oleh Bank BRI Syariah BRIS, sedangkan skor tertinggi untuk TE sebesar 100 dicapai oleh Bank Bukopin Syariah BBS.
Pada tahun 2015 rata-rata skor SCE adalah sebesar 94,85, sedangkan rata-rata skor untuk OER dan TE adalah sebesar 95,26 dan
95. Pada tahun 2015 skor terendah untuk SCE sebesar 87,80 dialami oleh Bank Syariah Mandiri BSM, skor terendah untuk OER sebesar
90,37 dialami oleh Bank BNI Syariah BNIS, sedangkan skor terendah untuk TE sebesar 87,33 dialami oleh Bank Syariah Mandiri BSM. Pada
tahun 2015 skor tertinggi untuk SCE sebesar 98,83 dicapai oleh Bank BCA Syariah BCAS, skor tertinggi untuk OER sebesar 104,2 dicapai
oleh Bank Mega Syariah BMS, sedangkan skor tertinggi untuk TE sebesar 100 dicapai oleh Bank Bukopin Syariah BBS.
Grafik 4.8 Skor Efisiensi DEA, SFA, dan OER BOPO
Sumber: data diolah
Pada grafik 4.8 diatas terlihat bahwa skor efisiensi Stochastic Cost Efficiency SCE yang diderivasi dari fungsi biaya menunjukan skor yang
berbeda dari triwulan ke triwulan, hal ini mengindikasikan skor efisiensi enam DMU selama dua puluh triwulan cukup fluktuatif dan menunjukan
adanya pergerakan skor efisiensi yang dalam jangka panjang menunjukan suatu peningkatan. Hal tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
kemampuan bank dalam mengelola biaya operasional cukup baik dengan dicapainya skor efisiensi untuk ke arah mendekati 100 atau efisien.
Pada grafik dijelaskan juga bahwa hasil pengukuran Technical Efficiency TE dengan Cost-DEA pendekatan intermediasi dengan model
VRS menunjukan skor yang fluktuatif sebagaimana hasil pengukuran SCE dengan pendektanan parametrik SFA yang nyaris memberikan hasil
pengukuran yang sama pada tiap triwulannya. Hal ini mengindikasikan bahwa pengukuran efisiensi biaya dengan metode SFA dapat digunakan
secara bergantian dengan pengukuran efisiensi teknik dari pendektan non- parametrik DEA.
Pergerakan skor Operational Efficiency Ratio OER atau BOPO Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional menunjukan
pergerakan yang meningkat pada jangka panjang meskipun pada jangka pendek fluktuatif. Artinya bank umum syariah mengalami peningkatan
efisensi operasional dalam jangka panjang selama periode penelitian. Dibandingkan dengan hasil pengkuran parametrik SFA dan non-
parametrik DEA, skor efisiensi BOPO menunjukan perbedaan yang
signifikan pada triwulan II 2012 hingga triwulan I 2014 skor dengan pendekatan parametrik dan non-parametrik mengalami upper value
terhadap rasio OER BOPO, sedangkan pada periode lainnya bergerak berhimpitan dengan hasil pengukuran parametrik SCE dan non-
parametrik TE. Guna melihat apakah kedua pengukuran frontier tersebut dapat mewaliki pengukuran efisiensi yng pada umumnya bank gunakan
yaitu OER BOPO, maka dilakukan uji beda dengan Kruskal-Wallis. 2. Uji Beda Menggunakan Kruskal-Wallis
Ranks
Efisiensi N
Mean Rank Skor
OER 20
23,05 SCE
20 32,15
TE 20
36,30 Total
60
Hipotesis: Ho
: Ketiga hasil pengukuran skor efisiensi identik ketiga hasil pengukuran efisiensi tidak berbeda secara signifikan.
Test Statistics
a,b
Skor Chi-Square
6,024 Df
2 Asymp. Sig.
,049 a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Efisiensi
Hi : Minimal satu dari ketiga hasil pengukuran efisiensi tidak
identik ketiga hasil pengukuran efisiensi berbeda secara signifikan.
Pengambilan keputusan 1. Dasar pengambilan keputusan menggunakan perbandingan statistik
hitung dengan statistik tabel. Jika statistik hitung statistik tabel, maka Ho diterima
Jika ststistik hitung statistk tabel, maka Ho ditolak Statistik hitung
Dari tabel output diatas terlihat bahwa statistik hitung kruskal- wallis adalah 6,024.
Statistik tabel Dengan menggunakan tabel chi-square untuk df = k
–1 = 3-1 = 2 dan tingkat signifikansi = 0,050, maka didapatkan nilai
statistik tabel = 5,991 Keputusan:
Karena statistik hitung statistik tabel 6,024 5,991, maka Ho ditolak.
2. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas: Jika probabilitas 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas 0,05, maka Ho ditolak Keputusan:
Terlihat bahwa pada kolom Asymp sig 2-tailed untuk diuji 2 sisi adalah 0,049. Karena nilai probabilitas dibawah 0,05, maka Ho ditolak.
Berdasarkan dari hasil kedua pengujian, hasil yang diperoleh sama, yaitu Ho ditolak atau minimal salah satu dari ketiga hasil pengukuran tidak
identik skor hasil pengukuran ketiga pendekatan berbeda secara signifikan. Maka digunakan pengujian dua kelompok sampel uji beda
Mann-Whitney guna melihat lebih spesifik hasil perhingungan tingkat efisiensi yang identik dan tidak identik dengan skor BOPO OER.
3. Uji Beda Menggunakan Mann-Whitney
Ranks
Efisiensi N Mean Rank Sum of Ranks Skor OER
20 17,15
343,00 SCE
20 23,85
477,00 Total
40
Hipotesis: Ho
: Kedua hasil pengukuran efisiensi identik skor hasil pengukuran kedua pendekatan tidak berbeda secara
signifikan
Test Statistics
a
Skor Mann-Whitney U
133,000 Wilcoxon W
343,000 Z
-1,812 Asymp. Sig. 2-tailed
,070 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
,072
b
a. Grouping Variable: Efisiensi b. Not corrected for ties.
Hi : Kedua hasil pengukuran tidak identik skor hasil
pengukuran kedua pendekatan berbeda secara signifikan Pengambilan keputusan:
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas: Jika probabilitas 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas 0,05, maka Ho ditolak Terlihat bahwa pada kolom Asymp sig 2-tailed untuk diuji 2 sisi
adalah 0,070. Disini didapat probabilitas diatas 0,050, maka Ho diterima, atau kedua hasil pengukuran identik atau skor hasil pengukuran kedua
pendekatan tidak berbeda secara signifikan.
Terlihat bahwa pada kolom Asymp sig 2-tailed untuk diuji 2 sisi adalah 0,027. Disini didapat probabilitas dibawah 0,050, maka Ho ditolak,
Ranks
Efisiensi N Mean Rank Sum of Ranks Skor OER
20 16,40
328,00 TE
20 24,60
492,00 Total
40
Test Statistics
a
Skor Mann-Whitney U
118,000 Wilcoxon W
328,000 Z
-2,218 Asymp. Sig. 2-tailed
,027 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
,026
b
a. Grouping Variable: Efisiensi b. Not corrected for ties.
atau kedua hasil pengukuran tidak identik atau skor hasil pengukuran kedua pendekatan berbeda secara signifikan.
Ranks
Efisiensi N Mean Rank Sum of Ranks Skor
SCE 20
18,80 376,00
TE 20
22,20 444,00
Total 40
Test Statistics
a
Skor Mann-Whitney U
166,000 Wilcoxon W
376,000 Z
-,920 Asymp. Sig. 2-tailed
,358 Exact Sig. [21-tailed Sig.]
,369
b
a. Grouping Variable: Efisiensi b. Not corrected for ties.
Terlihat bahwa pada kolom Asymp sig 2-tailed untuk diuji 2 sisi adalah 0,358. Disini didapat probabilitas diatas 0,050, maka Ho diterima,
atau kedua hasil pengukuran identik atau skor hasil pengukuran kedua pendekatan tidak berbeda secara signifikan.
Berdasarkan hasil kedua pengujian diatas, maka dapat dinyatakan bahwa hasil pengukuran antara pendekatan non-parametrik DEA TE dan
pendekatan rasio OER BOPO adalah tidak identik atau kedua hasil pengukuran berbeda secara signifikan. Artinya bahwa DEA dapat menjadi
pertimbangan bank umum syariah untuk digunakan dalam mengestimasi efisiensi, sementara perhitungan melalui pendekatan parametrik SFA
SCE adalah tidak berbeda secara signifikan dengan OER BOPO,
sehingga bank umum syariah dapat menggunakan rasio BOPOOER dalam mengukur skor efisiensi dengan pendekatan paremetrik SFA, dengan
kata lain anata hasil penukuran parametrik dan pengukuran rasio saling mewakili.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi bank umum syariah dengan menggunakan pendekatan frontier, baik melalui
pendekatan parametrik metode SFA maupun dengan pendekatan non- parametrik metode DEA. Selain mengukur tingkat efisiensi bank umum
syariah, penelitian juga bertujuan untuk membandingkan kedua hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan rasio operational efficiency
ratio atau biaya operasional terhadap pendapatan operasional BOPO sebagai benchmark. Selain itu, penelitian dilengkapi dengan pengukuran
dan analisis produktivitas bank umum syariah. Penelitian ini menggunakan enam bank umum syariah sebagai objel penelitian dengan waktu penelitian
pada triwulan I 2011 hingga triwulan IV 2015. Berkut adalah beberapa kesimpulan dalam penelitian ini.
1. Pada pengukuran tingkat efisiensi menggunakan pendekatan parametrik, metode SFA Stochastic Cost Efficiency SCE didapat
bahwa secara individu, Bank Bukopin Syariah memiliki tingkat efisiensi biaya rata-rata paling tinggi dengan skor 98,44 dan bank
BNI Syariah dengan rata-rata tingkat efisiensi biaya paling rendah dengan skor 89,72. Secara keseluruhan rata-rata tingkat efisiensi
biaya bank umum syariah selama triwulan I tahun 2011 hingga triwulan IV tahun 2015 juga memiliki trend yang fluktuatif dengan
tingkat efisiensi tertinggi dicapai pada triwulan II tahun 2015 dan tingkat efisiensi terendah dicapai pada triwulan I tahun 2012.
2. Pada pengukuran tingkat efisiensi menggunakan pendekatan non- parametrik, metode DEA, didapat pada penelitian ini tiga jenis
efisiensi, yaitu technical efficiency TE, allocative efficiency AE, dan cost efficiency CE. Pada hasil pengukuran tiga jenis tingkat efisiensi
terdapat satu bank yang nyaris stabil dengan skor efisiensi 100 pada tiap triwulannya, yaitu Bank Bukopin Syariah sedangkan lima bank
umum syariah lainnya bergerak fluktuatif. 3. Pada analisis produktivitas enam bank umum syariah dengan
Malmquist Index- DEA model VRS yang dicerminkan dari skor Total Factor Productivity TFP, didapat temuan bahwa tingkat
produktivitas bank umum syariah beregerak secara fluktuatif, secara rata-rata penurunan produktivitas terjadi pada triwulan pertama pada
tiap tahunnya dan peningkatan produktivitas terjadi pada triwulan keempat pada tiap tahunnya. Sumber utama dalam peningakatan
produktivitas adalah Technical Change, sedangkan sumber dalam penurunan produktivitas adalah Technical Change dan Efficiency
Change. 4. Pada analisis perbandingan antara hasil pengukuran tingkat efisiensi
melalui pendekatan parametrik metode SFA SCE dan non- parametrik metode DEA TE dengan pendekatan rasio OER
menggunakan uji beda Kruskal-Wallis menunjukan hasil dimana
terdapat setidaknya terdapat satu hasi pengukuran yang berbeda secara signifikan. Hasil pengujian dengan Mann-Whitney menunjukan
bahwa pengukuran antara metode SFA dan OER tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Artinya pengukuran melalui metode SFA
dapat digunakan secara bergantian karena saling mewakili, sedangkan pengujian antara hasil pengukuran dengan motode DEA dengan rasio
OER menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa pengukuran dengan metode DEA dapat digunakan
bank dalam mengestimasi tingkat efisiensi selain rasio OER.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yang terangkum dalam poin-poin kesimpulan di atas, saran-saran yang dapat peneliti berikan
adalah sebagai berikut: 1. Bagi Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan selaku regulator
perbankan, diharapkan lebih memonitoring tingkat efisiensi bank syariah, karena tingkat efisiensi merupakan salah satu cerminan dari
kesehatan bank. Selain itu diharapkan pula agar lebih memberikan dukungan terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas bank
umum syariah, mengingat bank syariah memiliki peran yang vital dalm perkembangan sistem keuangan syariah.
2. Bagi Manajemen bank umum syariah diharapkan agar dijadikan bahan evaluasi kepada manajemen tiap bank umum syariah mengenai kinerja
yang telah dicapai, khususnya dalam mencapai tingkat efisiensi yang optimal selama periode penelitian.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan pengukuran efisisiensi melalui metode SFA tidak hanya dari sisi biaya
tetapi juga dari sisi profit,serta mengembangkan pengukuran efisiensi dengan DEA. Hal tersebut dikarenakan metode pengukuran efisiensi
ini akan terus berkembang. Maka berbagai pengembangan mengenai pengukuran tingkat efisiensi menjadi hal yang sangat mungkin
dilakukan untuk lebih menggali lagi mengenai efisiensi suatu bank.