RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 6
Potensi sumber daya air sungai wilayah Kabupaten Aceh Tamiang didominasi oleh DAS
Tamiang dengan 5 lima Sub DAS wilayah hulu mengalir ke wilayah hilir Kabupaten meliputi :
- Sub DAS Tenggulun dengan luas 24356,14 Ha; - Sub DAS Simpang Kiri Hulu dengan luas 39565,84
Ha; - Sub DAS Simpang Kiri Hilir dengan luas 22938,52
Ha; - Sub DAS Cempegih dengan luas 15621,74 Ha;
- Sub DAS Simpang Kanan dengan luas 5109,33 Ha;
Gambar 2.4 Peta Daerah Aliran Sungai DAS Kabupaten Aceh Tamiang
B. Air Bawah Tanah
Air bawah tanah dimaksudkan adalah air yang berada dibawah permukaan bumi pada kedalaman
lebih dari 100 meter kebawah. Berdasarkan Peta Regional Hidrogeologi Indonesia mengidentifikasikan
jenis litologi batuan lithological rock types dan indikasi sesarpatahan yang relatif
memanjang mengikuti pola pegunungan yang ada di wilayah Aceh
relatif berarah barat laut – tenggara mempengaruhi
adanya potensi dan prospek air tanah groundwater
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 7
potential and prospects yang ada pada Cekungan Air
Tanah CAT di wilayah Aceh Tamiang.
Mengacu pada Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia yang diterbitkan Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral tahun 2009, pada halaman lembar Aceh, diidentifikasikan bahwa ada 1 satu
Cekungan Air Tanah di wilayah Aceh Tamiang, yaitu CAT Langsa dengan karakteristik jumlah Imbuhan Air
Tanah bebas sebesar 256 juta m3tahun dan jumlah Air Tertekan sebesar 72 juta m3tahun. Dari hasil
perhitungan GIS dan interpretasi peta Cekungan Air
Tanah tersebut memiliki luas 66.589,18 Ha meliputi :
- Kecamatan Manyak Payed seluas 14.619,65 Ha - Kecamatan Banda Mulia seluas 6.012,06 Ha
- Kecamatan Bendahara seluas 12.959,48 Ha - Kecamatan Seruway seluas 16.712,07 Ha
- Kecamatan Rantau seluas 7.604,99 Ha - Kecamatan Kota Kuala Simpang seluas 2.57,6 Ha
- Kecamatan Kejuruan Muda seluas 743,17 Ha - Kecamatan Sekerak seluas 362,88 Ha dan
- Kecamatan Karang Baru seluas 7.317,28 Ha.
Gambar 2.5 Peta Hidrologi Kabupaten Aceh Tamiang
V. Klimatologi
Kondisi iklim di Kabupaten Aceh Tamiang sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Kecepatan
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 8
angin berkisar antara 3 knots sampai 7,7 knots dengan rata-rata terendah pada pada bulan Juli
– Nopember dan tertinggi pada bulan Desember
– Juni. Dan curah hujan tahunan tertinggi sebesar 1681,1 mmthn dan terendah
868,21 mmthn, dengan rata-rata tertinggi pada bulan Oktober
– Maret dan terendah pada bulan April – September sertarata-rata kelembaban udara sekitar
81,17 dan temperatur berkisar antara 27,50
o
C.
Gambar 2.6 Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Tamiang
VI. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Tamiang berupa hutan mangrove, perkebunan, perkebunan
rakyat, permukiman, pertanian lahan kering, sawah, semakbelukar, sungai, tambak, tanah terbukakosong.
Berdasarkan penggunaannya lahan tersebut didominasi oleh hutan seluas 70.588,60 Ha atau 31,86 dari total
luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Distribusi penggunaan lahan wilayah Kabupaten
Aceh Tamiang meliputi peruntukan ruang fungsi lindung dan peruntukan ruang fungsi budidaya, yang merupakan
penjabaran rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi serta
dikembangkan dengan sepenuhnya memperhatikan daya dukung sumberdaya wilayah.
Pemanfaatan ruang wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang didasarkan pada pertimbangan hasil analisis
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 9
dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan serta aspek-aspek kepentingan yang ada, dengan rencana
pola ruang adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Rencana Pola RuangTahun 2012-2032
NO JENIS PENGGUNAAN
LUAS Ha PERSENTASE
I KAWASAN LINDUNG
58.302,76 26,31
1. Hutan Lindung
46.620,11 21,04
2. KAWASAN Perlindungan Setempat
9.762,40 4,41
- RTH Permukiman Perkotaan 752,14
0,34 - Sempadan Pantai
505,04 0,23
- Sempadan Sungai 8.505,22
3,84
3. KAWASAN Suaka Alam, Pelestarian Alam dan
Cagar Budaya
1.779,63 0,80
- Suaka Alam Perairan 981,70
0,44 - Taman Nasional Gunung Leuser
797,93 0,36
4. KAWASAN Yang Memberikan Perlindungan
Terhadap Kawasan Bawahannya
140,62 0,06
- Kawasan Resapan Air 140,62
0,06 II
KAWASAN BUDIDAYA 163.313,58
73,69 1.
