PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA POWER POINT DISERTAI ANIMASI DAN MODUL DILENGKAPI ALAT PERAGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

(1)

BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Pendidikan Sains

Minat Utama Fisika

Oleh:

Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo S.830905007

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008


(2)

ii

BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007)

Disusun oleh:

Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo S.830905007

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ... ... NIP 130814560

Pembimbing II Drs. Haryono, M.Pd. ... ... NIP 130529712

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Sains,

Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 130814560


(3)

iii

BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007)

Disusun oleh:

Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo S.830905007

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal: ...

Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua : Dr. Ashadi ...

Sekretaris : Dra. Suparmi, MA, Ph.D ...

Anggota Penguji : 1. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ... 2. Drs. Haryono, MPd. ...

Surakarta. ... Mengetahui:

Direktur PPS UNS Ketua Program Studi

Pendidikan Sains,

Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 131427192 NIP 130814560


(4)

iv

NIM : S830905007

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Media Power Point Disertai Animasi dan Modul Dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kreativitas Siswa (Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Juli 2008 Yang membuat pernyataan,


(5)

v

karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang peneliti hormati:

1. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Direktur PPs UNS yang telah memberikan izin penyusunan tesis ini;

2. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Sains sekaligus bertindak sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga tesis ini dapat diselesaikan;

3. Drs. Haryono, M.Pd. selaku pembimbing II tesis ini yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga tesis ini dapat diselesaikan;

4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Sains yang telah banyak memberikan pendalaman ilmu dan masukan berharga demi kesempurnaan tulisan ini;

5. Segenap karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberi bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.


(6)

vi

kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi;

7. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, terutama Mas Wahyu Hari Kristiyanto, Bu Erwin, Mbak Sri Lestari atas partisipasi dan kerjasamanya dalam bentuk diskusi dan sharing idea dengan penulis.

8. Secara pribadi, terima kasih yang sedalam-dalamnya disampaikan kepada isteriku terkasih Bernadetha Sri Hardiyanti, S.Pd. dan anak-anakku tercinta Dominico Bertho Dyan Utama dan Emanuel Christiantony Dyan Utama yang selalu memberikan dorongan, baik moril maupun spirituil, semangat dan pengorbanan yang tiada henti. Tanpa semangat dan motivasi mereka, tesis ini tidak akan terselesaikan.

Akhirnya, penulis hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Juli 2008


(7)

vii

Optimisme adalah keyakinan yang membawa pada pencapaian. Tak ada yang dapat dilakukan tanpa harapan dan kepercayaan diri

(Helen Keller)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh

(Confusius)

The challenge is a gold chance Tantangan adalah sebuah peluang emas


(8)

viii

Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk:

Ayahnda (almarhum) yang kukagumi teladannya Ibunda yang penuh perhatian

Isteriku dan anak-anakku tercinta yang senantiasa setia menemaniku dalam doa.


(9)

ix

JUDUL ………..… i

PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN PENGUJI TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

ABSTRAK ... xix

ABSTRACT ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah... 10

D. Perumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ……… 14

A. Kajian Teori ... 14

1. Hakikat Belajar... 14

2. Hakikat Pembelajaran ... 19


(10)

x

a. Multimedia Berbasis Komputer ... 36

b. Media Pembelajaran Yang Tidak Diproyeksikan ... 37

c. Power Point dan Animasi ... 39

d. Modul dan Alat Peraga Fisika Sederhana ... 40

4. Hakikat Kreativitas ... 41

5. Hakikat Prestasi Belajar... 50

6. Materi Pembelajaran Fisika... 51

B. Penelitian yang Relevan ... 56

C. Kerangka Berpikir ... 57

1. Pengaruh Media Power Pointdisertai Animasi dan Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika... 57

2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika... 59

3. Interaksi antara Media Power Point disertai Animasi , Modul dilengkapi Alat Peraga dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika... 60

D. Pengajuan Hipotesis ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 63

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 63

B. Metode Penelitian ... 63

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 64

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 66

E . Instrumen Penelitian... ... 67

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian, dan hasilnya ... 69


(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 74 A. Deskripsi Data ... 74

1. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan MediaPower Pointdisertai Animasi (Kolom 1 =

A1) ... 75 2. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan

Media Modul dilengkapi Alat Peraga (Kolom 2 =

A2)... 76 3. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki

Kreativitas Tinggi (Baris 1 = B1)... 78 4. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Memiliki

Kreativitas Rendah (Baris 2 = B2)... 79 5. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan

MediaPower Pointdisertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 1 =

A1B1)... 81 6. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan

MediaPower Pointdisertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 2 =

A1B2)... 82 7. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan

Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (Sel 3 =

A2B1)... 84 8. Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan

Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (Sel 4 =

A2B2)... 85 B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 87


(12)

xii

C. Pengujian Hipotesis ... 94

1. Pengaruh MediaPower Pointdisertai Animasi dan Media Modul dilengkapi Alat Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika... 95

2. Pengaruh Kreativitas Tinggi dan Kreativitas Rendah terhadap Prestasi Belajar Fisika... 95

3. Interaksi antara Media Power Point disertai Animasi , Modul dilengkapi Alat Peraga dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika... 96

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105

E. Keterbatasan Penelitian ... 111

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 113

A. Simpulan... ... 113

B. Implikasi Penelitian... 114

C. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ………. 120


(13)

xiii

1 Daftar Nilai Murni Fisika Kelas X Semester 1 2005/2006... 2 2 Penetapan Perlakuan Tiap Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. 67 3 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)... 75 4 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)... 77 5 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)... 78 6 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)... 80 7 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi

Kelompok Siswa yang Memiliki KreativitasTinggi (A1B1).... 81 8 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2)...

83 9 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi

Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1) 84 10 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi

Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A2B2).... 86 11 Rangkuman Hasil ANAVA Dua Jalan pada Desain Faktorial 2x2 94


(14)

xiv

1 Alur Berpikir... 61 2 Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x 2 ... 64 3 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Power Pointdisertai Animasi (A-1)... 76 4 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)... 77 5 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)... 79 6 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Memiliki Kreativitas Rendah (B-2)... 80 7 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi

Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A1B1)... 82 8 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi bagi

Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Rendah (A1B2).. 83 9 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi

Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (A2B1)... 85 10 Histogram Frekuensi Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa yang

Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga bagi


(15)

xv

Lampiran 1A. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak

Melingkar (Sebelum Ujicoba)... 124

Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Fisika mengenai Gerak Melingkar (Setelah Ujicoba)... 125

1B. Kisi-kisi Tes Kreativitas Verbal... 126

Lampiran 2A. Tes Prestasi Belajar Fisika... 127

2B. Tes Kreativitas Verbal... 139

Lampiran 3A. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tes Prestasi Belajar Fisika... 150

Lampiran 3B. Hasil Analisis Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Fisika... 156

Lampiran 4A. Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Media Power Point disertai Animasi ... 159

Lampiran 4B. Pola Urut (Matrik) Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga ... 160

Lampiran 5. Silabus ... 161

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 163

Lampiran 7. Data Induk Penelitian (Skor Tes Prestasi Belajar Fisika)... 170

Lampiran 8A. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi (A-1)(Kelas Eksperimen)... .... 171

8B. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga (A-2)(Kelas Pembanding).. ... 173

8C. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Memiliki Kreativitas Tinggi (B-1)... 175


(16)

xvi

8E. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi untuk Yang Memiliki

Kreativitas Tinggi (A1B1/Sel-1) ... 179 8F. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi

Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Power Point disertai Animasi untuk Yang Memiliki

Kreativitas Rendah (A1B2/Sel-2)... 180 8G. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi

Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Yang Memiliki

Kreativitas Tinggi (A2B1/Sel-3)... 181 8H. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Prestasi

Belajar Fisika dari Siswa yang Diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk Yang Memiliki

Kreativitas Rendah (A2B2/Sel-4) 182

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians ... 183 Lampiran 10A. Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-2, X-8 SMA

Negeri 7 Surakarta (Kelas Eksperimen)... 185 Lampiran 10B. Hasil Skor Tes Kreativitas Siswa Kelas X-1, X-4 SMA

Negeri 7 Surakarta (Kelas Pembanding/Kontrol)... 186 Lampiran 11. Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Perhitungan

dengan Teknik Statistik Anava Dua Jalan... 187

Lampiran 12. Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif... 189 Lampiran 13A. Rangkuman Besaran-besaran Statistik yang Diperlukan


(17)

xvii

Hipotesis... 193 Lampiran 14A. Media Pembelajaran Fisika dengan Power Point disertai

Animasi ...

