Pertumbuhan dan Perkembangan Al-Azhar

Buku Pedoman Guru Agama Islam danBudi Pekerti 21 sekaligus diresmikan sebagai tempat pelaksanaan ibadah. Peresmian itu ditandai dengan pelaksanaan salat Jumat bersama. Setelah Al-Azhar resmi menjadi masjid Negara, kegiatan ilmiah pertama kali dilakukan dengan berkumpulnya para ulama, terdiri dari para fuqaha terkenal dan pejabat pemerintahan Fathimiyah untuk mendengarkan ceramah umum Studium Generalle dari Abu al-Hasan Nu’man Ibnu Muhammad al- Qirawaniy sebagai Qadi al-Qudat Hakim Agung Dinasti Fathimiyah, t pada bulan Oktober 975 M Shafar 365 H.

3. Al-Azhar Pada Masa Dinasti Ayyubiah

Sultan Shalahuddin mengeluarkan beberapa kebijaksanaan mengenai Al-Azhar, diantaranya Al-Azhar tidak boleh lagi dipergunakan untuk salat Jum’at dan kegiatan madrasah. Alasannya karena Al-Azhar pada masa Dinasti Fathimiyah menjadi pusat pengembangan ajaran-ajaran Syi’ah. Shalahuddin menunjuk seorang Qadhi, Sadruddin Abdul Malik bin Darabas menjadi Qadhi tertinggi, yang berfatwa melarang umat Islam saat itu untuk melakukan salat Jumat di masjid al-Azhar, dan hanya boleh melakukannya di masjid al-Hakim. Setelah seratus tahun. Masjid Al-Azhar dihidupkan kembali peranannya pada zaman pemerintahan Sultan Malik al-Zahir Baybars dari Dinasti Mamluk yang berkuasa atas Mesir. Meski ada larangan untuk tidak menggunakan Al-Azhar sebagai pusat kegiatan madrasah, masjid tersebut tidak sepenuhnya ditinggalkan oleh murid- murid dan guru-guru. Pada masa pemerintahan Sultan Malikul Aziz Imadudin Usman, putra Shalahudin Yusuf Al-Ayyubi , datang seorang ulama bernama Abdul Latif Al-Baghdadi dan mengajar di Al-Azhar selama Sultan al-Malikul Aziz berkuasa.

4. Ilmuwan dan Ulama Masa Dinasti AAyyubiah 1. As-Suhrawardi al-Maqtul

Suhrawardi, memiliki banyak gelar diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the Martyr, dan al-Maqtul. Ajaran sufismenya terangkum dalam kitab Awarif al-Ma’arif , membahas tentang, Ma’rifah,Faqr,Tawakkul,Mahabbah, Fana’ dan Baqa’. Adapaun pemikiran teosofinya disebut konsep cahaya iluminasi, ishraqiyyah. perpaduan antara rasio dan intuisi. Karya-karya Suhrawardi diantaranya: kitab At-Talwihat al-Lauhiyyat al-‘Arshiyyat, Al-Muqawamat, dan Hikmah al-‘Ishraq yang membahas aliran paripatetik; Al-Lamahat, Hayakil al-Nur, dan Risalah fi al-‘Ishraq yang membahas filsafat yang disusun secara singkat dengan bahasa yang mudah dipahami; Qissah al-Ghurbah al Gharbiyyah, Al-‘Aql al-Ahmar, dan Buku Pedoman Guru Agama Islam danBudi Pekerti 21 1 Yauman ma’a Jama’at al-Sufiyyin’ ulasan penjelasan sufistik menggunakan lambang yang sulit dipahami dan, Risalah al-Tair dan Risalah fi al-‘Ishq terjemahan dari filsafat klasik, dan Al-Waridat wa al-Taqdisat berisi serangkaian do’a, dan lain-lain.