KAWASAN Peruntukan Hutan Produksi 38.484,78
17,37 - HPT
970,54 0,44
- Hutan Produksi 33.305,89
15,03 - Hutan Produksi Konversi
4208,35 1,90
2. KAWASAN Peruntukan Hutan Rakyat
424,93 0,19
3. KAWASAN Peruntukan Industri
596,77 0,26
- Industri Agro 187,46
0,08 - Industri Minapolitan
409.31 0,18
4. KAWASAN Peruntukan Lainnya
1.043,21 0,466
- Kawasan Hankam 28,64
0,01 - Kawasan Pendidikan
13,37 0,006
- Kawasan Perkantoran 86,72
0,04 - Kawasan Transmigrasi
914,48 0,41
5. KAWASAN Peruntukan Perikanan
1.821,90 0,82
6. KAWASAN Peruntukan Permukiman
9.785,85 4,41
- Permukiman Pedesaan 7.335,81
3,31 - Permukiman Perkotaan
2.450,04 1,10
7. KAWASAN Peruntukan Pertanian
111.156,10 50,156
- Holtikultura 116,17
0,05 - Kawasan Peternakan
13,20 0,006
- Perkebunan 43.184,66
19,49 - Perkebunan Rakyat
10.441,33 4,71
- Pertanian Lahan Kering 50.618,50
22,84 - LPPB
886,71 0,40
- Sawah Irigasi 4.508,17
2,03 - Sawah Tadah Hujan
1.387,40 0,63
Jumlah 221.616,34 100,00
Sumber: Hasil Analisis dan Pola Ruang RTRW Kab. Aceh Tamiang Tahun 2012-2032.
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 10
2.1.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012-2032 menetapkan sistem pusat kegiatan yang
tersusun atas pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana
wilayah :
1 Pusat Kegiatan Lokal PKL
Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Berdasarkan kewenangan
Provinsi, maka
berdasarkan RTRW Aceh ditetapkan PKL di Kabupaten Aceh Tamiang berupa PKL di Kota Kuala Simpang-Kota
Karang Baru dengan fungsi utama sebagai pusat perdagangan, jasa, pelayanan sosial, umum skala
kabupaten dan pusat pemerintahan di Karang Baru.
2 Pusat Pelayanan Kawasan PPK
Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kota kecamatan yang mempunyai
potensi untuk berfungsi sebagai pusat jasa, pusat koleksi dan distribusi, dan simpul transportasi dengan
skala pelayanan desa-desa dalam satu kecamatan yang merupakan kota kecilibukota kecamatan. PPK di
Kabupaten Aceh Tamiang, meliputi : a. Sungai Liput di Kecamatan Kejuruan Muda;
b. Pulo Tiga di Kecamatan Tamiang Hulu; c. Tualang Cut Manyak Payed;
d. Tangsi Lama di Kecamatan Seruway; dan e. Alur Cucur di Kecamatan Rantau.
3 Pusat Pelayanan Lingkungan PPL
Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desakampung. Kawasan yang memiliki kriteria sebagai PPL adalah
pusat mukim yang berada di kawasan perdesaan, atas dasar tersebut PPL Kabupaten Aceh Tamiang sebagai
berikut :
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 11
a. PPL Sekerak Kanan di Kecamatan Sekerak; b. PPL Medang Ara di Kecamatan Karang Baru;
c. PPL Sungai Iyu di Kecamatan Bendahara; d. PPL Telaga Meuku di Kecamatan Banda Mulia;
e. PPL Simpang Kiri di Kecamatan Tenggulun; dan f.
PPL Babo di Kecamatan Bandar Pusaka.
2.1.1.1 Wilayah Rawan Bencana
Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari wilayah- wilayah yang sebagian besar merupakan perbukitan,
bergelombang dan dataran. Potensi geodinamik gangguan kestabilan berupa perpindahan massa tanah atau batuan
penyusun lereng sangat dominan. Faktor temperature dan curah hujan, morfologi kemiringan dan bentuk
lereng, batuan penyusun lereng, struktur geologi, kondisi hidrologi lereng dan jenis pemanfaatan lahan lereng pada
beberapa wilayah sangat berpotensi proses tanah longsorgerakan
tanah. Beberapa
kawasan rentan
gerakan tanah dengan potensi tinggi meliputi wilayah Kecamatan Bandar Pusaka, Sekerak, Tamiang Hulu dan
Tenggulun. Air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya
akibat curah hujan yang tinggi dan menerus akan menggenangi permukaan daratan yang rendah dan
berpotensi banjir.Beberapa kawasan rentan banjir dengan potensi rendah dan tinggi meliputi wilayah sempadan
sungai pada aliran sungai simpang kiri, sungai simpang kanan dan Sungai tamiang dalam Kecamatan Tenggulun,
Tamiang Hulu, Kejuruan Muda, Kota Kuala Simpang, Rantau, Karang Baru, Manyak Payed, Seruway dan
Bendahara. Angin kencang berkecepatan tinggi yang bergerak
melingkar menyentuh permukaan bumi meliputi wilayah yang sangat luas berpotensi puting beliung, meliputi
kawasan wilayah Kecamatan Bandar Pusaka dan Tamiang Hulu.
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 12
Gambar 2.7 Peta Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Aceh Tamiang
2.1.1.4 Demografi I.
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Aceh Tamiang adalah 272.228 jiwa yang tersebar di 12 Kecamatan. Penduduk laki-
laki berjumlah 136.626 jiwa dan perempuan 135.602 jiwa, dengan rasio jenis kelamin sex
ratio sebesar 101. Ini berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 1 penduduk laki-
laki lebih banyak. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2013 -2014 sebesar 1,20 .
II. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Persebaran penduduk antar kecamatan terlihat masih belum merata. Kepadatan
penduduk biasanya terkonsentrasi di pusat perekonomian yang umumnya memiliki segala
fasilitas yang dibutuhkan oleh penduduk. Masalah yang sering timbul akibat kepadatan penduduk
pada umumnya berhubungan dengan perumahan, kesehatan, dan keamanan. Oleh karena itu,
distribusi penduduk harus menjadi perhatian khusus
pemerintah dalam
melaksanakan
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 13
pembangunan, seperti
memprioritaskan pembangunan yang dilaksanakan di daerah-daerah
yang masih terisolir dan kekurangan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan perekonomian
masyarakat setempat. Hal ini sekaligus harus berkaitan dengan daya dukung lingkungan dan
dapat menciptakan lapangan kerja yang luas bagi penduduk setempat. Jumlah penduduk periode
2010 – 2014 disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Tahun 2010
– 2014
NO Kecamatan Luas
Wilayah Km
2
Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan
Thn 2014 jiwakm
2
2010 2011
2012 2013
2014 1
Manyak Payed
267,11 28.928
29. 485 29.986
30.356 31.208
117 2
Bendahara 132,53
18.551 19.066
19.229 19.473
20.027 151
3 Banda Mulia
48,27 10.644
37.178 37.551
11.153 11.485
238 4
Seruway 188,49
23.627 24.132
24.491 24.799
25.513 135
5 Rantau
51,71 32.850
18.115 18.689
34.487 35.559
688 6
Karang Baru
139,45 36.226
32.740 32.924
38.036 39.179
281 7
Sekerak 257,95
6.029 17.663
17.987 6.289
6.464 25
8 Kota Kuala
Simpang 4,48
18.030 33.749
34.051 19.019
19.621 4.380
9 Kejuruan
Muda 124,48
31.763 10.873
11.033 33.361
34.365 276
10 Tamiang
Hulu 194,63
17.353 11.867
12.022 18.197
18.740 96
11 Tenggulun
295,55 16.315
16.570 16.913
17.118 17.596
60 12
Bandar Pusaka
252,37 11.598
6.243 6.249
12.132 12.471
49
JUMLAH 1.957,02 251.914 257.681 261.125 264.420 272.228
139
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.
Persebaran penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang terkonsentrasi di dua Kecamatan yaitu
Kecamatan Karang Baru dan Kecamatan Rantau dengan persentase masing-masing sebesar 14,39
dan 13,06 . Kecamatan yang paling sedikit penduduknya yaitu Kecamatan Sekerak dengan
jumlah penduduk sebanyak 6.464 jiwa. Kecamatan Kota Kuala Simpang yang
luasnya hanya 4,48 km2 0,23 dari total luas Kabupaten Aceh Tamiang, merupakan daerah
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 14
terpadat dengan kepadatan penduduk mencapai 4.380 jiwakm2 tahun 2014. Kecamatan Sekerak
merupakan daerah terjarang penduduknya dengan kepadatan penduduk 25 jiwakm2 pada tahun 2014.
III. Komposisi Penduduk
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam
bentuk piramida penduduk. Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam
tiap kelompok umur pada piramida tersebut dapat
diperoleh gambaran
mengenai perkembangan penduduk masa yang akan datang.