202

Lampiran 14B. Media Pembelajaran Fisika dengan Modul dilengkapi Alat Peraga ....

214

Lampiran 15A. Surat Permohonan Ijin Penelitian... 238 Lampiran 15B. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 239


(18)

xviii

Peraga terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kreativitas Siswa (Studi Kasus Konsep Gerak Melingkar pada Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007). Tesis: Program Studi Pendidikan Sains, Minat Utama Fisika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) ada tidaknya pengaruh pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi dan pembelajaran Fisika dengan media modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika; (2) ada tidaknya pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika; dan (3) ada tidaknya interaksi antara pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi, modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 7 Surakarta kelas X semester 1 tahun pelajaran 2006-2007;sedangkan sampel penelitian diambil sebanyak 80 siswa, yang dirinci 40 siswa untuk kelas eksperimen dari kelas X-2 dan X-8 dan 40 siswa yang lain untuk kelas pembanding dari kelas X-1 dan X-4. Sampel tersebut diambil dengan teknik random sampling. Instrumen pelaksanaan penelitian berupa Power Point dan Modul. Teknik pengumpulan data digunakan tes, berupa tes prestasi belajar fisika dan tes kreativitas verbal. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varian Dua Jalur (ANAVA) pada taraf signifikansi α = 0,05.

Hasil analisis menunjukkan bahwa:(1) Terdapat pengaruh pembelajaran Fisika dengan media power pointdisertai animasi dan modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika (Fhitung =17,92 > Ftabel =3,97); (2) Terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar Fisika antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah (Fhitung =144,84 > Ftabel =3,97); (3) Terdapat interaksi pengaruh antara pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi, modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika (Fhitung=21,99 > Ftabel =3,97).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh pembelajaran Fisika dengan media power point disertai animasi dan modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika (xrerata power point= 82,15 > xrerata modul = 67,45); (2) Terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar Fisika antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah; (3) Terdapat interaksi pengaruh antara pembelajaran Fisika dengan media Power Point disertai Animasi, Modul dilengkapi Alat Peraga dan kreativitas siswa.


(19)

xix

Apparatus to Achievement Learn Physics Evaluated From Studennt’s Creativity. (Case Study at Circle Motion Concept on Student Class of X in the First Semester in SMA Negeri 7 Surakarta School’s Year 2006/2007). Thesis. Program Study:Education of Science. Consentration:Physics. Pasca Master of University Sebelas Maret Surakarta.2008

This research aim to know: (1) there is the influence of power point media enclosed Animation and module media completed Apparatus to achievement learn physics; (2) there is the influence of high and low creativity to achievement learn physics; (3) there is the interaction between power point media enclosed Animation, module media completed Apparatus and student’s creativity to achievement learn physics.

This research methodelogy used the experiment method of 2x2 factorial design. This population is the students of SMA Negeri 7 Surakarta, Class X, the First Semester, 2006/2007. The sample of research is taken 80 students. Included 40 students for the experiment from class X-2 and X-8 and 40 another students for the comparison is class X-1 and X-4. This sample is taken with the random sampling technique. Instruments of research set of Power Point enclosed Animation and Module completed Apparatus. The data collecting used the test, included the achievement in learning physics and verbal creativity. Technique analyses data the utilized is Analyst of Varian (ANAVA) two cell band at level of significant α = 0.05.

The result of this research is:(1) There is the influence of media power point and media module to achievement learn physics (Fcalculate=17,92 > Ftable=3,97); (2) There is the influence of high and low creativity to achievement learn physics (Fcalculate=144,84 > Ftable=3,97); (3) There is the the interaction betweenpower point media enclosed Animation, module media completed Apparatus and student’s creativity to achievement learn physics. (Fcalculate=21,99 > Ftable=3,97).

Thereby can be concluded that:(1) There is the influence of Power Point media enclosed Animation and Module media completed Apparatus to achievement learn physics (xaverage power point = 82,15 > xaverage module = 67,45); (2) There is the influence of high and low creativity to achievement learn physics; (3) There is the the interaction between Power Point media enclosed Animation, Module media completed Apparatus and student’s creativity.


(20)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sangatlah dibutuhkan seseorang dalam rangka aktualisasi diri. Pembelajaran yang bermakna diharapkan dapat mengembangkan berbagai aspek, antara lain; kognitif, afektif, psikomotorik, spiritual dan sosial. Agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan adanya sinergisitas antara komponen-komponen yang terkait, antara lain; kurikulum, metode mengajar, sistem belajar, iklim belajar yang sejuk dan menyenangkan, kondusif, serta alat peraga dan media pembelajaran yang representative dan sebagainya.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini diperoleh temuan-temuan baru di berbagai bidang. Dalam proses belajar mengajarpun, sistem pendidikan nasional juga mengalami perubahan kurikulum pendidikan yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan global dan mampu menjawab tantangan zaman serta kebutuhan masyarakat. Sejak Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), hingga pada tahun pelajaran 2006/2007 mulai diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengajaran Fisika di sekolah masih dianggap belum memenuhi harapan. Ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran Fisika itu masih dirasakan dan masih terus dibicarakan..


(21)

Adalah suatu kenyataan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan suatu mata pelajaran yang sulit dipelajari dan dipahami bagi siswa. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena mata pelajaran Fisika tersebut sarat dengan konsep-konsep abstrak yang tidak setiap siswa mudah menangkap dan memahaminya. Realita ini terlihat pada hasil belajar siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006

Tabel.1: Daftar Nilai Murni Fisika Klas X Semester.1 2005/2006.

No Kelas Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai rerata

1 A 42 82 40 59

2 B 42 88 44 63

3 C 41 84 40 61

4 D 42 72 61 62

5 E 42 75 61 61

6 F 42 85 30 57

7 G 40 78 36 51

8 H 40 78 40 56

331 59

Keterangan:

SKBM (Standard Ketuntasan Belajar Minimal) atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk Fisika Klas X Semester.1 2005/2006 adalah: 61

Berdasarkan Tabel.1 tersebut di atas, kemungkinan salah satu penyebab kegagalan pengajaran Fisika tersebut disebabkan oleh ketidaktepatan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran sehingga membuat para siswa merasa tidak memahami konsep-konsep Fisika.


(22)

Menurut Mirza Setiawan (2003), dalam perkembangannya Fisika menjadi sekumpulan konsep tentang alam fisis yang merupakan satu kesatuan pemahaman terjalin secara rapi dan logis dan tidak terpisah-pisahkan, sehingga pemahaman terhadap suatu konsep Fisika tidak bisa diperoleh tanpa memahami konsep-konsep yang terkait dengannya. Ini menyebabkan pemahaman terhadap konsep-konsep Fisika harus dibangun secara sistematis dan terstruktur agar memudahkan seseorang memahaminya secara lengkap.

Gerak melingkar merupakan salah satu konsep Fisika tentang dinamika gerak yang penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari sangat luas, baik itu dalam ruang lingkup mikro maupun makro. Berdasarkan pengalaman peneliti dan rekan guru sesama bidang studi Fisika yang mengajarkan konsep gerak melingkar pada siswa kelas X semester 1 di SMA Negeri 7 Surakarta dua tahun terakhir ini, belum memuaskan karena sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan memahami dan mempelajari penerapan konsep gerak melingkar. Para siswa biasanya terbentur pada beberapa kendala sehubungan dengan gerak melingkar, antara lain tentang: bagaimana memahami gerak jarum jam, gerak roda, gerak gir sepeda, gerak pembalap ketika di tikungan sirkuit, gerak penumpang drum mollen, gerak satelit, gerak bumi mengitari matahari, dan sebagainya. Oleh karena itu, para guru Fisika seyogyanya memilih pendekatan yang lebih tepat untuk mengajarkan Fisika, khususnya Gerak Melingkar.

