Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

untuk pembagian kelompok yang heterogen. Pemilihan anggota kelompok oleh peneliti lebih diterima oleh sebagian besar siswa dibanding jika menyerahkannya pada siswa. Langkah kedua, siswa dibagi menjadi 8 kelompok ahli yang juga dikelompokkan secara heterogen. Setelah setiap siswa mengetahui anggota kelompoknya dalam kelompok asal, setiap kelompok diberikan beberapa gulungan kertas sesuai dengan jumlah anggota yang ada dalam satu kelompok asal. Setiap gulungan kertas berisi angka yang mewakili kelompok ahli yang nantinya setiap siswa akan menggambil gulungan kertas tersebut. Setelah pembagian kelompok untuk kelompok asal dan kelompok ahli selesai, maka selanjutnya adalah tahap diskusi. Langkah ketiga, siswa yang memiliki angka yang sama setelah mengambil gulungan kertas maka akan berkumpul pada sebuah kelompok ahli untuk berdiskusi membahas sebuah bahan ajar serta lks dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap ini siswa dilatih untuk berpikir serta bertanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan. Pada tahap ini pula guru mengawasi, memberikan bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan serta memberi peringatan pada siswa yang tidak menjalankan kewajibannya. Pada tahap ini ada beberapa siswa yang tidak fokus dan serius berdiskusi, peneliti mencoba memberi arahan dan menyadarkannya untuk dapat memahami bahwa setelah diskusi pada kelompok ahli ada tanggung jawab besar yang diemban oleh setiap siswa. Tanggung jawab yang besar dikarenakan nantinya pada kelompok asal setiap siswa berkewajiban menyampaikan apa yang telah didiskusikan pada kelompok ahli serta berusaha sekuat tenaga menjadikan teman yang ada pada kelompok asal memahami materi yang telah disampaikan. Langkah keempat, setelah diskusi selesai dilakukan pada kelompok ahli, tiap siswa kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan pemahaman yang telah didapatkan setelah berdiskusi di kelompok ahli dengan waktu yang telah ditentukan. Pada tahap diskusi, kondisi kelas agak riuh, namun menurut peneliti ini bukanlah sebuah hal yang perlu dipermasalahkan dikarenakan keriuhan ini terjadi karena setiap siswa dari setiap kelompok berusaha memberikan penjelasan yang terbaik. Namun ada beberapa siswa yang merasa kurang puas dengan penjelasan yang telah didapatkan dari temannya, di sini diskusi berjalan dengan baik yakni bahkan siswa yang tidak seharusnya memberi penjelasan contoh materi A justru mencoba untuk saling membantu, saling berbagi untuk mencapai satu pemahaman yang sama. Peneliti mencoba untuk berkeliling kelas, dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Peneliti menyimak penjelasan yang diberikan oleh siswa untuk memberikan persetujuan jika materi yang disampaikan siswa kepada temannya benar dan memberi penjelasan secara singkat apabila materi yang disampaikan siswa kepada temannya keliru. Langkah kelima, siswa bersiap menerima instruksi guru untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil pemahaman yang didapat secara singkat. siswa yang maju berdasarkan hasil pengocokan, ada 4 orang yang maju pada setiap pertemuan untuk tiap konsep. Di sini siswa dilatih untuk percaya diri serta berani mengemukakan pendapatnya, guru juga memberikan apresiasi pada siswa yang presentasi di depan kelas. Untuk setiap kocokan terdiri dari 4 gulungan kertas, tiap gulungan kertas terdiri dari satu kalimat, yaitu 3 gulungan kertas bertuliskan “Bukan aku ” dan satu gulungan kertas bertuliskan “yes, I’m ”. Gulungan kertas yang bertuliskan “Bukan aku ” memiliki makna bahwa siswa yang mendapatkan gulungan kertas ini kurang beruntung karena tidak dapat maju ke depan kelas untuk menjelaskan materi yang telah didiskusikan di kelompok asal. Sedangkan gulungan kertas yang bertuliskan “yes, I’m ” memiliki makna bahwa siswa yang mendapat gulungan kertas ini menjadi siswa yang beruntung pada hari ini karena dapat maju ke depan kelas untuk dapat menjelaskan materi yang telah didiskusikan di kelompok asal. Dengan cara ini, pada saat pengocokan selain siswa merasakan harap-harap cemas setelah membuka gulungan kertas ada sensasi yang berbeda setelah membaca kalimat yang ada, ini terlihat dari ekspresi para siswa yang sangat senang jika dilihat dari mimik wajah mereka. Langkah enam, siswa diberi waktu untuk mengisi jurnal belajar yang telah disediakan sebelumnya. Saat pengisian jurnal berlangsung tidak ada siswa yang bertanya tentang pertanyaan yang ada