Gambar 2.8 Struktur Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014
Grafik piramida penduduk Kabupaten Aceh Tamiang di atas menunjukkan bahwa jumlah
penduduk yang berada pada kelompok umur di bawah 10 tahun cenderung bertambah karena
peningkatan jumlah penduduk selama 10 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kelahiran Kabupaten Aceh Tamiang masih cukup tinggi. Dengan demikian, perlu adanya upaya
dari pemerintah untuk menekan angka kelahiran, misalnya dengan menggalakkan program KB dan
menunda usia perkawinan pertama. Penduduk
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 15
Kabupaten Aceh Tamiang sebagian besar berada pada kelompok umur produktif atau masih
tergolong umur muda, yaitu 63,59 . Hal ini ditunjukkan dari persentase penduduk umur
muda di bawah 15 tahun sebesar 32,91 pada tahun 2014 serta penduduk umur 65 tahun
ke atas sebesar 3,50 .
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Tahun 2012 – 2014
NO Kelompok
Umur 2012
2013 2014
Jumlah Jumlah
Jumlah 1
– 14 tahun jiwa
85.225 33,23
88.102 33,05
89.577 32,91
2 15
– 64 tahun jiwa
166.095 63,33
167.102 63,48
173.097 63,59
3 65 tahun
jiwa 9.805
3,44 9.216
3,47 9.554
3,50 4
Jumlah jiwa 261.125 100,00 264.420 100,00 272.228 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.
2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan aspek yang penting untuk diketahui, karena memberikan gambaran dan hasil
analisis terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat, yang mencakup Indeks Pembangunan Manusia, kesejahteraan dan pemerataan
ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olah raga.
2.1.2.1 Indeks Pembangunan Manusia
Sesuai dengan
ketentuan UNDP
Human Development
Report 2001,
bahwa kesuksesan
pembangunan suatu
wilayah diukur
dari Indek
Pembangunan Manusia IPM yang merupakan indek komposit dari tiga dimensi: 1pendidikan knowledge,
dengan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah; 2 kesehatan ataupun panjang usia longevity,
dengan indikator usia harapan hidup; dan 3 ekonomi ataupun standar hidup layak decent living, yaitu
kemampuan daya beli masyarakat dengan indikator rata- rata konsumsi riil perkapita.
Pada tahun
2010, UNDP
memperkenalkan penghitungan IPM dengan metode baru. Tahun 2011 dan
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 16
2014 dilakukan penyempurnaan metodologi IPM Metode Baru. Salah satu alasan yang dijadikan dasar perubahan
metodologi penghitungan IPM yaitu beberapa indikator sudah tidak tepat digunakan dalam penghitungan IPM.
Angka Melek Huruf AMH sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat
menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga
tidakdapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. Angka Melek Huruf AMH pada metode
lama diganti dengan angka Harapan Lama Sekolah HLS. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di
Kabupaten Aceh Tamiang periode 2010 – 2011 adalah
seperti tabel berikut.
Tabel 2.4 Indeks Pembangunan Manusia IPM Tahun 2010-2014
NO Uraian
Tahun
2010 2011
2012 2013
2014 1
IPM Kabupaten Aceh Tamiang
64,67 64,89
65,21 65,56
66,09 2
IPM Provinsi Aceh 67,09
67,45 67,81
68,30 68,81
3 Peringkat Kabupaten
di Provinsi Aceh 13
13 13
13 13
4 Peringkat Provinsi
Aceh di Indonesia 10
10 10
12 11
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2015.
Dari tabel
diatas dapat
dilihat bahwa
perkembangan pembangunan manusia yang dicapai Kabupaten Aceh Tamiang sampai tahun 2014 tidak terlalu
signifikan. Angka IPM Aceh Tamiang hanya sedikit mengalami peningkatan dari 64,67 di tahun 2010 menjadi
66,09 pada tahun 2014, dan tergolong dalam kelompok “menengah bawah” skala 50 – 66. Angka IPM
mengalami peningkatan meskipun dilihat dari peringkat pada level peringkat propinsi tidak ada peningkatan.
Peringkat IPM Aceh Tamiang untuk level Provinsi, menempati peringkat ke-13 dari 23 KabupatenKota di
Provinsi Aceh.
2.3.2.2 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi I.
Pertumbuhan PDRB
Produk Domestik Regional Bruto PDRB
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 17
sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
wilayah dalam satu tahun. Sampai dengan tahun 2014 nilai PDRB Aceh Tamiang baik Atas Dasar Harga
Berlaku ADHB dan Atas Dasar Harga Konstan ADHK 2010 terus mengalami peningkatan.