Salah satu pendekatan pembelajaran Fisika yang dapat digunakan adalah Pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan


(23)

Menyenangkan). Pendekatan PAIKEM tepat digunakan karena Pendekatan PAIKEM

tersebut dapat mengembangkan kreativitas siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Conny Setiawan (1985), bahwa Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang dipraktikkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan. Karena itu, pengembangan keterampilan memproseskan akan berperan sebagai wahana penyatukait antara pengembangan konsep, sikap, dan nilai. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru selama ini hanya berorientasi pada penguasaan materi pelajaran, namun tidak memperhatikan pada substansi, makna atau nilai serta arti fisis yang terkandung pada materi pelajaran tersebut. Demikian juga kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru Fisika SMA lebih menekankan pada pencapaian target Kurikulum dan kurang menekankan pada pemahaman konsep Fisika. Guru hanya memindahkan muatan-muatan informasi pengetahuan dan siswa juga cenderung menghafalkan materi konsep-konsep Fisika dan bukan pada subtansi ,makna dan arti fisisnya. Sebagian guru menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna. Hal ini berakibat pelajaran Fisika diajarkan kepada siswa dalam bentuk suatu himpunan prosedur yang statis, seperti dalam menyelesaikan soal-soal Fisika diajarkan dengan langkah-langkah yang kaku dan apabila siswa menggunakan langkah atau cara penyelesaian lain yang berbeda dari guru, dianggap langkah penyelesaian tersebut kurang benar.

Oleh karena itu, sebagai akibat dari kurangnya pemahaman materi yang dapat ditangkap oleh siswa, maka secara umum dianggap bahwa materi itu sukar


(24)

dipahami dan motivasi belajarnya menurun serta faktor kreativitasnya kurang berkembang, lebih-lebih materi tersebut merupakan konsep-konsep yang abstrak. Selain faktor tersebut, tanpa peran aktif siswa, yang terjadi hanyalah transfer of knowledge bukan transfer of learning. Transfer of learning adalah suatu proses pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada terjadinya proses belajar. Pola pikir pembelajaran pada siswa perlu diubah, dari hanya sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan (transfer of knowledge), siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasainya. Kiranya sudah menjadi rahasia umum bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang tidak menyenangkan. Hal ini antara lain disebabkan karena mata pelajaran tersebut sarat dengan konsep-konsep abstrak yang tidak setiap siswa mudah menangkapnya.Untuk membantu kelompok siswa ini perlu dibuat visualisasi agar konsep-konsep yang abstrak tersebut mudah dilihat dan dipahami.

Sebenarnya tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada siswa saja, namun sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus peka dan memiliki kemampuan untuk memahami siswa dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.Untuk itu guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing siswa secara optimal. Upaya guru berimprovisasi dan berinovasi dengan variasi berbagai model pembelajaran serta menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan menyenangkan, tentunya akan menjadikan siswa termotivasi untuk aktif belajar dan bersikap ilmiah. Dalam proses belajar


(25)

mengajarpun guru dan siswa justru ditantang untuk mendesain media pembelajaran, baik dalam bentuk riil seperti memodifikasi alat peraga

sederhana maupun dalam bentuk visualisasi seperti animasi, dan berimprovisasi menciptakan metode pembelajaran dengan pendekatanPAIKEM (Pembelajaran Aktif, Innovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). PAIKEM adalah metode yang mendukung siswa menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran. agar kondisi belajar kondusif dan menjadikan siswa termotivasi untuk aktif belajar dan bersikap ilmiah untuk kreatif dan inovatif.

Menurut Pike dalam Eko Sulistyo (2003), dengan menggunakan alat bantu visual, seperti gambar, poster dan skema dalam pengajaran akan meningkatkan daya serap peserta didik sekitar 14 sampai dengan 38%. Penggunaan alat bantu visual itu juga akan mengurangi waktu yang diperlukan untuk memperjelas presentasi konsep secara verbal hingga 40%;sedangkan menurut Zaini dalam Eko Sulistyo (2003), tentu saja sebuah gambar tidak menjelaskan segala-galanya, tetapi terbukti bahwa penggunaan alat visual tiga kali lebih efektif dari hanya sekedar kata-kata. Sebenarnya ada tiga gaya belajar siswa yang efektif, yaitu: Visual Learners

(menggunakan indra penglihatan), Auditory Learners (mengandalkan pendengaran) dan Tactual Learners (menyentuh sesuatu untuk mendapatkan informasi, misalnya menyerap informasi terkini dalam bentuk gambar dan tulisan materi pelajaran dengan cara meng”akses” Website tertentu dari Internet untuk di” down load”) lalu mengolah informasi tersebut.


(26)

Suasana kelas diharapkan akan lebih hidup apabila guru menerapkan multi metode inovasi dan komunikasi dua arah yang harmonis, yaitu metode yang bervariasi selain metode yang sudah ada secara kolaborasi positip. Upaya guru dalam hal ini adalah berimprovisasi untuk menciptakan kondisi belajar yang kondusif agar dapat menjadikan peserta didik termotivasi untuk aktif belajar dan bersikap ilmiah, dengan cara menerapkan variasi metode pembelajaran inovatif, seperti; metode eksplorasi (menggali pengalaman siswa sehari-hari), metode sharing (berbagi pengalaman yang pernah dialami siswa dan guru satu dengan yang lain, baik antar siswa maupun dengan guru), metode resitasi (penugasan pembuatan alat peraga sederhana dan pembuatan desain animasi), metode simulasi (memperagakan alat peraga sederhana yang dibuatnya atau mempresentasikan animasi yang didesainnya) dan metode to take the latest information (mengambil informasi terkini) melalui pemberdayaan Internet pada situs atau Website tertentu, seperti : www.e-dukasi.net

atau www.e-smartschool.com dan situs yang lain yang relevan dengan bahan ajar secara bertahap dan berkesinambungan.

Menurut Theo Riyanto dalam Karni (2002) komunikasi adalah proses dua arah yang menghasilkan perolehan informasi dan pengertian. Proses dua arah ini merupakan dasar hakiki dari suatu komunikasi. Komunikasi akan terjadi secara efektif jika terjadi umpan balik. Komunikasi yang efektif minimal meliputi tiga hal, yaitu; (1) adanya pengirim pesan yang dapat dipahami, (2) penerima pesan, yang mampu memahami pesan yang diterima, dan (3) pesan yang dimengerti atau dipahami dengan tepat.


(27)

Untuk membantu siswa perlu kiranya dirancang suatu bahan ajar yang benar-benar memuat penjelasan konsep-konsep yang benar dan mudah dipahami. Bahan ajar yang dimaksud adalah berupa Power Point disertai varisasi visualisasi animasi dan Modul dilengkapi dengan alat peraga.. Penggunaan komputer mikro yang sudah memasyarakat dapatlah dibuat program-program pembelajaran yang sederhana namun representative sebagai wujud nyata visualisasi ; seperti Power Point, dan sebagainya atau memungut informasi terkini dari Internet; berupa animasi

Flash, gambar, table, grafik dan sebagainya.Dengan pembuatan alat peraga sederhana sebagai pelengkap Modul, para siswa bisa bereksperimen mensimulasikan dan mensinkronisasikan antara konsep abstrak yang ada pada modul dengan alat peraga tersebut.

Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, penulis ingin meneliti dan mengetahui sejauh mana efektivitas penerapan pendekatan PAIKEM melalui media pembelajaran Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar Fisika dengan kreativitas siswa pada kelas X semester 1 di SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 pada konsep Gerak Melingkar yang bertujuan agar dapat menggali semua potensi yang ada pada diri peserta didik secara maksimal dan optimal serta memberikan hasil pembelajaran yang berkualitas.

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai efektivitas pengaruh pembelajaran Fisika dengan media pembelajaran Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga sehingga diharapkan akan terjadi transfer of learning, yaitu; proses pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada terjadinya proses belajar


(28)

melalui Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) agar siswa termotivasi menjadi kreatif dan inovatif.