pada jurnal belajar, ini dikarenakan sebelumnya peneliti mencoba untuk menjelaskan apa sebenarnya dari hakikat jurnal belajar. Namun masih ada siswa yang tidak percaya diri dengan jawaban yang telah ditulisnya pada jurnal belajarnya sendiri dan mencoba untuk mencontek jawaban temannya. Peneliti menjelaskan kembali bahwa tidak ada jabawan yang benar ataupun salah untuk menjawab pertanyaan reflektif yang ada pada jurnal belajar dan jurnal belajar merupakan cerminan diri dari berbagai perasaan dan pikiran yang ada dan bersifat pribadi. Setelah jurnal belajar selesai diisi, jurnal belajar dikumpulkan untuk dibaca oleh peneliti dan diberikan komentar. Komentar-komentar yang dituliskan bersifat lebih memotivasi para siswa serta dalam rangka untuk mendapatkan ikatan batin dengan para siswa. Komentar yang dituliskan mendapat respon dan feedback yang baik dari para siswa, ada beberapa siswa yang mengomentari kembali komentar yang telah dituliskan peneliti. Setelah jurnal belajar selesai dibaca dan diberikan komentar, maka jurnal belajar dikembalikan pada hari itu juga untuk disimpan siswa dan dikumpulkan kembali saat ulangan harian, ini dimaksudkan agar siswa merasa bertanggung jawab terhadap jurnal belajar mereka. Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam sebuah pembelajaran membuat siswa lebih apresiatif terhadap pembelajaran. Siswa merasa lebih bersemangat dan tidak bosan. Pembelajaran kooperatif jigsaw juga membuat siswa memiliki tanggung jawab tersendiri dalam belajar karena wajib untuk memberikan penjelasan kepada teman yang ada di kelompok asal dengan kata lain siswa wajib untuk memahami materi yang didapatkan pada kelompok ahli. Pembelajaran kooperatif jigsaw juga secara tidak langsung memberikan motivasi bagi siswa, motivasi merupakan kekuatan maha dahsyat yang ada dalam diri manusia. Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno mengutip pernyataan Bobbi de Potter, bahwa terdapat beberapa cara menumbuhkan budaya berprestasi, dalam rumus TANDUR, yakni salah satunya adalah “demonstrasikan”. Demontrasikan yang dimaksud di sini adalah menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk menunjukkan bahwa mereka tahu, jangan biarkan anak menjadi pendengar pasif. 7 Saat siswa menjelaskan bahan ajar pada kelompok asal, mereka menunjukkan kemampuan mereka. Pembelajaran kooperatif jigsaw mengharuskan setiap siswa untuk dapat mengajarkan teman sebaya mereka dalam satu kelompok. Dengan mengajarkan teman sebaya yang lain, siswa diharuskan mengerti terlebih dahulu apa yang akan mereka bagi dengan teman yang lain. Selain itu dengan mengajarkan, baik audio, visual ataupun kinestetik siswa bekerja. Dalam piramida belajar siswa Edgar Dale, praktik pembelajaran belajar dengan cara mengajar, siswa dapat mengingat 90 materi yang dipelajari. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw, pembelajaran menggunakan komunikasi banyak arah. Komunikasi banyak arah tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Proses komunikasi banyak arah mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa secara optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. 8 Pemberian jurnal belajar yang harus diisi oleh setiap siswa merupakan tahap yang membedakan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen yang melakukan pengisian jurnal belajar, siswa merasa lebih memahami dirinya sendiri. Dengan mengisi jurnal belajar 7 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, 2007, h.100 8 Ibid., h.40 siswa mengetahui pada bahasan apa sekiranya yang masih lemah atau membingungkan. Sehingga siswa merasa lebih tertantang untuk memperbaiki cara belajar mereka dan belajar lebih baik lagi. Dengan mengisi jurnal belajar, siswa juga dapat mengekspresikan bagaimana perasaannya saat belajar dalam bentuk tulisan, ini membuat mereka lebih bersemangat lagi untuk mengikuti rangkaian pelajaran selanjutnya. Tidak hanya bagi siswa, guru juga merasa terbantu dengan pengisian jurnal belajar ini. Dengan siswa dapat mengungkapkan secara nyatadan jelas poin-poin di mana mereka merasa lemah atau bingung pada materi pelajaran tersebut, guru dapat membahas poin-poin tersebut tanpa menghabiskan waktu lebih banyak untuk membahas poin-poin lain yang telah dipahami oleh siswa. Pada jurnal belajar, guru juga dapat menuliskan komentar-komentar yang dapat membangun siswa. Dengan komentar tersebut siswa merasa tulisan mereka diapresiasi tulisan dari apa yang mereka rasakan, dibangkitkan lagi semangat mereka serta merasa lebih diperhatikan. Penggunaan jurnal belajar pada pembelajaran kooperatif mempengaruhi hasil belajar siswa, ini sejalan dengan penelitian Kartono dan Ali Imron yang berpendapat bahwa jurnal belajar disatu pihak berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran dan sebagai instrumen penilaian untuk mencapai tujuan tersebut. 