PDRB ADHB
dengan migas
rata-rata mengalami peningkatan sebesar 6,74 atau sekitar
327 miliar rupiah tiap tahunnya. Tahun 2014 nilai PDRB ADHB dengan migas mencapai sebesar 5,71
triliun rupiah. Hal ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2013 yang sebesar 5,41 triliun rupiah.
Sebelumnya, nilai PDRB ADHB juga meningkat dari sebesar 4,62 triliun rupiah menjadi 4,90 triliun rupiah
selama tahun 2011-2012. Tanpa memperhitungkan migas, PDRB ADHB
juga selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar 7,39 atau 309,31 miliar
rupiah per tahun. PDRB ADHB tanpa migas tahun 2014 mencapai 5 triliun rupiah. Nilai ini meningkat
sebesar 434,51 miliar rupiah dari tahun 2013 yang mencapai 4,64 triliun rupiah. Sebelumnya, tahun
2011-2012, PDRB juga mengalami peningkatan dari 3,95 triliun rupiah menjadi 4,21 triliun rupiah pada
tahun 2012. Selanjutnya nilai dan kontribusi PDRB ADHB menurut lapangan usaha dari tahun 2010
sampai tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.5 Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2010
– 2014
NO Sektor
Nilai PDRB ADHB Rp. Juta 2010
2011 2012
2013 2014
A Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan
1.592.107,3 1.671.818,1
1.803.218,7 1.965.953,6
2.091.810,4 B
Pertambangan Penggalian
1.010.366,0 1.011.471,1
1.022.190,8 1.155.228,6
1.124.569,0 C
Industri Pengolahan
219.390,3 232.643,3
245.364,1 268.782,0
297.335,2 D
Pengadaan Listrik,Gas Air
bersih 3.975,1
4.245,9 4.324,4
4.522,3 4.730,6
E Pengadaan Air,
Pengolahan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 1.305,7
1.469,9 1.619,9
1.801,3 1.988,1
F Konstruksi
228.676,8 249.372,1
273.386,6 302.069,2
327.563,9
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 18
G Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor
454.634,4 465.305,3
482.531,8 521.175,7
553.403,4 H
Transportasi dan Pergudangan
168.224,4 180.139,0
198.504,3 220.615,8
236.495,0 I
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 36.178,9
43.754,0 47.937,5
53.304,9 61.801,0
J Informasi dan
Komunikasi 135.051,5
155.426,4 168.597,6
186.791,4 202.372,0
K Jasa Keuangan dan
Asuransi 31.581,0
38.343,8 42.578,6
56.187,7 81.524,5
L Real Estat
142.681,2 150.728,4
167.778,8 186.887,9
203.187,6 M,N Jasa Perusahaan
14.878,3 14.928,9
16.505,4 17.875,3
19.167,7 O
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 143.763,2
150.455,5 166.164,7
182.438,6 199.421,6
P Jasa Pendidikan
67.082,7 69.039,1
72.436,1 79.482,3
85.343,6 Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 97.655,5
108.758,9 116.937,6
127.415,2 135.187,5
R,S ,T,
U Jasa Lainnya
59.208,3 67.230,7
73.378,4 81.722,0
88.839,9 PDRB ADHB
4.406.760,5 4.615.130,4
4.903.465,2 5.412.254,0
5.714.741,2 PDRB NON MIGAS
3.758.137,5 3.950.162,1
4.205.593,7 4.640.101,6
4.995.368,8
Angka sementara Angka sangat sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.
Nilai PDRB dengan mengabaikan faktor harga menunjukkan nilai PDRB secara riil yang secara
umum disebut sebagai PDRB ADHK. Peningkatan yang kontinu menunjukkan produktivitas Aceh
Tamiang yang terus meningkat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, nilai PDRB ADHK dengan migas
rata-rata mengalami peningkatan 151,30 miliar rupiah per tahun dari 4,41 triliun rupiah di tahun
2010 menjadi 5,01 triliun rupiah di tahun 2014. Sedangkan
nilai PDRB
ADHK tanpa
mengikutkan migas
pada tahun
2010-2014 mengalami peningkatan rata-rata 151,82 miliar
rupiah tiap tahunnya, dengan nilai 4,37 triliun rupiah pada tahun 2014 atau meningkat 607,26 miliar
rupiah dari tahun 2010. Terlihat bahwa rata-rata kenaikan PDRB ADHB cenderung lebih besar daripada
kenaikan PDRB ADHK yang menunjukkan bahwa kenaikan harga lebih tinggi daripada kenaikan
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 19
produktivitas. Nilai dan kontribusi PDRB ADHK dari tahun 2010 sampai tahun 2014 disajikan pada tabel
2.4 berikut.