B. Identifikasi Masalah

Fenomena-fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian berdasarkan latar belakang masalah di atas,dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Realitas Prestasi belajar Fisika siswa SMA rendah karena pemahaman terhadap konsep-konsep abstrak Fisika sangat rendah, seperti konsep Gerak Melingkar. 2. Kecenderungan peran guru yang dominan sehingga dalam proses belajar

mengajar hanya terjadi komunikasi satu arah saja

3. Metode pembelajaran Fisika yang digunakan oleh guru monoton dan kaku serta kurang melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran dan respons guru terhadap perkembangan metode dan media pembelajaran kurang progesif karena cenderung mapan dan mantap menggunakan metode ceramah saja.

4. Upaya-upaya yang perlu ditempuh guru untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep Gerak Melingkar dalam mata pelajaran Fisika, yang merupakan salah satu dari IPA, antara lain dengan pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang

Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) karena peranan model pembelajaran yang diterapkan guru berkaitan erat dengan hasil belajar siswa. 5. Media Pembelajaran yang diterapkan adalah Power Point disertai animasi dan


(29)

6. Dengan adanya pendekatanPAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dengan media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga, diharapkan terjadinya transfer of learning.

7. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah kreativitas siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dibatasi permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta semester 1 Tahun Pelajaran 2006/2007

2. Objek Penelitian

a. Pendekatan Pembelajaran Fisika yang diterapkan adalah Pendekatan PAIKEM.. b. Media Pembelajaran yang digunakan adalah Power Point disertai animasi dan

Modul dilengkapi alat peraga..

c. Kreativitas verbal siswa yang digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kreativitas siswa dalam hal kelancaran kata, kelancaran dalam ucapan, ‘kelancaran dalam mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu terbatas, mengukur ‘fleksibilitas (keluwesan)’ dan’originalitas (keaslian) dalam pemikiran’, serta elaborasi (keterincian) dalam menguraikan gagasan-gagasannya.


(30)

d. Pembelajaran Fisika yang akan diteliti adalah pembelajaran pada konsep Gerak Melingkar yang akan dilaksanakan untuk siswa kelas X semester 1 pada tahun pelajaran 2006/2007 di SMA Negeri 7 Surakarta.

e. Hasil belajar yang akan diukur pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif saja;sedangkan pengukuran afektif dan psikomotorik siswa hanya digunakan sebagai bahan pertimbangan..

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007?

2. Apakah terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007?

3. Apakah terdapat interaksi antara media Power Point disertai animasi, Modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007?


(31)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan:

1. Ada tidaknya pengaruh media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

2. Ada tidaknya pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

3. Ada tidaknya interaksi antara media Power Point disertai animasi, Modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Kedua jenis manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberi kelengkapan khazanah teori yang berkaitan dengan pendekatan PAIKEM dengan media Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa pengaruhnya terhadap prestasi belajar fisika. Dengan mengetahui pengaruh kedua variabel tersebut


(32)

dapat diketahui pentingnya variabel-variabel itu terhadap pembelajaran dan prestasi belajar fisika

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain diuraikan sebagai berikut:

a. Bagi Siswa, manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar siswa setelah Pendekatan PAIKEM dengan media

Power Point disertai animasi dan Modul dilengkapi alat peraga diterapkan guru dalam pembelajaran.

b. Bagi Guru, menggugah guru agar peka terhadap perkembangan iptek dan mau bersikap proaktif menjadi innovator, kreator, mediator, dan fasilitator, sekaligus sebagai pembelajar yang prima dan berkualitas sehingga guru mampu mengupayakan terciptanya suasana belajar mengajar yang komunikatif, kreatif dan menyenangkan sehingga tercipta transfer of learning, yaitu pembelajaran yang menitikberatkan pada proses belajar yang tidak hanya melalui pemahaman, hafalan, dan analisis saja namun juga melalui observasi, imajinasi, eksplorasi dan refleksi serta kreativitas.

c. Bagi Kepala Sekolah, manfaat yang dapat diambil melalui penelitian adalah sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan pada guru agar dapat meningkatkan profesionalismenya melalui peningkatan kualitas belajar-mengajar yang dilakukan dengan jalan melakukan penelitian serupa ini.


(33)

14

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar

Belajar adalah berlatih, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar bagi seseorang adalah terjadinya perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Azhar Arsyad (2005), belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Slameto (2003) mengatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya;sedangkan menurut Ausubel dalam Ratna Wilis (1995), belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Jadi, proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka (root learning), namun


(34)

berusaha menghubungkan konsep-konsep tersebut untuk menghasilkan pemahaman yang utuh (meaningfull learning), sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Peta konsep merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa sekaligus menghasilkan proses belajar bermakna.

Paul Suparno (2002) berpendapat bahwa, belajar adalah lebih merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu, daripada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu. Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi suatu perkembangan pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian yang baru (kontruktivisme).

Cronbach dalam Sumadi Suryabrata (1993) mengatakan:”Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”, yaitu bahwa belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya. Sesuai dengan pendapat ini adalah Harold Spears dalam Sumadi Suryabrata (1993), ia mengatakan “Learning is to observe, to read, to imitate to try something themselves, to listen, to follow direction”. Menurutnya hal yang dipentingkan dalam belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, mencoba sendiri, mendengarkan , dan mengikuti petunjuk. Pendapat ini dipertegas oleh Mc.Geok dalam Sumadi Suryabrata (1993), yang mengatakan bahwa “ Learning is change performance as a result of practice”, yang berarti belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil latihan.


(35)

Pengertian belajar menurut Yusufhadi Miarso dalam Tomas Suharmanto (2006): Belajar adalah proses komunikasi. Siswa yang sedang belajar berarti terlibat komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami maupun hal-hal yang bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, artinya bersifat bebas, siswa dapat saja berkomunikasi dengan benda-benda dan alam sekitarnya, atau siswa berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya.

Menurut Haris Mujiman (2006), paradigma kontruktivisme merupakan komponen pertama konsep belajar mandiri. Paradigma ini adalah landasan konsep. Kegiatan belajar yang berlandaskan paradigma ini dilandasi penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru, menuju ke pembentukan sesuatu kompetensi yang dikehendaki pembelajar. Hazel and Papert (1991) mengatakan bahwa belajar adalah membangun pengetahuan dan belajar adalah “knowledge dependent “ serta pembelajaran yang telah dimiliki digunakan untuk membentuk pengetahuan baru.

Menurut Eko Sulistya (2003), belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra, mulai dari telinga, mata, sekaligus berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu.

Dari berbagai pendapat di atas, terdapat beberapa hal pokok sehubungan dengan belajar yaitu:

a. Belajar adalah proses interaksi antara seseorang dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.


(36)

b. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

c. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.

d. Belajar merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu, daripada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu sehingga timbul pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian yang baru (kontruktivisme).

e. Belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya

f. Belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, mencoba sendiri, mendengarkan , dan mengikuti petunjuk.

g. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil latihan.

h. Belajar berarti terlibat komunikasi dengan berbagai hal, baik yang pernah dialami maupun hal-hal yang bersifat baru. Proses komunikasi ini tidak terbatas, artinya bersifat bebas, siswa dapat saja berkomunikasi dengan benda-benda dan alam sekitarnya, atau siswa berkomunikasi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya.

i. Belajar adalah menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru, menuju ke pembentukan sesuatu kompetensi yang dikehendaki pembelajar.


(37)

j. Belajar adalah membangun pengetahuan dan belajar adalah “knowledge dependent “ serta pembelajaran yang telah dimiliki digunakan untuk membentuk pengetahuan baru.

k. Belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra, mulai dari telinga, mata, sekaligus berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu.

Berdasarkan uraian di atas, belajar adalah merupakan proses seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya dan kegiatan belajar merupakan faktor yang secara integral dalam proses pembelajaran di sekolah yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan baru yang lebih bermakna, pemahaman utuh, keterampilan, dan sikap.

