rasa percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan A3; 3 bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugas dari guru A4; 4 disiplin
mematuhi perintah yang diberikan guru A1; dan 5 memecahkan masalah dengan bekerja sama antar anggota kelompok A5.
2.1.3.3.3 Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.
Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson dalam Rifa’I dan Anni. 2012:73 adalah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas. Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan skill dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Hasil belajar
kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung dalam ranah kognitif dan afektif Kunandar, 2013:255. Menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi
enam: gerakan reflek keterampilan pada gerakan yang tidak sadar, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan
keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun, taksonomi yang paling banyak digunakan adalah taksonomi hasil belajar dari Simpson yang mengklasifikasikan
hasil belajar psikomotorik menjadi enam yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas Purwanto.
2011:52.
Disamping domain kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mengukur hasil belajar, terdapat variabel hasil belajar. Variabel hasil pembelajaran menurut
Uno 2012:156 dapat diklasifikasi menjadi 3 tiga, yaitu: a.
Keefektifan effectiveness, diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Reigeluth mendeskripsikan keefektifan pengajaran dalam empat aspek
penting yaitu: 1 kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan tingkat kesalahan; 2 kecepatan unjuk kerja; 3 tingkat alih
belajar; 4 tingkat retensi dari apa yang dipelajari. b.
efisiensi, diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa atau jumlah biaya pengajaran yang digunakan.
c. daya tarik, diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap terus
belajar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu perubahan yang terjadi setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dapat dilihat dari tiga ranah yaitu ranah pengetahuan
kognitif, sikap afektif dan keterampilan psikomotorik. Pada ranah kognitif, peneliti akan mengolah data berupa nilai tes yang diberikan kepada siswa yang
akan menentukan tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada ranah afektif, peneliti akan mengamati sikap karakter siswa selama proses pembelajaran dikelas.
2.1.4 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
2.1.4.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang
diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi. IPS menggambarkan interaksi
individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam lingkungan fisik dan lingkungan sosial.Interaksi antar individu dalam ruang lingkup lingkungan mulai
dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau rukun warga, desakelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan dunia Depdiknas,
2007: 14. Menurut Saidiharjo dalam Hidayati, 2008:1.7 menjelaskan Ilmu
Pengetahuan Sosial IPS merupakan hasil kombinasi atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran yang mempunyai ciri-ciri sama menjadi satu bidang
studi. Dengan demikian jelas bahwa IPS adalah fusi dari disiplin-disiplin ilmu- ilmu sosial. Pengertian fusi disini adalah bahwa IPS merupakan bidang studi yang
utuh tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada, artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi dan
sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin ilmu diajarkan secara terpadu. Dalam kepustakaan kurikulum pendekatan terpadu tersebut dinamakan
pendekatan “broadfielt”. Dengan pendekatan tersebut batas disiplin ilmu menjadi lebur.