok pengalaman pribadi sesuai dengan foto, selain dituntut mampu menuliskan pokok-pokok pengalaman pribadi
dengan bahasa yang baik dan benar, siswa juga dituntut mampu menggunakan bahasa yang ekspresif. Kriteria ketuntasan minimal dapat dikatakan berhasil
apabila siswa mencapai nilai 70.
3.3.2 Variabel Pembelajaran Teknik Peta Pikiran dengan mind map
melalui Media Foto
Teknik peta pikiran adalah cara terbaik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum mulai menulis. Pemetaan pikiran bisa dikatakan jaminan
hilangnya ingatan yang dihadapi penulis. Pada teknik peta pikiran, siswa akan mencatat menggunakan kata kunci keyword dan gambar. Perpaduan dua hal tadi
akan membentuk sebuah asosiasi di kepala siswa dan ketika siswa melihat gambar tersebut maka akan terjelaskan ribuan kata yang diwakili oleh kata kunci dan
gambar tadi. Dalam membuat peta pikiran juga disarankan menggunakan warna. Cara
ini akan mempermudah siswa untuk menyusun pokok pikiran yang berbeda serta memperkuat efek asosiasi yang dibentuk oleh kata kunci-gambar-warna. Dengan
70
demikian peta pikiran menjadi cara mencatat yang mengakomodir cara kerja otak siswa secara natural. Berbeda dengan catatan konvensional yang ditulis dalam
bentuk daftar panjang ke bawah, maka peta pikiran mengajak siswa untuk membayangkan suatu subjek sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan. Jika
menggunakan catatan konvensional, siswa harus menghafal daftar panjang yang siswa buat dan seringkali ada yang terlewati. Sebaliknya dengan peta pikiran,
secara mental siswa membangun sebuah gambar yang dapat dibayangkan. Ketika gambar tersebut muncul dalam benak siswa, maka seluruh penjelasan yang
terkandung di dalamnya akan terjelaskan. Media foto seperti halnya bentuk visual lainnnya dapat ditemukan dari
berbagai sumber, seperti surat kabar, majalah, brosur, dan buku-buku. Dengan demikian, foto dapat diperoleh dengan mudah untuk digunakan secara efektif
sebagai media pembelajaran. Sebagai media pembelajaran, foto haruslah dipilih dan digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan
demikian foto bisa memenuhi fungsinya untuk membangkitkan motivasi dan minat siswa, mengembangkan kemampuan siswa berbahasa, dan membantu siswa
menafsirkan serta mengingat isi pelajaran yang berkenaan dengan foto tersebut. Penggunaan media foto sangat mudah, siswa hanya melihat secara sepintas foto-
foto berdasarkan apa yang pernah dialami siswa dan sekaligus mengingat- mengingat kronologis peristiwa yang pernah terjadi pada waktu itu. Kemudian
siswa menuliskan peristiwa yang pernah terjadi dalam foto tersebut sesuai dengan foto yang ada dihadapannya. Selain itu, siswa menulis peristiwa yang pernah
dialami secara kronologis dalam urutan waktuurutan kejadian. Setelah siswa
71
menulis, baru kemudian hasil tulisan dicocokan dengan cara memperhatikan beberapa foto yang telah dipilih sesuai dengan kejadian yang sebenarnya secara
seksama. Dengan penggunaan media foto proses pembelajaran menjadi lebih konkret. Siswa menjadi lebih mudah mendapatkan ide cerita dan
mengorganisasikannya serta menuliskannya sesuai dengan urutan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media foto dalam pembelajaran menulis buku
harian cukup efektif dan efisien. Saat mengingat foto, kualitas menulis sangat bergantung pada kemampuan berpikir otak. Kerja sama kedua belahan otak otak
kanan dan otak kiri yang optimal akan meningkatkan kualitas tulisan yang baik. Teknik peta pikiran dan media foto berperan sebagai katalisator pemicu kerja
sama dengan kedua belahan otak. Makin optimal kerja sama kedua belahan otak, maka makin optimal pula tulisan yang dihasilkan. Dengan demikian,
pembelajaran menulis buku harian dengan menggunakan teknik peta pikiran melalui media foto akan meningkatkan keterampilan menulis siswa.
3.4 Instrumen Penelitian