Teori belajar yang paling berpengaruh dalam pembelajaran Fisika adalah teori belajar kontruksivisme. Menurut teori ini siswa tidak menerima begitu saja pengetahuan dari orang lain, tetapi siswa secara aktif membangun pengetahuannya, dan terus menerus mengasimilasi serta mengakomodasi informasi baru. Dengan kata lain, penekanan kontruksivisme adalah peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka, baik secara individu maupun kelompok. Belajar dapat lebih bermakna dan bermanfaat apabila peserta didik menggunakan semua alat indra dan mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang, sekaligus berpikir mengolah informasi-informasi tersebut secara optimal sehingga menghasilkan pemahaman yang utuh (meaningfull learning)


(38)

2. Hakikat Pembelajaran

a. Metode Pembelajaran Fisika

Teori dan praktik ibarat dua sisi mata uang, sisi satu dengan sisi yang lainnya saling memberi dasar dan mendukung keberhasilan dalam proses belajar mengajar pada umumnya dan terutama pada bidang Fisika khususnya. Pembelajaran Fisika akan lebih bermakna ketika terjadi interaksi yang harmonis dan komunikatif antara guru dan siswa. Selama ini strategi mengajar yang diterapkan di Indonesia sebagian besar masih menggunakan metode ceramah, yaitu metode pembelajaran yang dilakukan dengan menyampaikan pesan dan informasi (bahan ajar) secara satu arah melalui suara, mungkin dilengkapi gambar, grafik dan tulisan pada papan tulis .

Hasil penelitian Pollio dalam Eko Sulistyo (2003) menunjukkan bahwa di dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah, peserta didik mampu berkonsentrasi penuh sekitar 60% dari waktu yang ada. Menurut penelitian Hartley dan Davies dalam Eko Sulistyo (2003), mengenai metode ceramah menunjukkan bahwa perhatian peserta didik meningkat sampai 10 menit pertama pengajaran, dan menurun setelah itu; sedangkan McKeachie dalam Eko Sulistyo (2003), memperoleh hasil bahwa peserta didik mampu mengingat 70% informasi yang disampaikan oleh pengajar pada 10 menit pertama pengajaran, tetapi pada 10 menit terakhir mereka hanya mampu mengingat 20% dari materi yang disampaikan.

Menurut Mulyasa (2005), pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan belajar yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai


(39)

keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Turney dalam Mulyasa (2005), menjelaskan untuk keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu:(1). keterampilan bertanya, (2).memberi penguatan, (3).mengadakan variasi, (4).menjelaskan, (5). membuka dan menutup pelajaran, (6).membimbing diskusi kelompok kecil, (7). mengelola kelas, 8).mengajar kelompok kecil dan perorangan

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dari IPA. IPA mencakup dua hal yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip IPA;sedangkan IPA sebgai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap ilmiah. Sebagai variasi pembelajaran Fisika, digunakan variasi Media Pembelajaran dan Sumber Belajar, yaitu Power Point disertai Animasi dan Modul dilengkapi dengan Alat Peraga Fisika sederhana yang bertujuan untuk: (1). Mengatasi kebosanan dan meningkatkan perhatian siswa. (2). Agar siswa selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. (3).Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat siswa terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.(4). Memupuk partisipasi dan perilaku positip siswa. (5). Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Variasi dalam penggunaan Media Pembelajaraan dan Sumber Belajar tersebut dibedakan menjadi: (1).Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat (Visual), (2).Variasi alat dan bahan yang dapat didengar (Audio), (3).Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi (Tactual). Menurut Mirza Satriawan (2003), dari segi penginderaan, dua indera yaitu


(40)

penglihatan dan pendengaran merupakan penginderaan yang paling berperan dalam transfer informasi.

Asumsi sentral konstruktivisme adalah bahwa belajar itu menemukan. Guru menyampaikan informasi kepada siswa, lalu siswa melakukan melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi tersebut agar informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka. Konstruksivisme berangkat dari masalah (biasanya muncul dari siswa sendiri) dan untuk selanjutnya guru membantu siswa menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah itu. Menurut Mirza Satriawan (2003), proses berpikir setidaknya melibatkan empat hal, yaitu: (1) adanya obyek atau realita yang dipikirkannya, (2) adanya proses pengindraan dengan indra yang dapat membawa informasi tentang realita/obyek kepada otak, (3) adanya otak yang sehat, dan , (4) adanya informasi sebelumnya yang terkait dengan obyek atau realitas tersebut. Konstruktivisme didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar). Piaget dan Vigotsky dalam Nur dan Wulandari (2001) menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui proses dalam upaya memperoleh informasi baru. Paul Suparno (2002) berpendapat bahwa, dalam prinsip kontruktivis, seorang guru punya peran sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Adapun fungsi sebagai mediator dan fasilitator dapat dijabarkan sebagai berikut:


(41)

1) menyediakan pengalaman belajar, yang memungkinkan siswa ikut bertanggung jawab dalam membuat desain, proses, dan penelitian.

2) Memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa, membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan mereka dan mengkomunikasikan ide ilmiahnya, Watt & Pope (1989). Guru perlu menyediakan pengalaman konflik. Pengalaman konflik dapat berwujud pengalaman anomali yang bertentangan dengan pemikiran atau pengalaman awal siswa. Pengalaman seperti menantang siswa untuk berpikir mendalam, menurut Tobin, Tippins & Gallard (1994).

3) Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan , apakah pemikiran siswa itu jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu dalam mengevaluasi hipotesa dan kesimpulan siswa.

Pembelajaran yang bernaung dalam konstruktivisme adalah kooperatif. Salah satu aktivitas yang terdapat dalam kooperatif adalah Belajar Bersama (learning together), yaitu; melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok beranggotakan empat atau lima siswa untuk menangani tugas tertentu. Selanjutnya, mereka melaporkan tugas itu. Aktivitas belajar bersama ini lebih mengarah pada pembinaan kerjasama dan keberhasilannya.

b. Pendekatan PAIKEM

Menjadi guru kreatif, professional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode


(42)

pembelajaran yang efektif. Menciptakan iklim pembelajaran yang interaktif dan kondusif serta menyenangkan itu merupakan hal-hal yang penting agar siswa termotivasi untuk bersikap kreatif dan inovatif. Sebagai seorang pendidik, profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa, sudah jelas target pencapaian kurikulum tak akan tercapai. Kalaupun toh semua fakta dan konsep itu dijejalkan kepada siswa dan guru merupakan satu-satunya sumber informasi, akan berakibat siswa tidak dilatih menemukan konsep sehingga yang terjadi tidak lebih hanyalah

transfer of knowledge, bukan transfer of learning.

Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2007), daya tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal: (1). oleh mata pelajaran itu sendiri, dan (2). oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas profesional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Para psikolog berpendapat bahwa para siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, misalnya perputaran jarum jam, hubungan roda dan gir pada sepeda dan sebagainya. Tugas guru bukan men”transfer” pengetahuan,


(43)

melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.

Semua konsep yang telah ditemukan melalui penyelidikan ilmiah masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan, dan direvisi. Siswa perlu dilatih dan dibina untuk berfikir dan bertindak secara kreatif. Pengembangan konsep hendaknya selalu dikaitkan dengan pengembangan sikap dan nilai. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan memproseskan perolehan akan berperan sebagai wahana penyatukait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai.

Menurut Mulyasa (2005), sedikitnya terdapat lima pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu:(1).Pendekatan Kompetensi., (2).Pendekatan Keterampilan Proses, (3).Pendekatan Lingkungan, (4). Pendekatan Kontekstual, (5). Pendekatan Tematik. Pendekatan yang penulis pilih adalah Pendekatan Kompetensi karena seorang guru yang profesional diharapkan menguasai empat kompetensi, yaitu: (1). Kompetensi profesional, (2). Kompetensi paedogogi, (3). Kompetensi kepribadian, (4), Kompetensi sosial. Menurut Sugiyanto (2007), kompetensi profesional dan paedogogi adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran. Beberapa kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam penguasaan landasan kependidikan, psikologi pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai metode dan strategi pembelajaran, kemampuan dalam merancang dan memanfaatkan berbagai media/sumber belajar, kemampuan dalam menyusun program pembelajaran, kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran, kemampuan dalam mengembangkan


(44)

kinerja pembelajaran. Jika ke empat kompetensi tersebut dikuasai para guru, maka berbagai peran guru dalam pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara optimal, yaitu sebagai:(1). Sumber belajar (agen pembelajaran), (2) Fasilitator, (3). Pengelola, (4) Demonstator, (5). Pembimbing, (6). Motivator, (7). Inovator, (8). Evaluator, (9). Kreator.