Tabel 2.6 Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010, Tahun 2010
– 2014
NO Sektor
Nilai PDRB ADHK Rp. Juta 2010
2011 2012
2013 2014
A Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan
1.592.107, 3
1.639.002, 6
1.703.360, 9
1.793.507, 9
1.832.552, 7
B Pertambangan
Penggalian 1.010.366,
959.997,2 996.718,3
1.064.523, 3
1.007.837, 4
C Industri
Pengolahan 219.390,3
223.128,5 226.737,5
231.964,9 242.003,0
D Pengadaan
Listrik dan Gas 3.975,1
4.265,0 4.575,3
4.758,3 4.983,3
E Pengadaan Air,
Pengolahan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 1.305,7
1.390,5 1.439,2
1.533,6 1.627,9
F Konstruksi
228.676,8 240.226,9
255.392,0 267.471,7
279.669,5
G Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 454.634,4
459.455,1 470.920,4
493.898,3 515.669,7
H Transportasi dan
Pergudangan 168.224,4
174.698,0 180.968,4
187.732,4 196.128,5
I Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum
36.178,9 42.217,4
43.555,8 45.766,9
48.419,1 J
Informasi dan Komunikasi
135.051,5 149.502,0
156.666,5 168.996,1
180.487,8 K
Jasa Keuangan dan Asuransi
31.581,0 36.293,1
36.589,2 45.787,8
63.026,1 L
Real Estat 142.681,2
146.248,2 156.748,8
168.693,1 177.853,1
M,N Jasa Perusahaan 14.878,3
14.893,2 15.563,4
16.234,1 16.799,1
O Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
143.763,2 147.044,9
155.711,0 164.379,3
173.289,5 P
Jasa Pendidikan 67.082,7
68.759,7 71.668,3
75.538,4 79.164,2
Q Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial
97.655,5 102.831,2
107.862,2 113.098,5
118.367,1 R,
S,T ,U
Jasa Lainnya 59.208,3
64.122,6 66.726,0
70.843,0 74.087,6
PDRB ADHK 4.406.760,
5 4.474.076,
2 4.651.203,
2 4.914.818,
6 5.011.965,
5 PDRB NON MIGAS
3.758.137, 5
3.814.669, 7
3.981.540, 4
4.202.408, 6
4.365.398, 1
Angka sementara Angka sangat sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 20
Dilihat dari pertumbuhan ekonominya, kondisi perekonomian Aceh Tamiang cenderung baik, dimana
pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu lima tahun terakhir selalu positif. Pertumbuhan ekonomi dengan
migas mengalami puncak pertumbuhannya pada tahun 2013 dengan nilai 5,67 . Sedangkan
pertumbuhan terendah sebesar 1,53 pada tahun 2011. Dari tahun 2011 hingga 2013 pertumbuhannya
semakin meningkat, tetapi pada tahun 2014 pertumbuhannya melambat. Hal ini terjadi karena
sektor migas yang banyak memberikan pengaruh pada
pertumbuhan ekonomi
terus mengalami
penurunan produksi.
Begitu juga
dengan pertumbuhan
ekonomi tanpa
migas yang
menunjukkan bahwa tahun 2013 merupakan tahun dimana pertumbuhan ekonomi tertinggi nilainya
dibandingkan tahun-tahun lain dalam empat tahun terkahir yaitu sebesar 5,55 .
Tahun 2014, pertumbuhan ekonomi tanpa migas bergerak melambat yaitu sebesar 3,88 .
Dilihat lebih rinci, terdapat satu kategori yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu kategori
pertambangan dan penggalian yang terkoreksi sebesar minus 5,33 . Selain kategori tersebut,
kategori lain menunjukkan pertumbuhan yang positif. Lima kategori dengan pertumbuhan tertinggi adalah
kategori jasa keuangan dan asuransi mencapai 37,65 , kategori informasi dan komunikasi sebesar 6,80
, kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 6,15 , kategori
penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 5,79 dan kategori real estate mencapai 5,43 .
Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2011
– 2014, dapat dilihat pada gambar berikut.
