2.2.1.2 Unsur-Unsur Puisi
Menurut Waluyo 1987: 27 unsur-unsur puisi terdiri atas unsur fisik dan unsur batin puisi. Unsur-unsur fisik, terdiri atas pengimajian, bahasa figuratif,
versifikasi, diksi, tipografi, dan kata konkrit. Adapun yang termasuk unsur batin puisi adalah tema, perasaan, nada, suasana, dan amanat.
Senada dengan
Waluyo, menurut
Jabrohim, dkk
2003: 34
mengemukakan bahwa struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkrit, bahasa figuratif, kata konkrit, bahasa figuratif, versifikasi, tipografi, dan
sarana retorika. Dengan demikian, dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan
bahwa unsur puisi terdiri dari dua bagian yaitu unsur fisik dan unsur batin puisi. Unsur fisik meliputi diksi, pengimajian, kata kongkret, bahasa fuguratif majas,
versifikasi, dan tipografi, sedangkan unsur batin puisi meliputi tema, perasaan, nada, dan suasana serta manat atau pesan yang terkandung dalam puisi.
2.2.1.2.1 Unsur Fisik
Struktur fisik puisi atau struktur kebahasaan puisi disebut juga metode puisi. Medium pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair adalah
bahasa.
2.2.1.2.1.1 Diksi
Waluyo 2003: 66-130 mengungkapkan bahwa diksi merupakan pilihan kata. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif, dan bersifat puitis. Pembendaharaan
kata penyair sangat berperan dalam pemilihan kata. Kedudukan kata dalam puisi sangat menentukan makna.
Jabrohim, dkk 2003: 35 juga mengemukakan bahwa diksi merupakan plihan kata. Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan kata secara
tepat sesuai dengan gagasan yang ingin disampaiakan dan kemampuan untuk menemukan yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang memilki kelompok
masyarakat pendengar. Senada dengan ungkapan di atas Berfield dalam Pradopo 2010: 54
mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih disusun dengan cara yang sedemikan rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksdukan untuk menimbulkan imajnasi
estetik, maka hasilnya disebut diksi puitis. Bertolak dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
diksi ialah kata yang digunakan penyair untuk menyampaikan gagasan atau ide. Pilihan kata atau diksi mempunyai peranan yang sangat penting.
2.2.1.2.1.2 Pengimajian Citraan
Menurut Waluyo 2003: 10 pengimajian adalah kata atau susunan kata- kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensori, pendengar, dan perasaan.
Baris atau bait puisi mengandung gema suara imaji auditif, benda yang nampak imaji visual, dan sesuatu yang dapat kita rasakan, raba, dan sentuh
imaji taktil.
Senada dengan Waluyo, Prodopo 2010: 79 mengungkapkan citraan merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui
kata-kata. Dalam puisi, untuk memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana khusus, untuk membuat lebih hidup gambaran dalam
pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik perhatian, penyair juga menggunakan gambaran-gambaran angan pikiran, di samping alat kepuitisan
lain. Ada bermacam-macam jenis citraan, sesuai dengan indera yang
menghasilkannya, yaitu 1 citraan penglihatan, 2 citraan pendengaran, 3 citraan rabaan, 4 citraan pencecapan, 5 citraan penciuman, 6 citraan gerak
Wiyatmi 2006:68. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengimajian
dalam puisi yang berupa penggunaan kata-kata atau susunan kata yang dapat membuat puisi menjadi lebih hidup sehingga pembaca ikut merasakan suasan
yang diciptakan penyair.
2.2.1.2.1.3 Bahasa Figuratif