Adapun metode pembelajaran Fisika yang tepat untuk menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran adalah penekanannya pada interaksi siswa, rasa ingin tahu, kreativitas dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya sebagai roda penggerak untuk memproseskan perolehan agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Penerapan metode pembelajaran yang relevan dan bervariasi tersebut akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah Pendekatan PAIKEM. Seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajar-mengajar dengan pendekatan PAIKEM ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif dan mandiri.

Pendekatan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) merupakan pendekatan yang mengupayakan memberikan layanan pembelajaran yang optimal pada proses belajar (transfer of learning), aktivitas dan kreativitas siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan , nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, maka salah satu tugas guru sebagai fasilitator


(45)

adalah memberikan kemudahan kepada siswa untuk menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua siswa dapat berkembang secara optimal.

1) Aktif

Dalam pelaksanaaan PAIKEM, pembelajaran dilaksanakan dengan mengaktifkan siswa dan guru hanyalah sebagai fasilitator, pelatih, motivator, dan evaluator. Keaktifan siswa didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin dicapai (azas motivasi) dan akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya. Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas siswa. Oleh karena itu suasana kelas harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran tersebut, antara lain: diskusi kelompok, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, studi kasus, bermain peran dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.

Tugas guru dalam mengaktifkan siswa antara lain sebagai:

a) Fasilitator, yaitu menyediakan tugas untuk siswa , LKS (Lembar Kerja Siswa), Modul, Materi Presentasi (Power Point, Flash, Transparansi), soal-soal untuk menguji kemampuan siswa, carta, dan fasilitas lain yang diperlukan siswa.

b) Pelatih, yaitu melatih siswa dalam belajar cara berpikir dan bekerja dalam IPA (Fisika), berdialog dengan siswa untuk memperbaki miskonsepsi (pemahaman yang keliru) dan cara-cara berpikir yang kurang logis dan sistimatis (ilmiah).


(46)

c) Motivator, yaitu memotivasi siswa dan membentuk aturan belajar yang memotivasi siwa dalam belajar dan bersikap. Penguasaan kompetensi diharapkan dapat menumbuhkan rasa puas terhadap hasil belajar, sehingga motivasi belajar semakin berkembang.

d) Evaluator, guru mengevaluasi pembelajarannya dan mengevaluasi kompetensi siswa dalam pembelajaran.

Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk mengaktifkan siswa sebagai berikut:

a) Ada kegiatan yang dapat dilakukan siswa.

Dalam pembelajaran Fisika, siswa diminta untuk melakukan suatu kegiatan. Siswa memerlukan sumber belajar berupa buku, , LKS (Lembar Kerja Siswa), Modul, Materi Presentasi (Power Point, Flash, Transparansi), soal-soal untuk menguji kemampuan siswa, carta, peristiwa alam sehari-hari dalam percobaan, lingkungan, produk teknologi, dan fasilitas lain yang diperlukan siswa.

b) Siswa mengetahui apa yang harus dipikirkan dan dilakukannya

Dengan cara berpikir dan bekerja yang dilatihkan gurunya siswa akan mengetahui apa yang harus dipikirkan dan dilakukan dalam mempelajari Fisika.

c) Menarik perhatian siswa

Guru membuat kegiatan-kegiatan yang secara umum menarik perhatian siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang menantang dan menyentuh keperluan siswa sehari-hari dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya.


(47)

2) Inovatif

Dalam PAIKEM, guru harus berupaya menghapus kebiasaan kurang baik pada diri siswa yang cenderung merespon pembelajaran hanya “tell me what to do”, menerima apa adanya atau hanya patuh melakukan perintah guru semata, sehingga tidak nampak aktivitas belajar proaktif dari dalam diri siswa sendiri. Kecenderungan demikian dapat ditafsirkan seolah-olah guru adalah segala-galanya dan terkesan mendominasi siswa, padahal penyebabnya bisa muncul dari diri siswa sendiri sebagai akibat kebiasaan selalu “nrimo” atau takut berbeda pendapat dengan gurunya. Untuk mengantisipasi hal ini guru perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang ber- inovasi. Inovasi ini bertujuan untuk: (1). Merespon pengembangan pembelajaran agar dapat mencapai sasaran, (2). Mencari solusi atas persoalan aktual yang dihadapi siswa agar dapat dicari penyelesaiannya dalam pembelajaran. Dengan demikian jelaslah bahwa inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru akan menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

3) Kreatif

Dalam PAIKEM, pembelajaran Fisika diupayakan meningkatkan kreativitas siswa, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk gagasan-gagasan baru atau mengembangkan gagasan yang sudah ada, misalnya dengan cara membelajarkan siswa untuk berpikir dan bekerja dengan objek atau fenomena. Hal ini tidak berarti pembelajaran dilaksanakan di laboratorium dengan


(48)

peralatan lengkap,di kelas pun, dan hanya dengan kapur, spidol, papan tulis, atau bahkan bekas ballpoint dan batupun dapat dibelajarkan untuk menghadapi objek dan fenomena, yaitu dengan cara siswa memikirkan objek dan fenomena alam yang dipelajarinya, serta membuat model, misalnya alat peraga, gambar, diagram, grafik, desain animasi, dan sebagainya, yang menggambarkan objek dan fenomena tersebut. Pembelajaran kreatif ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam menggunakan rumus-rumus.

Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk mengkreatifkan siswa sebagai berikut:

a). Siswa memiliki keinginan untuk mencoba tugasnya

Suatu kegiatan yang menantang siswa dan belum pernah ditemukan siswa sebelumnya serta bersifat kompetisi seringkali dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk mencoba melakukan kegiatan tersebut. Keinginan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri dapat digunakan sebagai peluang bagi guru untuk menumbuhkan keinginan siswa. Pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan cara berpikir dan bekerja yang telah dimilikinya dapat membuat siswa ingin mencoba kemampuannya dalam menyelesaikan masalah yang menjadi tugasnya.

b). Siswa memiliki kesempatan dan keleluasaan (bebas,tetapi mengikuti aturan main) menentukan apa yang akan dipikir dan dilakukannya

Walaupun cara berpikir dan bekerja dalam Fisika mengikuti aturan-aturan tertentu, tetapi dapat bervariasi sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa dan


(49)

sudut pandang siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bervariasinya sudut pandang akan menumbuhkan cara berpikir dan bekerja yang bervariasi yang akan menumbuhkan kreativitas siswa.

c). Siswa memiliki kompetensi untuk melakukannya

Pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa merupakan kompetensi siswa untuk melakukan kegiatan kreatifnya. Jika siswa kandas dalam berkreasi, guru dapat membantu siswa menunjukkan langkah-langkah berpikir dan bekerja melalui dialog interaktif dengan siswa. Urutan kegiatan yang tepat pada setiap langkah pembelajaran memungkinkan siswa memiliki kompetensi yang diperlukan untuk berkreasi dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah Fisika.

4) Efektif

Waktu pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di lingkungan sudah seharusnya digunakan seefektif dan seefisien mungkin untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam Fisika. Cara untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pembelajaran adalah dengan melatih siswa dalam belajar cara belajar Fisika, yaitu dengan meningkatkan kompetensi siswa dalam menganalisis konsep, menganalisis objek dan fenomena, dan membuat model. Ketiga kompetensi ini merupakan kompetensi yang umum yang dapat digunakan untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep Fisika. Dengan cara ini waktu pembelajaran dapat dibuat relatif singkat, karena cara ini membuat siswa dapat belajar Fisika sendiri atau berkelompok


(50)

dengan lancar dan benar;sedangkan kompetensi siswa dalam belajar Fisika dapat ditingkatkan dengan baik dan benar, karena siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep Fisika, tetapi juga cara berpikir dalam Fisika yang mengikuti pola pikir konsep-konsep Fisika tersebut.

Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk mengkreatifkan siswa sebagai berikut:

a). Siswa mengetahui cara berpikir dan berbuat dalam melaksanakan tugas yang harus dikerjakannya.

Dalam PAIKEM guru melatihkan cara berpikir dan bekerja dalam mempelajari Fisika dan menyelesaikan masalah;sedangkan siswa menggunakan cara yang dilatihkan gurunya untuk mempelajari Fisika dari suatu sumber belajar.