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 21
Gambar 2.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Aceh Tamiang, Tahun 2011
– 2014 II. PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional
Perkapita
Pertumbuhan perekonomian
yang terus
menguat telah meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
PDRB per kapita selama tahun 2010 – 2014. PDRB
per kapita ADHB dengan migas pada tahun 2014 telah menembus 20,99 juta rupiah. Capaian ini
berarti menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 4,34 dibanding dengan tahun 2013 yang mencapai
20,12 juta rupiah. Jadi dengan merujuk periode 2010 – 2014, rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita
dengan migas mencapai 4,85 . Capaian ini masih perlu ditingkatkan, mengingat masih berada dibawah
PDRB per kapita Aceh, yakni 26,59 juta rupiah. Sedangkan tinjauan ADHK 2010 sebagai indikasi
pendapatan riil, PDRB per kapita tahun 2014 sebesar 18,41 juta rupiah, tumbuh sebesar 0,77 dibanding
tahun 2013. Sementara
itu, tinjauan
tanpa migas
menggambarkan perkembangan PDRB yang juga meningkat selama tahun 2010
– 2014. Bahkan rata- rata pertumbuhan per kapita tanpa migas lebih tinggi
dibandingkan rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita dengan migas, baik ADHB maupun ADHK 2010
pada tahun 2010 – 2014. PDRB per kapita tanpa
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 22
migas pada tahun 2014 mencapai 18,35 juta rupiah, sementara PDRB per kapita ADHB tanpa migas tahun
2010-2013 masing-masing sebesar 14,82 juta rupiah, 15,26 juta rupiah, 15,92 juta rupiah dan
17,25 juta rupiah. Demikian juga dengan PDRB per kapita ADHK 2010 tanpa migas pada tahun 2014
sebesar 16,04 juta rupiah dan pada tahun 2013 sebesar 15,62 juta rupiah. Selengkapnya PDRB per
kapita di Kabupaten Aceh Tamiang baik Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan
dengan dan tanpa migas tahun 2010 – 2014
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.7 PDRB Perkapita Tahun 2010
– 2014
NO Uraian
Tahun 2010
2011 2012
2013 2014
1 Jumlah Penduduk jiwa
251.914 257,681
261.125 264.420
272.228 2
Pendapatan Regional perkapita ADHB dengan
migas Rp 17.382.847,67 17.826.194,34 18.561.989,99 20,119.379,83 20.992.481,40
3 Pendapatan Regional
ADHB tanpa migas Rp 14.824.298,17 15.257.717,81 15.920.208,49 17.248.999,52 18.349.944,90
4 PDRB perkapita ADHK
dengan migas Rp 17.382.847,67 17.281.364,74 17.607.055,95 18.270.225,87 18.410.911,12
5 PDRB perkapita ADHK
non migas Rp 14.824.298,17 14.734.371,06 15.072.058,26 15.621.930,15 16.035.815,97
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.
Sedangkan pendapatan regional perkapita diperoleh dari hasil bagi antara Produk Domestik
Regional Netto PDRN atas biaya faktor produksi PDRB yang telah dikurangi penyusutan dan pajak
tak langsung dengan penduduk pertengahan tahun. Secara umum nilai pendapatan regional
perkapita baik dengan harga konstan maupun harga berlaku mengalami peningkatan. Nilai pendapatan
regional perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp.
818.833,71-, atau sekitar 4,34 dari tahun sebelumnya, dan nilai pendapatan regional perkapita
atas dasar harga berlaku tanpa sektor migas pada tahun yang sama juga mengalami peningkatan
sebesar Rp. 1.032.515,83,- atau sekitar 6,38 .
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 23
Demikian juga nilai pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan pada tahun 2014
mengalami peningkatan sebesar Rp. 131.940,93,-, atau sekitar 0,77 dari tahun sebelumnya, dan nilai
pendapatan regional perkapita atas dasar harga kontan
tanpa sektor
migas juga
mengalami peningkatan sebesar Rp. 388.160,64,- atau sekitar
2,65 dari tahun sebelumnya. Selengkapnya pendapatan regional perkapita di Kabupaten Aceh
Tamiang baik Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan dengan dan tanpa migas tahun
2010 – 2014 disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.8 Pendapatan Regional Perkapita Tahun 2010
– 2014
NO Uraian
Tahun 2010
2011 2012
2013 2014
1 Jumlah Penduduk jiwa
251.914 257,681
261.125 264.420
272.228 2
Pendapatan regional perkapita ADHB dengan
migas Rp 16.302.412,21 16.718.202,55 17.408.264,63 18.868.854,50 19.687.688,21
3 Pendapatan regional
perkapita ADHB tanpa migas Rp
13.902.890,03 14.309.370,36 14.930.683,76 16.176.883,43 17.209.399,26 4
Pendapatan regional perkapita ADHK dengan
migas Rp 16.302.412,21 16.207.236,98 16.512.664,77 17.134.635,18 17.266.576,11
5 Pendapatan regional
perkapita ADHK non migas Rp
13.902.890,03 13.818.552,36 14.136.250,53 14.650.944,99 15.039.105,63
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.