9 Pembelajaran kooperatif dengan jurnal belajar, jika dilihat dari teori- teori yang ada sudah ada memberikan pengaruh yang baik bagi siswa jika dijalankan sesuai dengan aturan yang ada. Penggunaan jurnal belajar pada pembelajaran kooperatif dengan jurnal belajar menjadikan pengaruh yang baik menjadi lebih baik lagi. 9 Kartono dan Ali Imron, Penerapan Teknik Penilaian Learning Journal Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Segiempat, 2012, h. 60-61, http:journal.unnes.ac.idnjuindex.phpkreanoarticledownload 12461298 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan jurnal belajar pada konsep sistem pertahanan tubuh berpengaruh positif terhadap hasil belajar dengan α = 0,05 dan t hitung t tabel 5,14 2,00. Hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif menggunakan jurnal belajar lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tanpa menggunakan jurnal belajar.

B. Saran

Adapun saran yang diajukan untuk pencapaian penggunaan jurnal belajar pada pembelajaran kooperatif yang lebih baik dapat dilakukan dengan memanage waktu dengan sebaik-baiknya, menjelaskan kepada siswa sebelum proses pembelajaran tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif jigsaw serta menjelaskan manfaat jurnal belajar yang akan didapat siswa jika benar-benar diterapkan. 65 DAFTAR PUSTAKA Anon Keeping a Reflective Journal. http:www.open.ac.ukskillsforstudybe- aware-of-your-habits.php, 19 Februari 2012. Anon Learning Journals. http:www.worc.ac.ukstudyskillsdocumentsLearning_ Journals_2011.pdf, 25 Februari 2012. Anon Learning log or learning journals. www.hull.ac.ukphpcesaghdocuments LEARNINGLOG.doc, 20 Februari 2012. Anon Reflective journals and learning logs. http: www.niu.edufacdev resources guideassessmentreflective_journals20and_learning_logs.pdf, 20 Februari 2012 Anon What is reflective journal?. http:www.audiencedialogue.netjournal, 20 Februari 2012. Anon Writing a Journal or Learning Log. http:www.rmit.edu.austudyand learningcentre, 19 Februari 2012. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Burton, Jill. Reflective writing ‘A way to lifelong teacher learning’. USA: TESOL Publications, 2009. Fathurrohman, Pupuh Sutikno, Sobry. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama, 2010. George, Susan E. “Learning and reflective journal in computer science”. http:crpit.comconfpapersCRPITV4George.pdf, 19 Februari 2012. Hadjar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999. Hake, Richard R. Analyzing Change Gain Scores. http:physics.indiana.edu ~sdiAnalyzing Change-Gain.pdf, 10 Agustus 2013 Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima, 2009. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Isjoni. Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: YOI, 2006. Kartono dan Imron, Ali. Penerapan Teknik Penilaian Learning Journal pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Segiempat. Semarang: UNNES, 2010. Loo, Robert and Thorpe, Karran. Using Reflective Learning Journals to Improve Individual and Team Performance. Team Performance Management An International Journal, 8, 2002, http:www.emeraldinsight.comjournals. htm?articleid=882861, 19 Februari 2012. Moon, Jennifer. “Learning Journals and Logs”. http:www.ucd.iet4cmsucdtla 0035.pdf, 19 Februari 2012. Pang, Les. Application of Web 2.0 Technologies to Support Reflective Learning Journal. Maryland: UMUC, 2008. Paton, Michael. “Reflective Journals and critical thinking”. http:science. uniserve.edu.aupubsprocs2006paton.pdf, 20 Februari 2012. Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna. Jakarta: DBE3 USAID- Indonesia, 2006. Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013. Silberman, Melvin L. Active learning : 101 cara belajar siswa aktif. Bandung: Nusamedia, 2011. Sofyan, Ahmad. dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Sudjana. Metoda Statiska. Bandung: Tarsito, 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung: Alfabeta, 2007. Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009. Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007. Warsono dan Hariyanto. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.