Setiap siswa dapat belajar sendiri mempelajari Fisika dari sumber belajarnya, tetapi kefektifan hasil belajar siswa kurang terjamin, jika siswa tidak mengetahui bagaimana cara mempelajari Fisika.

b). Siswa berpikir dan berbuat mengikuti suatu metode yang dapat membuatnya berhasil.

Untuk keefektifan pembelajaran, guru hanya mengajarkan cara berpikir dan bekerja dalam Fisika. Siswa menggunakan cara-cara yang diajarkan gurunya itu untuk mempelajari Fisika dan menyelesaikan masalah.


(51)

5) Menyenangkan

Pembelajaran Fisika tidak akan berhasil dengan baik, bila siswa bersikap pasif. Perbaikan sikap siswa pada saat-saat mereka belajar sangat diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran. Hal-hal yang sulit dan membingungkan siswa dan pembelajaran Fisika yang monoton, misalnya terus-menerus diceramahi dan diberi latihan soal, seringkali membuat siswa malas belajar. Oleh karena itu,

PAIKEM membantu guru dalam pembelajaran Fisika dengan cara yang dapat membuat siswa menyadari bahwa Fisika bukan mata pelajaran yang sulit, bervariasi dalam penggunaan alat bantu pembelajaran, dan kegiatan yang membuat siswa termotivasi untuk mempelajari Fisika.

Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran untuk menyenangkan siswa adalah sebagai berikut:

a). Guru memperlakukan siswa dengan perkataan dan perbuatan yang menyenangkan siswa

Menyenangkan atau tidaknya siswa belajar banyak bergantung pada bagaimana guru memperlakukan siswanya. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan perkataan dan perbuatannya dalam memperlakukan siswanya. Hendaklah guru di depan kelas dijadikan ”panutan”,dalam pepatah Jawa:”ing ngarso sung tulodo”. b). Aturan belajar yang dapat membuat siswa saling menyenangkan.

Ketidaksenangan siswa dalam belajar dapat datang dari temannya sendiri. Teman yang suka mengganggu atau mengolok-olok dapat membuat siswa tidak betah dalam belajarnya. Untuk mengatasi gangguan dari teman-temannya guru perlu


(52)

membuat aturan main untuk membiasakan siswa saling menghargai dan saling membantu dalam melaksanakan tugas belajarnya. Permainan dalam pembelajaran seperti yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif, misalnya:Jigsaw, STAD, TGT dan tulisan-tulisan yang dipampang di dinding untuk saling menghargai, tidak saling mencemoohkan, dan kata-kata lain yang dapat membuat siswa saling menyenangkan dapat digunakan di kelas. Hendaklah guru memberi motivasi belajar dan menganjurkan pada siswanya untuk menjadi ”tutor sebaya” satu dengan yang lain dengan ”saling asah, asuh, dan asih”. Hal ini berarti di dalam mengelola kelas guru merupakan motivator atau di dalam pepatah Jawa ”ing madyo mangun karso”.

c). Menarik minat siswa

Hal-hal yang sulit dan membingungkan siswa, dan pembelajaran siswa yang monoton, misalnya terus-menerus diceramahi dan diberi latihan soal, seringkali membuat siswa malas mempelajari Fisika. Oleh karena itu, pembelajaran Fisika seharusnya dapat dilakukan dengan cara yang dapat membuat siswa menganggap bahwa Fisika itu adalah mata pelajaran yang tidak sulit. Di samping penggunaan alat bantu mengajar (media pembelajaran) yang bervariasi, baik media yang mutakhir maupun alat peraga yang sederhana namun representatif, mengajarkan konsep dengan pemanfaatan Fisika dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia teknologi dapat membantu menarik minat siswa dan mendorong untuk lebih giat belajar. Hal ini berarti guru hendaklah di belakang sebagai pendorong, dalam pepatah Jawa dikatakan sebagai “tut wuri handayani”.


(53)

Adapun kendala-kendala yang mungkin dihadapi guru dalam PAIKEM, antara lain:

a). Ada istilah yang kurang dikenal siswa

Dalam suatu pernyataan lisan maupun tertulis setiap istilah yang digunakan untuk menjelaskan/menginformasikan sesuatu harus sudah dikenal dan dipahami siswa pengertiannya. Bila satu istilah saja yang digunakan dalam berkomunikasi tidak dikenal siswa dapat dipastikan penjelasan/informasi itu tidak akan dipahami oleh siswa. Istilah tidak akan dapat diperoleh siswa dari hasil pengamatan atau percobaan. Oleh karena itu, istilah harus dijelaskan langsung kepada siswa atau melalui buku teks.

b). Ada pengetahuan yang terlewat

Seperti yang dikemukakan di dalam teori-teori belajar, pemahaman siswa terhadap pelajaran yang baru dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah dimilikinya yang menunjang siswa dalam memahami pelajaran baru. Oleh karena itu, pembelajaran harus mengikuti urutan konsep-konsep yang teratur sesuai dengan urutan untuk memahami memahami konsep-konsep itu.

c). Tidak tahu apa yang harus dipikirkan, dari mana mulai memikirkannya, dan bagaimana memikirkannya

Memahami suatu penjelasan/informasi tidak hanya memerlukan pengetahuan, , tetapi juga memerlukan pemikiran untuk menghubungkan konsep yang sudah dimiliki siswa dengan fakta dan masalah, sehingga siswa dapat membentuk konsep baru atau memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran harus


(54)

disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa memikirkan hubungan antara konsep yang sudah dimiliki siswa dengan konsep yang baru dipelajari.

d). Tidak ada gambaran mental

Penjelasan/informasi lisan atau tertulis tidak memberikan gambaran yang utuh terhadap isi penjelasan/informasi tersebut. Hal itu dapat membuat siswa kurang paham, salah paham, atau tidak paham dengan penjelasan/informasi dari gurunya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran diperlukan benda-benda nyata, percobaan, model, atau gambar yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep Fisika yang dipelajarinya.

e). Emosi siswa terganggu

Gangguan emosi pada siswa dapat menyebabkan siswa kurang perhatian, kurang mau berpikir untuk memahami konsep-konsep yang dipelajarinya. Oleh karena itu, guru harus berusaha menenangkan emosi siswa dengan cara memberikan perhatian atau penghargaan kepada siswa dan membuat aturan yang dapat membuat siswa-siswa saling menghargai satu sama lain.

3. Pemanfaatan Media Pembelajaran

Media adalah alat yang berfungsi untuk menjadi perantara dalam menyampaikan informasi atau pesan; sedangkan media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu dalam proses belajar-mengajar. Menurut Gagne dalam Sadiman (2002), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat


(55)

merangsangnya untuk belajar;sedangkan Briggs dalam Sadiman (2002) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Selanjutnya Sadiman dalam Anthony Wijaya (2006) mengatakan bahwa media pembelajaran didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media pembelajaran ini dapat berupa buku, poster, foto slide, kaset audio, VCD, TV, radio, komputer dan alat peraga. Menurut Azhar Arsyad (2005), pengertian media dalam proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,dan menyusun kembali informasi visual maupun verbal. Adapun Heinich dkk (1996), mengatakan bahwa klasifikasi jenis media pembelajaran adalah: (1) Yang tidak diproyeksikan, (2) Yang diproyeksikan, (3) Audio, (4) Video, (5) Multimedia Berbasis Komputer, (6). Multimedia Kit.

a. Multimedia Berbasis Komputer

Multimedia Berbasis Komputer adalah:(1) media yang dioperasikan melalui komputer, yang biasa dikenal sebagai perangkat lunak (soft ware), seperti hypermedia, video interaktif, CD-ROM, dan sebagainya, (2) media yang mengintegrasikan berbagai bentuk materi seperti; teks, gambar, grafis, animasi dan suara yang dioperasikan dengan komputer. Adapun program aplikasinya berbentuk


(56)

Menurut Widha Sunarno (1998), penggunaan model animasi simulasi dengan bantuan komputer mengakibatkan siswa lebih tertarik dan merasa senang;sedangkan menurut Sayling Wen dalam Thomas Suharmanto (2006), Animasi komputer juga dapat mempercepat pemahaman dan menyesuaikan dengan tingkat kecepatan berpikir siswa. Adapun menurut Ninik Hardiati, dkk (2004), “animasi simulasi komputer adalah menggerakkan gambar benda melalui komputer dengan menggunakan program tertentu”. Media pembelajaran yang menggunakan animasi simulasi komputer memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan bahan ajar untuk mengkonstruk konsep yang dipelajarinya secara menyenangkan dan menarik.

b. Media Pembelajaran Yang Tidak Diproyeksikan

Jenis bahan ajar yang termasuk media pembelajaran yang tidak diproyeksikan, antara lain: Modul, LKS, buku, handout, charta, alat peraga dan sebagainya. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, cara mengevaluasi secara mandiri yang dirancang secara sistematis dan menarik serta bahasa yang sederhana untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Agar konsep-konsep Fisika dapat dipelajari dan dipahami dengan benar, maka penggunaan Alat Peraga yang representatif sangat mendukung proses pembelajaran tersebut.