III. Laju Inflasi
Tingkat perkembangan harga dapat dilihat dari perubahan indeks harga konsumen IHK. IHK
diperoleh dari survei biaya hidup SBH yang dilaksanakan BPS di 82 ibu kota kabupatenkota di
seluruh Indonesia. Untuk Provinsi Aceh, inflasi dihitung di Kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe dan
Kabupaten Aceh Barat. Dikarenakan Kabupaten Aceh Tamiang tidak dilaksanakan SBH sehingga tidak
dapat menghitung inflasi yang terjadi, maka pendekatan penentuan inflasi tersebut mengikuti
KabupatenKota terdekat yang telah menghitung inflasi berdasarkan SBH dengan syarat masih dalam
satu provinsi.
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 24
Oleh karena itu maka penentuan inflasi yang terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang mengikuti
besarnya inflasi yang terjadi di Kota Lhokseumawe. Berdasarkan
data yang
diperoleh dari
hasil perhitungan inflasi yang terjadi di Kota Lhokseumawe
dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh maka didapatkan
perkembangan laju
inflasi Kota
Lhokseumawe periode 2010 – 2014.
Laju inflasi yang terjadi pada tahun 2010 adalah sebesar 7,19 dan pada tahun 2011
menurun menjadi 3,55 . Laju inflasi tertinggi selama periode 2010
– 2014 adalah pada tahun 2014 yaitu sebesar 8,53 dan laju inflasi terendah Kota
Lhokseumawe sepanjang periode tersebut berada pada
tahun 2012
yaitu sebesar
0,39 .
Perkembangan laju
inflasi Kota
Lhokseumawe periode 2010
– 2014 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.10 Grafik Perkembangan Laju Inflasi Kota Lhokseumawe Tahun 2010
– 2014 IV. Kemiskinan
Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan.Penduduk miskin menurut BPS adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Garis
kemiskinan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100
kilo kalori per kapita per hari ditambah kebutuhan
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 25
minimum non makanan yang mencakup perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
Secara umum tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang terus mengalami penurunan dari
17,98 pada tahun 2010, menjadi 14,58 pada tahun 2014, dengan jumlah penduduk miskin
sebesar 39.909
jiwa. Tingkat
kemiskinan di
Kabupaten Aceh Tamiang berada di atas nasional 10,59 , namun lebih baik jika dibandingkan
dengan Provinsi Aceh yaitu sebesar 16,98 seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.9 Statistik Kemiskinan Tahun 2010
– 2013
NO Uraian
Tahun
2010 2011
2012 2013
2014 1
Batas Garis Kemiskinan Rp
298.509 322.629 328.598 331.218 336.767 2
Jumlah Penduduk Miskin jiwa
45.130 45.295
44.100 40.800
39.909 3
Tingkat Kemiskinan Kabupaten
17,98 17,49
16,70 15,13
14,58 4
Tingkat Kemiskinan Provinsi
19,95 19,48
18,58 17,72
16,98 5
Tingkat Kemiskinan Nasional
13,33 12,36
11,66 11,47
10,59 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2014.
2.1.2.3 Fokus Kesejahteraan Masyarakat I. Pendidikan
Fokus kesejahteraan sosial bidang pendidikan mencakup Angka Melek Huruf, Angka Harapan Lama
Sekolah, Angka Rata-rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Kasar, Angka Partisipasi Murni dan Angka
Pendidikan yang Ditamatkan. A. Angka Melek Huruf
Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan adalah kemampuan membaca dan
menulis penduduk berumur 10 tahun ke atas. Kemampuan ini dipandang sebagai kemampuan
dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu, agar paling tidak memiliki peluang untuk
terlibat dan berpartisipasi dalam pembangunan. Tinggi
rendahnya angka
buta huruf
suatu
RKPD Kabupaten Aceh Tamiang 2017
II - 26
masyarakat mencerminkan kualitas masyarakat tersebut.
Persentase penduduk 10 tahun ke atas yang mampu membacamenulis pada tahun 2010 adalah
sebesar 98,27 berkurang menjadi 98,10 pada tahun 2014, atau terjadi penurunan sebesar 0,17
, yang berarti terjadi kenaikan pada Angka Buta Huruf. Sebelumnya Angka Buta Huruf adalah
sebesar 1,73 pada tahun 2010, meningkat menjadi 1,90 pada tahun 2014.
Tabel 2.10 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas
Menurut Kemampuan BacaTulis Tahun 2010
– 2014 NO
Uraian Tahun
2010 2011
2012 2013
2014 1
Angka Melek Huruf Kab. Aceh Tamiang
98,27 98,32 98,33 98,38 98,10 2
Angka Buta Huruf Kab. Aceh Tamaing
1,73 1,68
1,67 1,62
1,90
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.
B. Angka Harapan Lama Sekolah HLS dan Rata- Rata Lama Sekolah RRLS