Manfaat dan tujuan Punishment Teori hukuman

62 Berdasarkan berbagai pendapat tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian punishment kepada siswa, peneliti mengambil beberapa kriteria dalam pemberian hukuman kepada siswa, yaitu: a. Hukuman diberikan pada saat awal setelah kejadian b. Hukuman diberikan dengan adanya penjelasan c. Usaha meminimalisir kesalahan yang akan terjadi d. Adanya hukuman yang lebih berat bila kesalahan yang sama dilakukan e. Memberikan hukuman sesuai dengan kesalahan siswa f. Konsisten dalam memberikan hukuman g. Memastikan bahwa hukuman yang akan diberikan tidak diinginkan Yang perlu diingat bahwa dalam pemberian hukuman, bukan pelaku yang dihukum melainkan perbuatannya, dalam hal ini adalah memberikan hukuman bukan berdasarkan siapa yang melakukan namun apa yang dilakukan. Dan bertujuan supaya perbuatan itu tidak lagi terulang kembali. Dan hukuman hendaknya relevan dengan pelanggaran yang ditimbulkan.

5. Manfaat dan tujuan Punishment

Sue Cowley 2010:104 menjelaskan bahwa punishment bermanfaat karena: a. Memberikan jalan kepada kita untuk membuat siswa tetap mematuhi batasan yang sudah kita tetapkan. 63 b. Sanksi membuat aturan menjadi jelas, misalnya “jika kamu melakukan A, maka penghargaanya B; jika kamu melakukan X, maka sanksinya adalah Y. c. Sanksi membantu mengajarkan tata krama sosial kepada siswa peraturan tertulis dan tidak tertulis dan kode moral yang berlangsung di masyarakat kita. Rachlin, 1966 dalam Arikunto, 1990:169 mengemukakan bahwa hukuman dapat menyebabkan timbulnya dua jenis akibat, yaitu 1 efek emosional sementara, dan 2 efek instrumental jangka panjang. Efek emosional sementara adalah efek hukuman yang merupakan rasa tidak enak atau tidak nyaman di hati subjek yang mendapat hukuman “terhukum” tetapi sifatnya hanya sementara. Jika hanya efek ini yang diperoleh siswa, berarti hukuman itu tidak atau kurang efektif karena tindakan yang menyebabkan timbulnya hukuman tersebut akan dapat diulangi lagi, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Efek instrumental jangka panjang adalah efek hukuman yang menyebabkan subjek yang menerima hukuman tidak mau lagi melakukan tindakan serupa. Dengan kata lain yang dimaksud dengan “efek instruental jangka panjang” merupakan sesuatu yang tumbuh dalam diri anak sebagai alat pengontrol agar tidak mau lagi mengulangi perbuatan yang menyebabkan timbulnya hukuman. Arikunto 1990:171 hukuman bertujuan untuk menurunkan frekuensi atau mengurangi banyaknya perilaku yang menyimpang dengan cara memberikan kepada subjek yang berbuat salah dengan sesuatu yang menyebabkan dirinya tidak menyikuainnya sehingga tidak mengulangi kesalahannya lagi.

6. Teori hukuman

Arikunto 1990:168-171 Banyak diantara para ahli psikologi antara lain Good dan Brophy, 1980 yang tertarik untuk mempelajari dan mengadakan 64 penelitian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan hukuman. Dari teori tersebut dilahirkan berbagai teori tentang hukuman sebagai berikut: a. Teori kerenggangan Teori ini mengatakan bahwa dengan diberikannya hukuman kepada subjek yang melakukan kesalahan tindakan akan menyebabkan hubungan rangsang reaksi S-R bond antara tindakan salah dengan hukuman menjadi renggang. Demikian juga dengan individu tersebut akan menjadi renggang dengan tindakan menyimpang itu. Sebagai contoh, di kelas seorang siswa berteriak mengajukan pertanyaan kepada guru tanpa melalui prosedur mengacungkan tangan. Siswa tersebut mendapat bentakan dari guru sebagai akibat dari perbuatannya itu. Dengan kejadian itu maka akan terjadi hubungan yang renggang antara rangsang-reaksi yaitu antara mengajukan pertanyaan tanpa prosedur dengan bentakan, yang diupayahkan dengan hubungan yang renggang antara anak dengan keinginan bertanya tanpa prosedur yang betul. b. Teori penurunan Teori ini mengatakan bahwa dengan diberikannya hukuman kepada subjek yang melakukan kesalahan tindakan, subjek tersebut akan mengurangi atau menurunkan frekuensi tindakan negatif tersebut. 65 Sebagai contoh: siswa yang lupa membawa alat-alat tulis diberi hukuman oleh guru harus mengerjakan tugas di papan tulis. Maju ke depan kelas kadang-kadang merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh anak karena mungkin mereka merasa malu. Dengan hukuman semacam itu maka siswa akan berusaha mengurangi frekuensi keteledoran tidak membawa alat-alat tulis ke sekolah. c. Teori penjeraan Teori ini mengatakan bahwa jika subjek mendapat hukuman tidak akan mengulangi lagi perbuatan yang menyebabkan timbulnya hukuman semula. Penjelasan mengenai bagaimana dan mengapa subjek tersebut dapat menjadi jera. Hukuman merupakan sesuatu yang tidak enak dirasakan yang dapat diibaratkan sebagai “pil pahit”. Oleh karena rasanya pahit itulah maka subjek yang mendapat hukuman yang telah merasakan sendiri pahitnya pil tidak ingin mendapatkan hukuman lagi dan untuk itu mereka harus menghindari pengulangan terjadinya perbuatan yang berhubungan dengan hukuman itu. d. Teori sistem motivasi Teori yang mengatakan bahwa jika individu mendapat hukuman maka akan terjadi perubahan dalam sistem motivasi dalam diri individu. Perubahan yang terjadi dalam sistem motivasi tersebut mengakibatkan individu untuk mengurangi atau menurunkan frekuensi perilaku atau tindakan yang berhubungan dengan timbulnya hukuman yang bersangkutan. 66 e. Teori hukuman alam Teori ini dikenal juga dengan hukuman model Rousseau karena diteorikan oleh Rousseau seorang ahli pendidikan sebelum abad pertengahan. Rousseau berpendapat bahwa apabila anak melakukan kesalahan tingkah laku, pendidik tidak perlu memberikan hukuman karena alam sendirilah yang akan menghukumnya. Sebagai contoh: anak tidak mau belajar, nilainya akan rendah; anak bangun kesiangan, alat-alat sekolahnya akan ketinggalan; jika bermain- main dengan pisau ada kemungkinan tergores, dan lain-lain contoh yang menunjukan hubungan sebab-akibat seperti yang terjadi dalam hukum alam.

E. Pengaruh Keteladanan Guru, Reward, dan Punishment terhadap