Dari uraian di atas tentang media, jelaslah bahwa: (1). media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara atau penyalur informasi atau pesan, dan (2). media pembelajaran adalah sarana/prasarana dari berbagai jenis


(1)

9. Memasukkan hasil hitungan yang telah diperoleh ke dalam Tabel ANAVA berikut

Tabel ANAVA Dua Jalur pada Desain Faktorial 2x2

Sumber db JK RJK F-hitung F-tabel

Variasi (Fh) (Ft)

Antar Kolom (A) 1 973,01 973,01 17,92 3,97 Antar Baris (B) 1 7860,61 7860,61 144,84 3,97

Interaksi (AXB) 1 1193,52 1193,52 21,99 3,97

Antar Kelompok 3 10027,14 3342,38 -

-Dalam Kelompok 76 4124,85 54,27 -

-Total Direduksi 79 14151,99 179,13 -

-Rerata 1 336831,01 336831,01

Total 80 350983 4387,28 -

-10. Menentukan atau Menetapkan Kriteria Pengujian

a. Jika untuk antarkolom Fh > Ft, maka terdapat perbedaan yang signifikan.

b. Jika untuk antarbaris Fh > Ft, maka terdapat perbedaan yang signifikan.

c. Jika untuk interaksi Fh > Ft, maka terdapat interaksi.

11. Menafsirkan Hasil Pengujian dan Menarik Simpulan

Dari hasil pengujian analisis varians dua jalur dapat diketahui untuk:

a. Kolom, Fh = 17,92 > Ft = 3,97, maka terdapat perbedaan signifikan

antarkolom. Simpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga. b. Baris, Fh = 144,84 > Ft = 3,97 maka terdapat perbedaan signifikan antarbaris.


(2)

Fisika antara siswa yang memiliki Kreativitas Tinggi dengan siswa yang memiliki Kreativitas Rendah.

c. Interaksi, Fh = 21,99 > Ft = 3,97 maka terdapat interaksi. Simpulannya adalah

terdapat interaksi antara Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga dengan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika siswa.

Karena terdapat perbedaan yang signifikan antarkolom dan antarbaris, maka untuk mengetahui manakah di antara rerata (X1,X2,X3danX4) yang lebih tinggi secara signifikan, perlu dilakukan uji lanjut dengan Uji Tukey (sebab besar sampel antara dua kelompok sama besar, yaitu N=20)

12. Melakukan uji lanjut dengan Uji Tukey Hipotesis Statistik untuk Uji Beda Rerata

1) H0 :A1 A2 H1:A1 A2 2) H0 :B1 B2 H1:B1 B2

3) H0 :A1B1 A1B2 H1:A1B1 A1B2 4) H0 :A1B1 A2B1 H1:A1B1 A2B1

antarkolom

antarbaris

antara sel 1 dan sel 2


(3)

5) H0 :A1B1 A2B2 H1:A1B1 A2B2 6) H0 :A1B2 A2B1 H1:A1B2 A2B1 7) H0 :A1B2 A2B2 H1:A1B2 A2B2 8) H0 :A2B1 A2B2 H1:A2B1 A2B2

Rumus Tuckey

n RJKD

X X Qij

Keterangan:

Q = Angka Tuckey i

X = rerata kelompok ke-i j

X = rerata kelompok ke-j

n = banyak data tiap kelompok ni =nj

RJKD = Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok

n RJKD

= 20

27 , 54

= 1,647 (dibulatkan 1,65) dengan n = 20 (sel)

n RJKD

= 40

27 , 54

= 1,164 (dibulatkan 1,16) dengan n = 40 (kolom)

Perhitungan:

  

16 , 1

40 , 61 38 , 68 1

Q 6,02 > 2,73 (Qt untuk n = 40,α = 0,05) signifikan antara sel 1 dan sel 4

antara sel 2 dan sel 3

antara sel 2 dan sel 4


(4)

17,09 16 , 1 98 , 54 8 , 74 2   

Q > 2,73 (Qt untuk n = 40, α = 0,05) signifikan

16,7

65 , 1 6 , 54 15 , 82 3   

Q > 4,08 (Qt untuk n = 20, α = 0,05) signifikan

8,91

65 , 1 45 , 67 15 , 82 4   

Q > 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) signifikan

16,24

65 , 1 35 , 55 15 , 82 5   

Q > 4,08 (Qt untuk n = 20, α = 0,05) signifikan

7,79

65 , 1 45 , 67 6 , 54

6 

 

Q < 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) tak signifikan

0,45

65 , 1 35 , 55 6 , 54

7 

 

Q < 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) tak signifikan

7,33

65 , 1 35 , 55 45 , 67 8   

Q > 4,08 (Qt untuk n = 20,α = 0,05) signifikan

Kesimpulan:

1. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga. Artinya, Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi lebih baik hasilnya daripada siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga.

2. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik hasilnya daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah.


(5)

3. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Prestasi Belajar Fisika siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik hasilnya daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah apabila mereka diajar dengan Media Power Point disertai Animasi.

4. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi dan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga pada mereka yang memiliki kreativitas tinggi . Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih efektif (cocok) diajar dengan Media Power Point disertai Animasi daripada diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga.

5. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga pada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, Media Power Point disertai Animasi lebih efektif atau cocok digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi, dan Media Modul dilengkapi Alat Peraga lebih efektif atau cocok digunakan pada siswa yang memiliki kreativitas rendah.

6. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi pada siswa yang memiliki kreativitas rendah dengan siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat


(6)

Peraga pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Artinya, penggunaan Media Power Point disertai Animasi maupun Media Modul dilengkapi Alat Peraga sama sekali tidak berpengaruh pada peningkatan Prestasi Belajar Fisika siswa baik yang memiliki kreativitas tinggi maupun rendah.

7. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan Media Power Point disertai Animasi dan yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga pada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas rendah, kedua metode tersebut tidak ada pengaruhnya dalam peningkatan Prestasi Belajar Fisika siswa.

8. Terdapat perbedaan signifikan antara Prestasi Belajar Fisika siswa yang diajar dengan Media Modul dilengkapi Alat Peraga untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan yang memiliki kreativitas rendah. Artinya, bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi, penggunaan Media Modul dilengkapi Alat Peraga lebih efektif atau cocok dalam meningkatan Prestasi Belajar Fisika mereka daripada yang memiliki kreativitas rendah.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN OHP DAN KOMPUTER MENGGUNAKAN PROGRAM POWER POINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KLAS XII

0 3 102

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN MODUL BERGAMBAR DISERTAI LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

0 28 344

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CTL MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI DAN KIT IPA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

4 28 229

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA PETA KONSEP DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KREATIVITAS SISWA

0 1 126

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI MELALUI MEDIA ANIMASI DAN KIT IPA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 10 134

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN COMPACT DISC (CD) INTERAKTIF DAN POWER POINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN COMPACT DISC (CD) INTERAKTIF DAN POWER POINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVAS

0 0 19

PENGARUH PEMANFAATAN ALAT PERAGA DAN POWER POINT PADA MATERI PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA SMK DI KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA.

0 0 22

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA.

0 1 9

Pembelajaran fisika dengan media satket dan media interaktif ditinjau dari motivasi belajar dan gaya belajar siswa saiful

0 9 137

PEMANFAATAN MEDIA POWER POINT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

0 0 9