Analisis Pengujian Asumsi Klasik

Sj² = Varians belahan SX = Varian skor tes

3.4.1.3 Analisis Pengujian Asumsi Klasik

Menurut Sulaiman 2004 : 87 pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya multilinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, linearitas dan normalitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji F dan uji T yang dilakukan selanjutnya tidak valid dan secara statistik dapat mengancaukan kesimpulan yang diperoleh untuk itu dilakukan uji asumsinya. Tujuan utama pengguna uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi yang terbaik linier dan tidak bias BLUE : Best Linier Unbiased Estimator . 1. Multikolinearitas. Multikolinearitas berate ada hubungan yang pasti diantara beberapa atau semua variabel indenpenden dari model regresi. Adapun cara pendekatanya adalah jika multikolinearitas tinggi, seseorang mungkin memperoleh R² yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang signifikan atau penting secara statistik. Untuk mengetahui tidak ada gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF Varians Inflation Factor 10. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 2. Heteroskedastisitas. Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas adalah variabel independent adalah tidak konstan berbeda untuk setiap nilai tertentu variabel independen. Pada regresi linear berganda, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel independen. Uji heteroskedastitas dengan menggunakan uji rank Spearman, yaitu meregresikan antara nilai kuadrat residual dengan nilai seluruh variabel bebas yang ada. Jika hasil regresi menunjukan nilai signifikan T ≥ nilai , maka linear tidak terdapat heteroskedastisitas. Nilia residual kauadrat kuadart adalah Y observasi – Y prediksi Selain itu pada Scartterplot akan dihasilkan gambar yang memancarkan atau menyebarkan dan tidak mengumpul pada satu titik ataupun membentuk suatu pola tertentu apabila pada persamaan regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. 3. Autokorelasi Terdapat korelasi di antara sesama data pengamatan dimana adanya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya data time series yang saling berhubungan, sehingga koefisien korelasi yang didapat menjadi kurang akurat. Mengukur autokorelasi dilihat dari nilai Durbin Waston Test DW. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Menurut Yarnest 2003 : 73, deteksi adanya autokorelasi adalah sebagai berikut : a. Jika nilai DW terletak antara d u dan 4 - d u atau d u ≤ DW ≤ 4 – d u , berarti bebas dari autokorelasi. b. Jika nilai DW d L atau DW 4 – d L berarti terdapat autokorelasi. 4. Normalitas. Salah satu mengecek normalitas adalah plot probabilitas normal. Melalui plot ini, masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan dari distribusi normal dan apabila titik-titik data terkumpul disekitar garis lurus. Selain plot normal ada satu lagi untuk menguji normalitas yaitu dengan Detrend Normal Plot. Jika sampel berasal dari polulasi normal, maka titik-titik tersebut seharusnya terkumpul disekitar garis lurus yang melalui nol dan tidak mempunyai pola.

3.4.1.4 Teknik Analisis Regresi Linier Berganda