Model Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku

9 penggunaan jam kerja pengemasan dan jam kerja mesin. Bahan baku nata mentah dan jam kerja produksi merupakan sumberdaya yang dimanfaatkan secara maksimal pada kondisi optimal. Sumberdaya nata mentah merupakan sumberdaya pembatas utama dengan nilai dual sebesar Rp 5.054.484. Bahan baku merupakan salah satu komponen biaya terbesar dalam biaya varabel. Oleh sebab itu untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan perlu diadakan sistem perencanaan pengadaan bahan baku. Pengendaliaan bahan baku yang optimal akan menekan atau menghidarkan perusahaan dari pemborosan biaya-biaya yang ditimbulkan oleh persediaan. Bahari 2002 dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam melakukan perencanaan pengadaan bahan baku terdapat beberapa factor yang harus diperhatikan seperti pola data suplai bahan baku dari tiap sumber, pola data permintaan produk, dan jumlah persediaan pada periode sebelumnya. Adanya fluktuasi pengadaan bahan baku akan berdampak pada kuantitas produk yang dihasilkan.

2.3. Model Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku

Salah satu teknik optimalisasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah optimalisasi berkendala adalah penggunaan teknik Linear Programming LP. LP merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi berkendala dimana semua fungsi tujuan dan kendala merupakan fungsi linier. Penentuan fungsi tujuan dalam metode LP terdiri dari maksimisasi keuntungan dan minimisasi biaya. Penelitian Haloho 2008, Cakraningrum 2000 dan Sugiharto 2001 membentuk fungsi tujuan perusahaan dengan cara maksimisasi keuntungan pada kendala sumberdaya yang terbatas. Cakraningrum 2000 , Sugiharto 2001 dan Thamrin 2003 merumuskan model fungsi tujuan dengan keuntungan yang dimaksimalkan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi. Sedangkan Haloho 2008 merumuskan fungsi tujuan berdasarkan perkembangan keuntungan perusahaan. Pada dasarnya optimalisasi pengadaan bahan baku berkendala merupakan persoalan dalam memperhitungkan nilai atau fungsi variabel yang memperhatikan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Keterbatasan sumberdaya uuntuk menghasilkan keuntungan optimal perusahaan dalam mengoptimalkan 10 bahan baku pada umumnya kapasitas mesin atau kapasitas produksi, ketersediaan tenaga kerja langsung, ketersediaan kebun pihak ketiga dan kendala transfer. Cakraningrum 2000 dalam penelitiannya yang berjudul Optimalisasi Bahan Baku Pabrik Gula Studi Kasus pada PG Mojo, Sragen, Jawa Tengah menyatakan bahwa tingkat penggunaan lahan pada kondisi actual lebih besar dibandingkan kondisi optimalnya sebesar 22,5 persen, jumlah produksi tebu pada kondisi actual juga lebih besar dibandingkan kondisi aktualnya sebesar 5,72 persen, namun jumlah gula yang dihasilkan oleh pabrik lebih rendah 3,88 persen dari kondisi optimalnya. Hal ini terutama disebabkan oleh kondisi rendemen aktual yang rendah sehingga keuntungan yang diterima pada kondisi aktual lebih kecil dari nilai optimalnya. Haloho 2008 dengan penelitiannya mengenai Analisis optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar TBS sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil dan Palm Kernel Kasus Kegiatan Replanting PTPN.VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten menggunakan Model Dekomposisi Multiplikatif menyatakan bahwa kombinasi pengadaan TBS belum mencapai kondisi optimalnya yaitu Rp 3.697.320.000. Dengan scenario penurunan produksi kebun sendiri sebesar 20 persen dapat meningkatkan keuntungan optimal sebesar Rp 3.998.681.000. Fungsi kendala yang terdapat ialah kapasitas maksimal PKS, tenaga kerja, produksi kebun sendiri 100 persen, produksi kebun sendiri 80 persen, pembelian 4 persen dan batasan kuota pembelian. Kendala pembatas dalam penelitian ini adalah ketersediaan produksi kebun sendiri 100 persen, pembelian TBS plasma 4 persen dan kuota pembelian TBS. Thamrin 2003 dalam penelitiaanya Perencanaan Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku Pada Pabrik Kelapa Sawit Studi Kasus Kegiaan Peremajaan PTPN. V, Sei Rokan, Kabupaten Rokan Hulu, Riau menambahkan keterbatasan kendala lain yang dihadapi perusahaan dalam mengotimalkan pengadaan bahan baku seperti kendala potensi produksi kebun sendiri dan kendala kuota pembelian dari pihak ketiga. Potensi kebun sendiri dimasukkan menjadi sebuah kendala atas dasar bahwa perkebunan tersebut mengalami kegiatan replanting. Sedangkan kuota pembelian dilakukan untuk menjaga efisiensi produksi, dimana pembelian tersebut dapat diambil ataupun tidak oleh perusahaan. Penelitian tersebut 11 menyatakan nilai BEP kapasitas minimal pengolahan yaitu 4200.000-6.600.000 kgbulan tahap 3 usia tanaman 15 tahun, laba optimal 444.915.000.000. Cenderung meningkat tajam karena pasokan dari kebun sendiri pada kondisi optimal. Sugiharto 2001 dengan penelitiannya mengenai Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku dan Produksi Karet Olahan di Perkebunan Cikumpay PTPTN VIII Purwakarta, Jawa Barat menyatakan bahwa peningkatan pasokan bahan baku akan menyebabkan semakin banyaknya pilihan komposisi produk akhir yang dapat diproduksi. Selain itu juga meningkatkan jumlah produk akhir yang dihasilkan. komposisi produk akhir berdasarkan analisis sensitivitasnya tidak peka terhadap penurunan harga bahan baku tetapi peka terhadap kenaikan harga bahan baku. Hasil keuntungan optimal Rp 12.858.090. Skenario penambahan jumlah mesin sheleter, kamar pengering, mesin pemusing dan mesin mungle akan menambah keuntungan optimal perusahaan menjadi Rp. 13.427.930. Dalam tehnik optimalisasi, upaya memperoleh solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi perusahaan jarang diperoleh suatu solusi yang terbaik. Dalam penelitian Sugiharto 2001 dan Thamrin 2003, Tandyna dan Haloho 2008 menunjukkan masih adanya perbedaan antara keuntungan pada kondisi optimal dan kondisi actual dimana keuntungan pada kondisi optimal belum tercapai. Pada dasarnya keadaan tersebut terjadi karena pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki belum mencapai kondisi optimalnya. Sementara Cakranigrum 2000 juga menunjukan bahwa tingkat keuntungan pada kondisi optimal lebih tinggi dari pada kondisi aktualnya walaupun penggunaan sumberdaya actual berada diatas penggunaan sumberdaya optimal. Berdasarkan dari keempat penelitian terdahulu tersebut, penggunaan LP atau asumsi-asumsi yang digunakan belum mampu secara tepat dalam model menggambarkan kondisi optimal sama dengan kondisi actual. 12 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi